Kira-kira gimana nanti Rein ya?
“Tuan Muda, ini laporan yang Anda inginkan mengenai Edwin Stein dan Thalia Vale berserta keluarga mereka,” Owen menyerahkan lembaran dokumen kepada tuan mudanya yang tampak berkutat dengan setumpuk dokumen di mejanya. Reinhard mengalihkam pandangannya, menghentikan aktivitasnya sejenak, kemudian menerima dokumen dari tangan asistennya itu. Ia pun membukanya dan membacanya dengan seksama selama beberapa waktu. “Informasi apa yang kamu dapatkan selain ini?” selidik Reinhard. Owen pun menjelaskan secara rinci setiap hal yang dilaporkan oleh utusan yang ditugaskannya untuk menginterogasi para pelayan kediaman Stein. Setelah mendengar informasi tersebut, wajah Reinhard pun berubah gelap, lalu umpatan kasar pun meluncur dari bibirnya, “Berengsek.” Owen memahami dengan jelas alasan kemarahan mendalam dari atasannya tersebut. Tadi ia juga sangat geram saat mendapatkan informasi bahwa nyonya mudanya diperlakukan dengan sangat buruk selama menjadi nyonya muda keluarga Stein. Bahkan para
Owen masih belum meninggalkan tempatnya dan kembali berkata, “Mengenai ‘kejutan’ untuk Tuan Nick, beliau sudah menerimanya tadi. Saat ini beliau sedang dirawat di Lawrence Medical Center dan mengalami cedera yang cukup serius,” lapornya atas tugas yang diberikan Reinhard tadi pagi.Reinhard tersenyum smirk. “Oh, ya? Apa dia menyukainya?” selidiknya, melirik Owen dari sudut matanya.“Saya rasa beliau akan berpikir dua kali apabila ingin mengirimkan ‘kejutan’ lain kepada Anda lagi,” jawab Owen dengan penuh percaya diri.Reinhard manggut-manggut. Wajahnya tampak puas dengan hasil kerja bawahannya.“Tapi, tadi saya mendapat laporan bahwa di dalam pertemuan itu juga ada seorang wanita,” lanjut Owen.“Wanita?” Reinhard mengerutkan keningnya, menatap Owen dengan tajam.“Saya dengar, wanita itu diundang oleh Jason Hughes dan tadi salah seorang bawahan kita hampir melukainya. Tapi, Direktur Hughes berhasil menahan pukulan itu dan karena itu, dia juga terluka cukup parah,” terang Owen lebih lan
“Bicaralah, Nona Carson,” ucap Owen kepada wanita yang masih membisu di depannya.Meskipun suara Owen terdengar tegas, tetapi Margaret merasa lebih tenang karena ekspresi wajah pria itu terasa lebih hangat dibandingkan wajah Reinhard.Margaret berdeham pelan untuk menenangkan hatinya sebelum akhirnya berkata, “Maafkan kelancangan saya, Direktur Hernandez. Sebenarnya tadi saya mencari Tuan Scott─"“Apa terjadi sesuatu kepada nyonya?” sela Owen dengan cepat. Namun, ia segera menyadari kesalahannya ketika melihat wajah kaget Margaret.“Ny-nyonya?” Margaret tercengang, mendongakkan wajahnya dan menatap lurus ke arah Owen. ‘Jadi ... Anya bukan kekasih Direktur Hernandez, tapi istri?’ terkanya di dalam hati.“Tuan Scott─” Margaret pun berniat mencari tahu lebih lanjut, tetapi suara Reinhard menyelanya lebih dulu. “Nona Carson, apa ada masalah serius yang terjadi dengan istri saya?”Mendengar pertanyaan Reinhard tersebut, rasa kaget Margaret semakin berlipat ganda. “Apa istri yang Anda maks
