“Rein, berhenti! Aku bilang aku bisa jalan sendiri!” Alicia masih meronta. Dengan kepalan tangannya ia memukul pundak Reinhard meskipun tidak dengan bersungguh-sungguh.Akhirnya perlawanan Alicia pun terhenti setelah mereka masuk ke dalam kamar mandi. Reinhard mendudukkannya di pinggiran bathtub.“Tidak perlu terlalu tegang. Rileks saja,” ucap Reinhard dengan lembut.Meskipun merasa kesal dengan tindakan Reinhard yang semena-mena, tetapi kalimat pria itu berhasil meredakan sedikit kegugupannya. Masih dengan pikiran yang dipenuhi kebingungan, matanya menyelidik, mencoba memahami alasan perbuatan Reinhard saat ini.“Kamu tidak perlu melakukan hal ini. Aku bisa melakukannya sendiri,” celetuk Alicia ketika Reinhard mengalirkan air hangat untuk mengisi bathtub.Reinhard hanya menatapnya sejenak. Tanpa mempedulikan ucapan Alicia, ia memeriksa suhu air di dalam bathtub tersebut.“Rein,” panggil Alicia sekali lagi.Seulas senyuman lembut mengukir kedua sudut bibir Reinhard. Tatapan teduh pria
“Berhenti bicara yang aneh-aneh, Rein,” ucap Alicia sambil memalingkan wajahnya. Ia berharap dapat mengalihkan suasana yang semakin membuatnya tersudutkan.Akan tetapi, Reinhard tidak memberikan tanggapan. Tiba-tiba pria itu beranjak dari tempatnya. Alicia pun menarik napas lega, mengira Reinhard akan meninggalkannya.Sayangnya, tidak berapa lama kemudian, pria itu kembali lagi dengan membawa segelas anggur merah, lalu memberikannya kepada Alicia. “Minumlah agar lebih rileks,” ujarnya.Alicia memandangnya ragu. Namun, Reinhard menyodorkan gelas itu lagi sembari tersenyum kecil. “Yakin tidak ingin mencoba? Aku rasa kamu membutuhkannya agar dapat lebih menikmati spesial service yang kuberikan.”“Kamu tidak perlu memberikan spesial service apa pun, Rein. Aku tidak ingin merepotkanmu. Anggap saja aku tidak mengatakan apa pun tadi,” ujar Alicia, mencari dalih untuk menghentikan pria itu.Akan tetapi, Reinhard malah tersenyum melihat kegugupan wanita itu. “Aku adalah orang yang sangat memega
Manik mata Reinhard yang bersinar lembut masih mengamati wajah pulas istrinya tersebut. Namun, perhatiannya teralihkan oleh getaran ponselnya yang tergeletak di atas nakas.“Siapa yang sudah bosan hidup pagi-pagi begini,” gerutu Reinhard seraya berdecak kesal.Dengan hati-hati ia mengangkat kepala Alicia agar ia bisa mengangkat lengannya, lalu perlahan ia menyingkirkan tangan wanita itu yang masih memeluk pinggangnya. Setelah berhasil membebaskan diri, Reinhard menutupi tubuh istrinya itu dengan selimut, lalu ia menyambar ponselnya.Satu alisnya terangkat, melihat nama asistennya pada layar gawainya tersebut. Ia pun menjawab panggilan itu sembari melangkah dengan tenang ke arah balkon, membiarkan udara segar pagi menyapa wajahnya saat ia membuka pintu kaca balkon.Dengan pandangan yang masih setengah tertuju pada kamar, Reinhard mengangkat ponselnya.“Aku harap laporan yang kudengar pagi ini sangat penting, Owen.” Suara Reinhard terdengar rendah dan dingin.Nada yang tidak mengenal ko
“Tapi, Tuan Muda … bukankah Nyonya Muda berencana meluncurkan produk barunya nanti untuk menjatuhkan Mirage? Kalau Tuan Nick ikut berpartisipasi dalam kerja sama ini, saya khawatir ….”Kening Reinhard berkerut saat mendengar keresahan yang baru dicetuskan oleh asistennya di seberang ponselnya. Ia pun tertegun sejenak, lalu bergumam, “Sepertinya ucapanmu ada benarnya.”Kerja sama Nicholas dengan Mirage pastinya akan mempengaruhi rencana Alicia meskipun Reinhard masih belum mengetahui secara pasti hal yang ingin Alicia lakukan nanti. Reinhard pun berpikir jika ia tidak bisa membiarkan tindakan Nicholas menghambat langkah wanitanya.Selain itu, ia juga khawatir sepupunya itu juga akan membahayakan wanita itu apabila mengetahui Alicia akan merusak proyek kerja sama Nexus dengan Mirage nanti.“Owen, atur pertemuanku dengan Nick,” titah Reinhard. Ia memutuskan untuk menghentikan sepupunya tersebut.“Tapi, Tuan Muda … saya rasa Tuan Nick tidak akan berhenti walaupun Anda membujuknya.” Owen m
