Pengen peluk Rein deh
Setelah terdiam cukup lama, Reinhard pun berkata, “Baiklah. Aku akan mendiskusikan kembali kontrak kerja sama Divine dengan Helios.”Keputusan yang diucapkan Reinhard membuat wajah Alicia berbinar. “Benarkah? Terima kasih, Rein!” timpalnya dengan penuh semangat, lalu tanpa sadar memeluk pria itu.Tubuh Reinhard mematung, terkejut dengan pelukan Alicia yang tiba-tiba. Ada rasa hangat yang mengalir di dalam hatinya atas respon tak terduga dari istrinya tersebut. Ia tidak ingin melepaskan kebahagiaan kecil yang didapatkannya saat ini, lalu perlahan ia membalas pelukan wanita itu.Namun, Alicia tersadar dengan sikap spontannya tersebut. Dengan cepat ia menarik dirinya dari pelukan pria itu.“Ma-maaf, aku cuma … cuma terlalu senang saja. Jadi aku … Po-pokoknya kamu jangan berpikiran aneh,” cicit Alicia dengan terbata-bata. Ia bergegas memalingkan pandangannya untuk menyembunyikan semu merah yang telah menghiasi seluruh wajahnya.‘Argh! Kenapa aku melakukannya? Memalukan sekali!’ pekik Alici
Reinhard menatap istrinya sejenak, lalu tersenyum kecil. Ia meraih mantel yang tergantung di dekat pintu dan menjawab, “Tidak ada apa-apa. Barusan asisten ayahku yang menelepon. Katanya, ayah memintaku datang menemuinya.”“Sekarang? Semalam ini?” cecar Alicia, masih memandang Reinhard dengan lekat.Reinhard mengangguk kecil. “Hanya mau membahas masalah bisnis saja,” jawabnya tanpa menoleh.Kening Alicia mengernyit. “Benarkah?” selidiknya, suaranya terdengar ragu. Ia merasa Reinhard berbohong.Sebenarnya ia tidak merasa heran sedikit pun apabila ada pekerjaan mendadak yang harus dilakukan suaminya tersebut di waktu seperti ini.Mengingat latar belakang keluarga Hernandez yang juga mendirikan organisasi hitam “Dark Wolf”, pastilah tidak sedikit transaksi dan masalah penting yang harus dilakukan secara rahasia dan di waktu yang tidak biasa.Hanya saja, saat melihat ekspresi Reinhard tadi, Alicia tidak dapat memungkiri bahwa dirinya sangat mencemaskan keselamatan suaminya tersebut. Saat i
“Jangan berpura-pura,” desis Alexei, suaranya berat dan penuh ancaman. “Kamu tahu persis hal baik apa yang sudah kamu lakukan, Reinhard!”Suara kekehan kecil meluncur dari bibir Reinhard seolah meremehkan ucapan pamannya tersebut. “Aku benar-benar tidak tahu, Paman. Sepertinya ada seseorang yang ingin menghancurkan hubungan kita,” timpalnya dengan acuh tak acuh. Alexei pun bangkit dari kursinya, mengacungkan telunjuknya ke wajah Reinhard dengan penuh amarah. Mata tajamnya mengunci wajah Reinhard seolah ingin melumatnya hidup-hidup. “Kamu pikir Paman bodoh, huh? Jangan pikir Paman tidak tahu kalau kamu yang sudah mengirim orang untuk menghajar Nick!” Reinhard tetap tenang meskipun amarah pamannya sudah memuncak. Ia tetap memandang pamannya dengan acuh tak acuh dan mengambil tempat di samping ayahnya, seolah tidak peduli dengan ledakan emosi dari pria paruh baya itu. “Aku pikir ada masalah besar apa sampai harus memanggilku ke sini,” tutur Reinhard yang malah sengaja memperkeruh suasa