Tatapan Reinhard langsung mengunci pada tangan Jason yang menggenggam pergelangan istrinya. Raut wajahnya terlihat nanar, menunjukkan amarahnya dengan jelas.Akan tetapi, Jason, meskipun terkejut, tetap tidak melepaskan genggamannya dari tangan Alicia. Sorot matanya yang bersitatap dengan Reinhard, seakan menantangnya.“Rein, kenapa kamu ada di sini?” tanya Alicia, memecahkan ketegangan yang terjadi di dalam ruangan itu.Akan tetapi, Reinhard tidak menjawab. Manik mata ambernya masih tertuju pada Jason.Alicia segera menyadari hal tersebut. Ia bergegas menarik tangannya dari genggaman Jason, tetapi pria itu tidak melepaskannya dengan segera. Sebaliknya, Jason justru mempererat genggamannya.“Lepaskan, Jason,” cicit Alicia dengan wajah yang mulai terlihat panik.Namun, pria itu malah menyeringai kecil. “Apa kamu takut dengannya?” ledeknya.Alicia mendelik pria itu dengan tajam. “Jangan kira kamu terluka, aku tidak akan berani untuk─”Kalimat Alicia terpotong karena tanpa aba-aba Reinha
“Apa yang kamu lakukan di sini, Anya?” Suara Reinhard mengalihkan lamunan Alicia. Pria itu telah memasang wajah dingin, menatapnya seperti seorang tersangka yang telah melakukan kesalahan besar.Masih dengan pikiran yang kacau, Alicia menjawab, “Apa kamu tidak lihat? Dia terluka. Aku di sini menemaninya, Rein.”“Menemaninya? Memangnya kamu pengasuhnya?” cibir Reinhard, masih belum bisa meredakan rasa cemburunya terhadap Jason.Alicia menghela napas pelan. “Tadi dia sudah melindungiku. Jadi sudah sewajarnya aku menemaninya, Rein. Lagian kenapa kamu sampai datang ke sini?”Alih-alih menjawab pertanyaan wanita itu, Reinhard kembali menginterogasinya, “Kenapa dia sampai harus melindungimu? Apa yang terjadi?”Alicia pun menceritakan penyerangan yang baru dialami mereka beberapa waktu lalu kepada suaminya. Namun, ia tidak menjelaskan kepada Reinhard mengenai ajakan Jason sebelumnya.Wajah Reinhard seketika berubah pias. Pria itu pun menyadari bahwa dialah yang hampir mencelakai istrinya sen
Walaupun merasa kesal atas kekalahan tersembunyinya, tetapi Jason berusaha untuk tetap tersenyum. “Kalau begitu, aku tidak akan sungkan menerimanya,” balasnya dengan suara yang dibuat sesantai mungkin.Reinhard memilih untuk tidak menanggapinya. Namun, ia sangat senang bahwa tindakan dan ucapannya berhasil memprovokasi pria itu.Reinhard pun mengalihkan pandangannya kepada Alicia, meraih tangan wanita itu dan bertanya, “Sayang, aku senang kamu tidak terluka.”Alicia sangat terkejut mendengar kalimat mesra dari suaminya. Namun, mereka sedang berada di tempat umum dan Jason juga sedang memperhatikan sehingga ia tidak memiliki pilihan selain menanggapinya dengan lembut, “Semua berkat Direktur Hughes. Kalau bukan karena dia, mungkin sekarang aku yang berbaring di tempat ini.”Mendengar pujian Alicia terhadap Jason, darah Reinhard kembali mendidih. Dari sudut matanya, ia dapat melihat senyuman Jason yang menyebalkan.Namun, Reinhard berusaha tetap tenang dan mencolek hidung Alicia. “Aku sud
“Rein, turunkan aku,” cicit Alicia seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling lobi rumah sakit.Saat ini ia masih berada dalam gendongan Reinhard. Meskipun mereka telah menjadi bahan tontonan seisi penghuni rumah sakit, tetapi suaminya tetap terlihat tidak peduli dan terus melangkah keluar dari gedung tersebut.“Kamu kenapa sih, Rein? Haruskah sampai melakukan hal seperti ini?” keluh Alicia.Walaupun ia tahu bahwa Reinhard hanya ingin menunjukkan dominasinya di hadapan Jason tadi, tetapi ia merasa sandiwara yang perlu mereka pertontonkan sudah cukup.Bukannya menjawab, Reinhard hanya melirik wanita itu sekilas, kemudian menyeringai tipis. “Kalau kamu masih mau membantah, aku akan menciummu di sini,” godanya.Refleks, Alicia membulatkan matanya, kemudian mengatupkan bibirnya rapat-rapat. ‘Kenapa sih dia? Apa dia salah makan obat hari ini?’ sungutnya di dalam hati atas sikap tidak wajar suaminya tersebut.Suara tawa kecil dari bibir Reinhard mengalihkan lamunan Alicia. Pria itu seakan