“Dan, Owen,” tambah Reinhard sebelum menutup panggilan. “Selidiki lebih dalam tentang keluarga Stein dan latar belakang wanita yang akan menjadi istri Edwin Stein.” “Baik, Tuan Muda. Saya akan memastikan tidak ada yang terlewatkan,” jawab Owen dengan penuh keyakinan. Sebelumnya Reinhard pernah meminta Owen untuk menyelidiki latar belakang istrinya, tetapi asistennya tidak menemukan apa pun selain identitas wanita itu sebagai istri dari Edwin Stein. Sebenarnya hal ini sangat aneh, tetapi saat itu ia tidak terlalu mempermasalahkannya karena ia masih beranggapan wanita itu hanyalah seseorang yang mirip dengan Alicia saja. Sekarang Reinhard benar-benar menyesal karena terlambat menyadari hal tersebut. “Jika perlu, bayar orang dalam dan interogasi mereka! Saya juga ingin tahu bagaimana istri saya melalui hari-harinya selama di kediaman Stein, termasuk alasan pernikahan mereka hingga mengapa pernikahan itu berakhir,” lanjut Reinhard. “Dimengerti, Tuan Muda,” sahut Owen dengan nada tegas
“Ugh! Rein ….” “Apa kamu merasa lebih enak? Bagaimana kalau di bagian ini?” “Ah!” “Sakit?” “Tidak. Jangan berhenti … akh!” Alicia tercengang ketika suara-suara dan bayangan yang bermunculan di dalam kepalanya. Ia menggigit bibir, merasa malu sekaligus bingung dengan ingatan memalukan tersebut. Ia teringat bagaimana Reinhard memberikan perhatian penuh padanya semalam demi menebus kesalahannya. Pria itu juga merawat lukanya dan memastikan ia merasa nyaman dengan pijatan lembutnya ketika Alicia berendam di dalam bathtub. “Hais! Sepertinya aku sudah gila. Bisa-bisanya aku ….” Alicia mengacak surainya dengan frustrasi. Namun, gerakan tangannya terhenti sejenak ketika mengingat kembali hal yang terjadi selanjutnya. Walaupun Alicia tidak ingat bagaimana dirinya bisa berada di atas ranjang saat ini, tetapi ia ngat Reinhard ikut masuk ke dalam bathtub bersamanya karena ia menariknya untuk masuk bersamanya. Mereka berakhir melakukan ciuman panas penuh gairah yang memabukkan setelah R
“Semalam kamu sangat menggemaskan, Istriku. Aku tidak akan lupa bagaimana kamu mengerang nikmat saat memanggil namaku.”Bisikan lembut yang meluncur dari bibir Reinhard membuat Alicia terbelalak lebar. Sontak, potongan ingatan malam bergairah yang dilaluinya kembali bermunculan di dalam benaknya.“Ah, Rein … aku sudah tidak tahan lagi. Lebih cepat lagi. Cepat! Ah!”Alicia merasakan semburat panas merayapi wajahnya, pipinya memerah seketika. Rasanya ia ingin menggali lobang di bawah kakinya dan menyembunyikan dirinya selamanya di sana!“Kamu menahanku semalaman dan memintaku untuk tidak berhenti. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana kamu memohon waktu itu. Kamu sangat manis, Sayang,” bisik Reinhard lagi. Suara beratnya terdengar sangat menggoda.Alicia menggigit bibirnya dengan perasaan malu yang membuncah. Jantungnya berdegup sangat kencang seakan akan meledak kapan saja ketika tatapan nakal pria itu menyorotinya.“Selain manis, kamu juga sangat liar, Istriku. Semalam kamu juga─”"Cuk
