Share

#69 Pembuktian

Intensitas air yang menetes ke lengannya semakin cepat seperti saling berlomba. Ben membiarkan Cantika menangis tanpa suara. Membalik tubuh gadis itu menghadapnya. Kedua telapak tangan Ben menangkup pipinya, sedang ibu jari Ben mengusap sudut mata Cantika yang basah.

“You will be alright,” bisik Ben menundukkan kepala, agar tepat menatap wajah Cantika. Dikecupnya bagian bawah dahi gadis itu, di antara sepasang alis Cantika yang terbentuk rapi.

Jujur saja, sejak tadi Ben mempertanyakan eksistensi gadis di hadapannya. Bagaimana bisa seorang perempuan yang menangis tetap tampak secantik ini di matanya? Padahal Ben sangat benci melihat wanita menangis. Dia akan berusaha sebisa mungkin berada dalam radius seratus meter dari perempuan yang mengeluarkan air mata. Selain merepotkan, baginya itu memuakkan.

Tidak berlaku dengan Cantika, sisi lemahnya seolah membuat Ben turut merasakan kesedihannya, kecemasannya. Tanpa sadar membuat Ben bertekad dalam hati untuk menghibur gadis itu. Tak pernah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status