“Tidak ada tapi lagi, Anya. Kamu dengarkan aku sekali ini saja,” ujar Reinhard dengan tegas. Suaranya menepis kekagetan yang baru menerpa Alicia.Dengan cepat, Alicia berusaha menguasai dirinya kembali dan mencoba membujuk pria itu. “Rein … aku masih bisa bekerja dengan baik kok. Pengujian Miracle akan selesai sebentar lagi. Aku tidak ingin menundanya hanya karena masalah kecil,” ucapnya, berharap Reinhard akan memberikannya kesempatan.Sayangnya, Reinhard tetap pada pendiriannya. “Tidak, Anya. Anggap saja ini hukuman untukmu yang tidak mau mendengarkan peringatanku,” timpalnya dengan suara lembut, tetapi tak terbantahkan.Alicia mulai frustrasi. “Rein, bukan aku─”“Aku sudah pernah memberitahumu untuk tidak bertemu dengan si gondrong itu lagi, tapi kamu tidak mau mendengarku,” sela Reinhard, tidak memberikan wanita itu kesempatan untuk mencari alasan membantahnya lagi.“Lihatlah apa yang terjadi tadi. Untung saja tidak terjadi hal yang buruk padamu,” imbuh Reinhard sembari mengusap le
Noel tidak menjawab. Ia hanya membereskan peralatan medisnya ke dalam tas.Alicia pun tidak ingin menggodanya lebih lanjut karena ia tahu bahwa cinta pertama tidak semudah itu dapat dilupakan.“Ryu ternyata anak yang sangat aktif juga,” ucap Alicia, mengalihkan pembicaraan.“Sifatnya mirip denganmu, Alicia,” celetuk Noel.Alicia memutar bola matanya dengan malas. “Aku tidak seperti itu,” tampiknya.Noel terkekeh pelan. “Kamu tidak ingat? Dulu kamu juga sering membuat para pelayan panik dengan ulahmu dan ayahmu sampai menebang semua pohon di taman belakang itu.”Pipi Alicia langsung memerah. "Kenapa sih yang diingat malah hal-hal memalukan?" gerutunya.Noel tersenyum tipis, lalu perlahan ekspresinya berubah serius. “Sekarang … bisakah kamu menceritakan padaku apa yang terjadi?”Alicia terdiam sejenak, menatap lurus pria itu. Setelah merasa ragu selama beberapa saat, akhirnya ia pun menjelaskan kondisi yang dirasakannya kepada pria itu.Noel mendengarkan dengan seksama tanpa menyelanya.
“Alicia.”Suara lembut yang memanggil namanya terdengar samar di telinganya, tetapi semakin lama semakin terdengar jelas dan menarik kesadarannya kembali. Kelopak mata Alicia berkedut sebelum akhirnya terbuka perlahan.Cahaya lampu ruangan menyambut pandangannya, memberikan efek menyilaukan yang membuat Alicia kembali menutup matanya dengan cepat. Namun, ia membuka matanya kembali dengan perlahan-lahan.Alicia melihat sosok wanita yang tidak lain adalah kakak iparnya, Amora Lysander. Wanita itu tidak sendiri, tetapi bersama Noel yang sedang memeriksa kondisinya dengan peralatan yang dibawanya.“Syukurlah kamu sudah sadar, Alicia,” Amora bergumam dengan penuh kelegaan.Alicia berkedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kepalanya masih terasa berat, dan ada sensasi berdenyut yang samar di pelipisnya.“Alicia, bagaimana perasaanmu?” tanya Amora dengan suara lembut.Namun, Alicia tidak menjawab sehingga Amora pun menoleh pada Noel dan bertanya, “Apa ada