“Semalam, setelah terpuaskan, kamu malah tidur pulas seperti tak bersalah. Menurutmu, apa yang sebaiknya kulakukan, hm?”Netra Alicia mengerjap berulang kali, mencoba mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan oleh suaminya tersebut. ‘Jadi aku belum mengatakannya?’ batinnya dengan penuh kelegaan.“Sekarang tepati janjimu, Istriku,” ucap Reinhard dengan penuh ketegasan.Rasa gugup Alicia pun kian meningkat seiring Reinhard yang terus mendekat, jelas tidak berniat untuk memberinya ruang untuk kabur.“Rahasia apa? Aku … aku tidak mengerti maksudmu,” sahut Alicia seraya menghindari kontak mata pria itu.Reinhard tidak melepaskan tatapannya dari Alicia. Pria itu masih mendesaknya dan berkata, “Aku tahu kamu berbohong. Apa kamu tidak percaya padaku?”Sorot mata ambernya mencoba menyelami isi hati Alicia. Kegelisahan tergambar jelas di wajah wanita itu, tetapi Reinhard terus mendekat, mempersempit jarak di antara mereka, hingga Alicia tidak lagi memiliki tempat untuk melarikan diri.Alicia
Alicia terdiam. Tatapannya kosong sejenak sebelum akhirnya ia tertawa sinis. “Aktingmu benar-benar luar biasa, Jason.”“Aku tidak berakting. Aku benar-benar mencintaimu, Alicia,” Jason menegaskan."Cinta?" Alicia mengulang kata itu dengan nada mengejek.Sebelum Jason sempat menanggapinya, suara Alicia berubah menjadi dingin, penuh amarah dan kepedihan yang tak bisa disembunyikan. “Cinta seperti apa yang kamu maksud, Jason? Cinta yang membuatmu ingin membunuhku tiga tahun lalu? Atau cinta yang membuatmu ingin membunuh pria yang kucintai? Apa cinta seperti itu yang kamu miliki?”Jason tidak bisa berkata-kata. Untuk pertama kalinya, ia merasakan betapa jauhnya jaraknya dengan wanita itu seolah Alicia mendorongnya dengan keras hingga ia terjatuh ke dasar yang mungkin tidak akan pernah dapat ia gapai lagi.Jason mengatupkan rahangnya erat, menahan rasa sakit yang terasa lebih menusuk daripada luka di tubuhnya. Tatapan Alicia begitu tajam, seolah setiap kata yang keluar dari bibirnya adalah
Karena sentakan kasar Alicia, Jason refleks menarik tangannya, lalu terhuyung mundur dan akhirnya terduduk di atas tanah berbatu tersebut. Ia menarik napas berat, menatap wanita itu dengan bingung.“Alicia, maaf … a-apa aku sudah menyakitimu?” tanya Jason gugup, takut jika ia tanpa sengaja telah menyentuh titik sakit wanita itu.Alicia tidak menjawab, memalingkan wajahnya.Jason melirik pergelangan kaki Alicia yang telah bengkak. Ia merasa khawatir dan berniat menyentuhnya lagi.Namun, Alicia segera berdiri, melangkah mundur untuk menjaga jarak. Tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan. “Sudah kubilang, jangan sentuh aku! Apa kamu tidak mengerti?!”Jason mengernyit, hatinya mencelos dengan sikap wanita itu. Ia bangkit perlahan, menatap wanita itu dengan sorot mata terluka.“Alicia, sebenarnya kamu kenapa?” tanya Jason. Nada suaranya lembut dan penuh kecemasan. “Apa aku melakukan sesuatu yang menurutmu salah?”Alih-alih menjawab, Alicia malah tertawa sinis. “Tidak usah berakting lagi, J
“Anda mau mengejar Ken?” terka Owen yang semakin menunjukkan kekhawatirannya.Reinhard menyeringai tipis. “Aku harus membuatnya membayar semua kejahatan yang telah dia lakukan,” ujarnya dengan keteguhan yang terpancar dari sorot mata ambernya yang menyala-nyala. "Jason juga, Rein. Dia berhasil lolos tadi," ucap Reagan mengingatkan.Reinhard terkejut. Walaupun ia ingin mengetahui lebih rinci mengenai perseteruan ayahnya dengan pria itu, tetapi ia tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi dan hanya memberikan anggukan kecil."Aku akan sekalian mengurusnya," timpal Reinhard dengan tegas.“Berhati-hatilah, Tuan Muda. Ken sangat licik.” Owen ikut mengingatkan.Melihat percakapan mereka yang serius, Regis lantas bertanya, “Memangnya siapa Ken?”“Orang yang mencoba meledakkan kita tadi. Sepertinya dia belum pergi jauh,” jawab Reinhard sambil menghela napas. “Dia sangat berbahaya untuk dibiarkan lepas begitu saja.”Reinhard khawatir Ken akan kembali membalas mereka. Karena itu, ia harus men