“Takut? Apa kamu sedang mengatai dirimu sendiri?”Cibiran Reagan membuat Alexei melotot tajam. Sebelum ia sempat membalas, Reagan kembali berkata dengan penuh sindiran, “Kalau aku tidak salah dengar, minggu lalu ada yang mengeluh padaku kalau dia tidak bisa membuat keputusan sebelum bertanya kepada istrinya. Apa itu termasuk takut atau menghargai istrinya?”Alexei langsung terdiam. Wajahnya memerah karena malu dan kesal. Minggu lalu Reagan memang mengajaknya untuk melihat beberapa mobil keluaran terbaru, tetapi saat itu Alexei membatalkan ajakannya karena istrinya tidak mengizinkannya untuk mengoleksi mobil baru lagi.“I-ini adalah dua hal yang berbeda. Jangan membawa-bawa Nastasya,” sergah Alexei.Reagan tersenyum smirk. “Kamu yang memulainya dulu, Xei. Aku hanya membalas hal yang kamu lakukan pada istriku saja,” balasnya dengan santai.Tangan Alexei terkepal erat. Ia merasa terhina karena ucapan Reagan berhasil memukulnya dengan telak. “Reagan, apa kamu ingin menyatakan perang deng
Manik mata Alexei terbeliak. “Apa katamu?” suaranya terdengar serak, seolah tidak percaya dengan hal yang baru saja didengarnya.Tidak peduli dengan keraguan pamannya, Reinhard tetap menceritakan penyerangan yang terjadi padanya di restoran saat bersama Alicia kemarin.Namun, Alexei masih memandangnya dengan sorot mata penuh keraguan. “Tidak … ini tidak mungkin. Paman sudah memperingatkan Nick untuk bersaing dengan adil. Dia tidak mungkin bertindak seperti itu,” ucapnya dengan penuh keyakinan.Reinhard mengedikkan bahunya dengan acuh tak acuh. “Terserah kalau Paman tidak percaya. Tapi, itulah yang terjadi sampai aku perlu memberikannya pelajaran. Jika bukan karena aku mengalihkan perhatian orang suruhannya, mungkin Anya juga akan ikut terluka.”Sementara Alexei masih belum bisa menerima pengakuan Reinhard, Selina terlihat syok setelah mendengar penjelasan tersebut. Wajah wanita paruh baya itu memucat, lalu dengan suara yang sedikit bergetar, ia bertanya, “Ba-bagaimana dengan Anya? Apa
Alexei terkekeh geli. “Kamu yakin akan menghukumnya?” cibirnya, tak percaya.Dengan ekspresi yang masih terlihat tenang, Reagan menjawab, “Tentu saja. Mengenai caraku mendisiplinkan putraku, kamu tidak perlu mencampurinya. Aku yakin kamu juga tidak ingin aku ikut turun tangan mendisiplinkan putramu, bukan?”Alexei terdiam. Ucapan Reagan adalah peringatan keras untuknya. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah tersebut, karena mungkin putranya juga yang memulai masalah, seperti yang dikatakan Reinhard sebelumnya.Walau belum menyelidiki lebih lanjut, Alexei tahu bahwa keponakannya tidak akan sembarangan berbohong. “Baiklah, aku akan menginterogasi Nick dan memberinya pelajaran,” ujar Alexei akhirnya.Keputusan Alexei membuat Selina tersenyum lega. “Terima kasih, Xei. Besok aku akan melihat keadaan Nick. Sekalian aku ingin berbincang dengan Nastasya, sudah lama aku tidak bertemu dengannya,” ucap istri Reagan tersebut.Alexei menarik napas dalam, lalu mengangguk. Sorot
Selina menarik napas panjang. Wanita paruh baya itu tahu bahwa usahanya sia-sia saja jika terus berdebat dengan putranya. Sikap keras kepala Reinhard mengingatkannya pada sosok suaminya. “Kamu mirip sekali dengan Papamu, Rein,” gerutu Selina. Mendengar hal tersebut, Reinhard pun tertawa kecil. “Namanya juga bibit unggul,” selorohnya. “Jangan lupa siapa yang sudah menanam bibitnya,” imbuh Reagan yang juga ikut tertawa bangga, tidak mau kehilangan bagian dari “kesuksesan” yang didapatkannya. Namun, suara dehaman keras dari Selina membuat tawa Reinhard dan Reagan terhenti. Keduanya pun mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Selina hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali, melihat betapa kompaknya mereka berdua. “Nanti aku akan mencari perhitungan denganmu juga, Reagan,” ucap Selina kepada suaminya. Reagan mengedikkan bahunya dengan acuh tak acuh. “Dengan senang hati aku akan menunggumu, Sayang,” timpalnya seraya tersenyum nakal. Wajah Selina memerah, memahami arah dari ucapan