Alicia menatap langit-langit kamar, pikirannya tak henti-henti mengembara. Semakin Reinhard memintanya untuk melupakan pertanyaan itu, semakin besar rasa ingin tahunya."Kenapa Xavier tiba-tiba menanyakan kecelakaan itu?" gumamnya pelan.Alicia menghela napas panjang dan berbalik, memeluk bantalnya.Ia tahu Reinhard tidak akan menanyakan hal itu tanpa alasan. Pria itu mungkin menyembunyikan sesuatu darinya dan seperti biasanya, Alicia lagi-lagi merasa berkecil hati.“Ah, tidak! Apa yang aku pikirkan?” Alicia menggelengkan kepalanya dengan kuat, mencoba mengusir rasa khawatirnya yang berlebihan.“Aku harus percaya padanya. Xavier bertanya seperti itu, pasti karena ada sesuatu yang penting yang ingin dipastikannya saja.”Embusan napas kasar bergulir dari bibir Alicia. Ia pun memejamkan matanya kembali, mencoba untuk mencari potongan ingatan yang hilang di dalam memorinya tersebut.Namun, semakin ia mencoba, semakin kuat rasa sakit yang menghantamnya. Seolah ada dinding tebal yang mengha
“Daripada membicarakan dia, ada hal penting yang ingin kutanyakan padamu,” ucap Reinhard, suaranya tiba-tiba menjadi lebih serius.“Hal apa?” tanya Alicia. Suaranya masih diselimuti kekhawatiran.Namun, Reinhard tidak langsung menjawab sehingga keheningan yang tercipta di antara mereka membuat rasa ingin tahu Alicia yang berada di ujung telepon tersebut semakin besar.“Xavier─”Sebelum Alicia sempat mendesaknya, Reinhard akhirnya bersuara. “Alicia, mengenai kecelakaanmu waktu itu, apa kamu bisa menceritakannya padaku?”“Kecelakaanku?” gumam Alicia yang diliputi kebingungan.“Maaf, aku bukan ingin memaksamu untuk mengingat kenangan buruk itu. Tapi …,” Reinhard menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “aku ingin tahu bagaimana kamu bisa tidak ada di dalam pesawat waktu itu?”“Kenapa kamu bertanya tentang hal ini?” tanya Alicia dengan bingung.“Aku hanya ingin tahu semuanya tentangmu, Sayang,” dalih Reinhard.Ia terpaksa berbohong. Ia tidak ingin Alicia mengetahui permasalahan rumi
Siapa lagi yang bisa mengubah suasana hati Reinhard secepat ini jika bukan istri tercintanya, Alicia Lorenzo?Ternyata, wanita itu sudah mengirimkan beberapa pesan untuknya tanpa ia sadari.Reinhard bergegas membuka pesan-pesan tersebut dan membacanya dengan penuh antusias.[Kamu lagi apa, Suamiku?][Kamu lagi sibuk?][Sesibuk-sibuknya kamu, jangan sampai lupa makan. Aku tidak ingin kamu sakit.][Kamu tidak rindu aku?][Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Selamat bekerja.]Ketegangan yang dirasakan Reinhard seketika menguap saat membaca pesan singkat beruntun dari istrinya tersebut. Tanpa membuang waktu, ia langsung menekan nomor kontak wanita pujaannya itu dan melakukan panggilan video.Baru dering pertama, panggilan tersebut langsung terhubung. Akan tetapi, Alicia tidak menyalakan kameranya sehingga Reinhard tidak dapat melihat wajahnya.“Halo,” sahut Alicia di seberang teleponnya.“Sayang, kameramu belum on,” ucap Reinhard mengingatkan.“Aku memang sengaja,” timpal Alicia, t
Di ruang kerjanya yang berada di kantor pusat Divine, Reinhard duduk bersandar di kursinya, mendengarkan laporan dari Owen dan Ethan Millano, salah satu anggota tim khusus yang ia tempatkan di Nexus."Seperti yang Anda duga, proyek kerja sama ini memang mencurigakan," ujar Ethan dengan nada serius.Pria bertubuh kurus dan berpenampilan necis itu kembali melanjutkan, “Saya sudah menelusurinya dan sejak awal Tuan Muda Nicklah yang menerima kerja sama ini. Tapi, beliau tidak tahu kalau perusahaan rekanan ini sangat bermasalah.”Reinhard, yang sejak tadi bersandar di kursinya, menyipitkan mata. “Teruskan.”Ethan mengeluarkan beberapa dokumen dan menyerahkannya kepada Owen, yang kemudian meneruskannya kepada Reinhard. “Perusahaan rekanan ini, Vega Tech, sebenarnya hanya sebuah perusahaan cangkang. Tidak ada proyek besar yang pernah mereka tangani sebelumnya, dan sumber pendanaan mereka juga tidak jelas.”Reinhard membuka dokumen itu dan meneliti setiap lembarannya. Dahinya berkerut saat me