“Anak itu selalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku sudah menentukan bulan madunya, tetapi dia terus menudanya dengan segudang alasannya,” keluh Selina atas persiapan yang telah dibuatnya beberapa minggu lalu. “Jadi maksudmu ….” Reagan tersenyum penuh pengertian, memahami arah pembicaraan istrinya. Suara tawa kecil tiba-tiba meluncur dari bibir Reagan. “Aku rasa ini sama sekali bukan hukuman untuknya, Sayang. Kamu terlalu memanjakannya.” Selina mendelik suaminya dengan tajam. “Kenapa? Kamu tidak setuju?” “Bukan begitu, Selly. Tapi─” Ucapan Reagan tertahan saat melihat istrinya semakin mempertajam tatapannya, menandakan wanita itu tidak mau mendengar bantahan apa pun darinya. Reagan hanya bisa menghela napas panjang dan tersenyum pasrah. "Baiklah, Sayang. Aku serahkan semuanya padamu. Tapi ingat, ini hukuman, bukan hadiah," ujar Reagan, mengingatkan dengan tegas. Seulas senyuman penuh kepuasan mengembang di bibir istri pria itu.. “Terima kasih, Suamiku. Memang cuma kamu yang me
Alicia terdiam. Tatapannya kosong sejenak sebelum akhirnya ia tertawa sinis. “Aktingmu benar-benar luar biasa, Jason.”“Aku tidak berakting. Aku benar-benar mencintaimu, Alicia,” Jason menegaskan."Cinta?" Alicia mengulang kata itu dengan nada mengejek.Sebelum Jason sempat menanggapinya, suara Alicia berubah menjadi dingin, penuh amarah dan kepedihan yang tak bisa disembunyikan. “Cinta seperti apa yang kamu maksud, Jason? Cinta yang membuatmu ingin membunuhku tiga tahun lalu? Atau cinta yang membuatmu ingin membunuh pria yang kucintai? Apa cinta seperti itu yang kamu miliki?”Jason tidak bisa berkata-kata. Untuk pertama kalinya, ia merasakan betapa jauhnya jaraknya dengan wanita itu seolah Alicia mendorongnya dengan keras hingga ia terjatuh ke dasar yang mungkin tidak akan pernah dapat ia gapai lagi.Jason mengatupkan rahangnya erat, menahan rasa sakit yang terasa lebih menusuk daripada luka di tubuhnya. Tatapan Alicia begitu tajam, seolah setiap kata yang keluar dari bibirnya adalah
Karena sentakan kasar Alicia, Jason refleks menarik tangannya, lalu terhuyung mundur dan akhirnya terduduk di atas tanah berbatu tersebut. Ia menarik napas berat, menatap wanita itu dengan bingung.“Alicia, maaf … a-apa aku sudah menyakitimu?” tanya Jason gugup, takut jika ia tanpa sengaja telah menyentuh titik sakit wanita itu.Alicia tidak menjawab, memalingkan wajahnya.Jason melirik pergelangan kaki Alicia yang telah bengkak. Ia merasa khawatir dan berniat menyentuhnya lagi.Namun, Alicia segera berdiri, melangkah mundur untuk menjaga jarak. Tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan. “Sudah kubilang, jangan sentuh aku! Apa kamu tidak mengerti?!”Jason mengernyit, hatinya mencelos dengan sikap wanita itu. Ia bangkit perlahan, menatap wanita itu dengan sorot mata terluka.“Alicia, sebenarnya kamu kenapa?” tanya Jason. Nada suaranya lembut dan penuh kecemasan. “Apa aku melakukan sesuatu yang menurutmu salah?”Alih-alih menjawab, Alicia malah tertawa sinis. “Tidak usah berakting lagi, J
“Anda mau mengejar Ken?” terka Owen yang semakin menunjukkan kekhawatirannya.Reinhard menyeringai tipis. “Aku harus membuatnya membayar semua kejahatan yang telah dia lakukan,” ujarnya dengan keteguhan yang terpancar dari sorot mata ambernya yang menyala-nyala. "Jason juga, Rein. Dia berhasil lolos tadi," ucap Reagan mengingatkan.Reinhard terkejut. Walaupun ia ingin mengetahui lebih rinci mengenai perseteruan ayahnya dengan pria itu, tetapi ia tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi dan hanya memberikan anggukan kecil."Aku akan sekalian mengurusnya," timpal Reinhard dengan tegas.“Berhati-hatilah, Tuan Muda. Ken sangat licik.” Owen ikut mengingatkan.Melihat percakapan mereka yang serius, Regis lantas bertanya, “Memangnya siapa Ken?”“Orang yang mencoba meledakkan kita tadi. Sepertinya dia belum pergi jauh,” jawab Reinhard sambil menghela napas. “Dia sangat berbahaya untuk dibiarkan lepas begitu saja.”Reinhard khawatir Ken akan kembali membalas mereka. Karena itu, ia harus men
Reinhard baru bisa menarik napas lega setelah mereka berhasil keluar dari vila. Bangunan vila di hadapannya telah ambruk sepenuhnya.Puing-puing yang mengepul di udara menjadi saksi betapa tipisnya batas antara hidup dan mati yang baru saja mereka lalui. Dengan napas tersengal, ia menatap reruntuhan itu, menyadari betapa berbahayanya situasi yang baru saja mereka hadapi sebelumnya.“Tuan Alexei!” seru Hans tiba-tiba, panik melihat Alexei yang tidak sadarkan diri di tengah tuntunan langkahnya.“Hans, bawa dia ke mobil sekarang,” titah Reagan kepada asistennya tersebut.Tanpa membuang waktu, Hans segera membawa Alexei menuju ke lokasi parkiran kendaraan mereka yang tertutup pepohonan lebat, hanya berjarak beberapa meter dari vila.Namun, langkahnya terhenti seketika saat melihat keadaan mobil mereka—keempat bannya telah dikempiskan. Bukan hanya mobilnya, tetapi juga semua kendaraan milik bawahan mereka mengalami hal yang sama.“Sial! Ini pasti kerjaan Ken,” geram Hans, mengepalkan tinju
Di dalam vila yang porak-poranda, Reinhard melangkah tertatih melewati puing-puing berserakan. Asap tebal masih memenuhi ruangan, membuat napasnya terasa berat.Di tengah kabut debu dan serpihan beton, matanya menyapu sekeliling hingga menangkap sosok Owen yang terkapar di salah satu sudut dengan darah menggenang di sekitarnya.Dengan tubuh yang masih gemetar, Reinhard bergegas menghampiri asistennya tersebut. Ia berlutut di samping Owen dan mengangkat puing yang menindih punggung pria itu.Di bawah Owen, terlihat sosok Nicholas yang sudah tidak sadarkan diri. Beberapa waktu lalu sebelum ledakan terjadi, Owen menggunakan tubuhnya sendiri untuk melindungi Nicholas sehingga pria itu masih terselamatkan dan Owen mengalami luka yang cukup parah. “Owen, sadarlah!” Reinhard mengguncang tubuh asistennya dengan cemas. Perlahan, kelopak mata Owen bergerak sebelum terbuka sepenuhnya. Suaranya lemah saat berbisik, "Tuan Muda ...."Reinhard menghela napas lega, lalu ia bergegas membantunya berd
Di tempat persembunyiannya, Alicia dikejutkan oleh suara ledakan yang menggema di kejauhan. Suara tembakan yang samar-samar terdengar saja sudah membuat jantungnya tak hentinya berdegup kencang. Dan, sekarang ia dibuat panik dengan suara dentuman tersebut.Alicia berdiri dengan gelisah, matanya terpaku pada vila di kejauhan, di mana kepulan asap mulai menjulur ke langit."Rocky, kamu dengar itu? Itu ledakan, kan?" tanyanya cepat kepada pengawal yang berdiri di sampingnya.“Sepertinya begitu, Nona,” sahut Rocky, mengangguk pelan dengan ekspresi penuh kewaspadaan.Alicia menggigit bibirnya, tangannya mengepal erat di kedua sisi tubuhnya. Meskipun Mark telah memintanya untuk menunggu kepastian kabar darinya mengenai keberadaan Reinhard di vila tersebut, tetapi Alicia sudah tidak dapat berdiam diri saja di sana.“Tidak bisa! Aku harus pergi melihatnya langsung,” gumam Alicia segera beranjak dari tempatnya.Akan tetapi, Rocky menahannya dengan cepat. “Nona, Anda mau ke mana?”“Saya mau men