“Nexus, ya?” Liliana tiba-tiba ikut menimpali. “Tadi Tante juga sempat lihat beritanya di TV. Sepertinya lagi jadi trending topic.”Mendengar hal tersebut, Alicia segera mengambil remote televisi dan mencari saluran berita yang sedang tayang. Amora, Liliana, dan Winny ikut memperhatikan layar dengan penuh rasa ingin tahu.Tak lama, sebuah berita bisnis muncul di layar. Seorang reporter sedang berbicara dengan latar belakang gedung tinggi yang memiliki logo Nexus di bagian depannya.“… pengambilalihan mendadak ini mengundang banyak spekulasi di antara para pebisnis. Walaupun Reinhard Xavier Hernandez tidak membuat pernyataan secara langsung, tetapi kehadirannya di Nexus memicu asumsi mengenai perubahan kepemilikan perusahaan tersebut.”Alicia terpaku menatap layar televisi tersebut. Wajah Reinhard disorot oleh kamera media. Pria itu berjalan keluar dari gedung Nexus dengan pengawalan ketat dan mengabaikan semua pertanyaan dari para wartawan.“Kamu beruntung dapat pria hebat, Alicia,” p
“Nenek, bagaimana keadaanmu?”Suara riang Amora terdengar memenuhi ruangan saat ia masuk bersama ibu mertuanya, Liliana Ritter.Alicia dan neneknya langsung menoleh bersamaan. Melihat kedatangan mereka, Alicia segera bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Amora dan menuntun langkahnya menuju tempat duduknya tadi.“Terima kasih, Alicia,” ucap Amora seraya tersenyum kecil dan menatap adik iparnya dengan seksama.Ia kemudian terkekeh kecil. "Kalau dipikir-pikir, kamu benar-benar sudah dewasa sekarang. Sudah tahu bagaimana merawat orang lain."Alicia terkejut dengan pujian itu. "Ka-Kak Amora?" Wajahnya langsung memerah.Amora tersenyum penuh arti. Ia ingat betul, dulu saat ia masih mengandung Ryuji, Alicia hampir tak pernah menunjukkan kepedulian seperti ini."Memangnya dulu aku seburuk itu sampai Kakak harus menggodaku begitu?" gerutu Alicia, pura-pura kesal."Aku memujimu, Alicia," sahut Amora seraya memutar bola matanya.Liliana Ritter, yang sejak tadi meletakkan barang bawaannya di
Reinhard menghentikan langkahnya sejenak di dekat parkiran mobil setelah berada di luar rumah terlantar tersebut. Ia menoleh sekilas ke arah bangunan yang kini bergema oleh jeritan putus asa Edwin.Owen, yang berdiri di sampingnya, melirik ekspresi dingin Reinhard sekilas sebelum akhirnya bertanya dengan hati-hati, “Tuan Muda, apa Anda percaya dengan ucapan Edwin tadi?”Reinhard menghela napas pelan, tatapannya masih terpaku pada rumah itu. "Percaya atau tidak, dia pantas mendapatkan semua ini."Owen meneguk salivanya dengan kasar, lalu mengangguk pelan. Ia dapat memahami kebencian Reinhard terhadap Edwin, mengingat semua hal yang dilakukan pria itu pada Alicia selama tiga tahun ini.Owen melirik darah Edwin yang masih menempel pada telapak tangan tuan mudanya tersebut. Ia pun memberikan sapu tangannya kepada Reinhard dan kembali bertanya, “Apa Anda tidak ingin menanyakannya langsung kepada Nyonya mengenai masalah ini, Tuan Muda?”Reinhard menerima sapu tangan itu tanpa berkata apa-ap