Ledakan mengguncang ruangan, menghancurkan bagian dinding dan membuat serpihan beton berterbangan ke segala arah. Hans terlempar ke belakang, tubuhnya menghantam meja yang langsung hancur berantakan. Anak buahnya berusaha melindungi Nicholas dari puing-puing yang berjatuhan.Sementara, Owen berteriak histeris memanggil tuan mudanya. Asap tebal memenuhi udara, membuat pandangannya kabur sejenak. Telinganya masih berdengung akibat ledakan dahsyat itu.Di tengah kekacauan itu, tawa Ken Stewart menggema, matanya bersinar dengan kegilaan yang mengerikan. "Sudah kubilang, tempat ini akan menjadi kuburan kalian!"Namun, tawanya terhenti ketika asap mulai menipis dan memperlihatkan sosok Reinhard yang masih berdiri tegak di dekat reruntuhan tangga tersebut.Tadi Reinhard sempat melompat sebelum tangga tersebut diledakkan. Namun, ia mendapatkan beberapa luka goresan ringan di tubuhnya.Melihat sosok pemuda itu, Ken tersentak. "Ternyata kamu masih bisa mengelak, huh?" gumamnya seraya berdecih
Ken menyeringai sinis saat mengulang kata-kata Reinhard. "Aku anjing gila? Hah! Anjing mana yang kamu maksud? Tidak ada satu pun yang bisa mengaturku!"Reinhard menatapnya dengan tenang, kemudian mengangkat alis. "Oh, ya? Bukankah kamu adalah kaki tangan Jason Hughes? Kamu pikir aku tidak tahu?”Senyum di wajah Ken sedikit memudar, tetapi hanya untuk sesaat. Ia lalu tertawa keras, seolah mengejek.“Apa yang kamu tertawakan, Ken?” hardik Owen.Ken menghentikan tawanya perlahan, lalu dengan suara yang dingin, dia menjawab, “Jason Hughes sama sekali bukan majikanku. Dia hanyalah anak muda malang yang terlalu naif.”“Apa maksudmu?” Reinhard mengerutkan dahinya, mencoba mengorek lebih jauh mengenai hubungan keduanya.“Dia selalu saja berlagak kalau dia bisa mengaturku dan menganggap dirinya lebih pintar dariku. Tapi, dia tidak tahu kalau pada akhirnya akulah yang mengendalikan semuanya dan menjadikannya bidak catur untuk memeriahkan permainanku ini.”Jawaban Ken sangat mengejutkan Reinhard
Hans dapat merasakan kekecewaan dalam suara tuan mudanya. Dengan wajah yang diliputi kepedulian yang mendalam, ia berkata, “Tuan Muda, jangan berpikiran seperti itu. Justru tuan besar sangat mencemaskan Anda, makanya beliau datang untuk membantu.” Namun, Reinhard malah tersenyum sinis. “Tidak usah bicara terlalu manis. Bilang saja kalau dia takut aku akan membunuh saudara dan keponakan tersayangnya itu,” sindirnya. Reagan tidak bermaksud menyalahkan tindakan ayahnya, tetapi ucapan itu keluar begitu saja dari bibirnya untuk melampiaskan kekesalan yang menumpuk di dadanya. Hans menarik napas panjang. Ia tahu, akhir-akhir ini hubungan Reagan dengan Reinhard semakin memburuk. Meskipun Hans tahu jika majikannya telah bersikap terlalu keras kepada pemuda itu, tetapi ia sangat berharap Reinhard dapat memahami bahwa Reagan sangat peduli padanya, melebihi yang Reinhard ketahui. Reinhard tidak tahu, bagaimana Reagan berusaha keras mempertahankan posisinya agar tetap stabil di perusahaan.