Reinhard baru bisa menarik napas lega setelah mereka berhasil keluar dari vila. Bangunan vila di hadapannya telah ambruk sepenuhnya.Puing-puing yang mengepul di udara menjadi saksi betapa tipisnya batas antara hidup dan mati yang baru saja mereka lalui. Dengan napas tersengal, ia menatap reruntuhan itu, menyadari betapa berbahayanya situasi yang baru saja mereka hadapi sebelumnya.“Tuan Alexei!” seru Hans tiba-tiba, panik melihat Alexei yang tidak sadarkan diri di tengah tuntunan langkahnya.“Hans, bawa dia ke mobil sekarang,” titah Reagan kepada asistennya tersebut.Tanpa membuang waktu, Hans segera membawa Alexei menuju ke lokasi parkiran kendaraan mereka yang tertutup pepohonan lebat, hanya berjarak beberapa meter dari vila.Namun, langkahnya terhenti seketika saat melihat keadaan mobil mereka—keempat bannya telah dikempiskan. Bukan hanya mobilnya, tetapi juga semua kendaraan milik bawahan mereka mengalami hal yang sama.“Sial! Ini pasti kerjaan Ken,” geram Hans, mengepalkan tinju
Di dalam vila yang porak-poranda, Reinhard melangkah tertatih melewati puing-puing berserakan. Asap tebal masih memenuhi ruangan, membuat napasnya terasa berat.Di tengah kabut debu dan serpihan beton, matanya menyapu sekeliling hingga menangkap sosok Owen yang terkapar di salah satu sudut dengan darah menggenang di sekitarnya.Dengan tubuh yang masih gemetar, Reinhard bergegas menghampiri asistennya tersebut. Ia berlutut di samping Owen dan mengangkat puing yang menindih punggung pria itu.Di bawah Owen, terlihat sosok Nicholas yang sudah tidak sadarkan diri. Beberapa waktu lalu sebelum ledakan terjadi, Owen menggunakan tubuhnya sendiri untuk melindungi Nicholas sehingga pria itu masih terselamatkan dan Owen mengalami luka yang cukup parah. “Owen, sadarlah!” Reinhard mengguncang tubuh asistennya dengan cemas. Perlahan, kelopak mata Owen bergerak sebelum terbuka sepenuhnya. Suaranya lemah saat berbisik, "Tuan Muda ...."Reinhard menghela napas lega, lalu ia bergegas membantunya berd
Di tempat persembunyiannya, Alicia dikejutkan oleh suara ledakan yang menggema di kejauhan. Suara tembakan yang samar-samar terdengar saja sudah membuat jantungnya tak hentinya berdegup kencang. Dan, sekarang ia dibuat panik dengan suara dentuman tersebut.Alicia berdiri dengan gelisah, matanya terpaku pada vila di kejauhan, di mana kepulan asap mulai menjulur ke langit."Rocky, kamu dengar itu? Itu ledakan, kan?" tanyanya cepat kepada pengawal yang berdiri di sampingnya.“Sepertinya begitu, Nona,” sahut Rocky, mengangguk pelan dengan ekspresi penuh kewaspadaan.Alicia menggigit bibirnya, tangannya mengepal erat di kedua sisi tubuhnya. Meskipun Mark telah memintanya untuk menunggu kepastian kabar darinya mengenai keberadaan Reinhard di vila tersebut, tetapi Alicia sudah tidak dapat berdiam diri saja di sana.“Tidak bisa! Aku harus pergi melihatnya langsung,” gumam Alicia segera beranjak dari tempatnya.Akan tetapi, Rocky menahannya dengan cepat. “Nona, Anda mau ke mana?”“Saya mau men
Ledakan mengguncang ruangan, menghancurkan bagian dinding dan membuat serpihan beton berterbangan ke segala arah. Hans terlempar ke belakang, tubuhnya menghantam meja yang langsung hancur berantakan. Anak buahnya berusaha melindungi Nicholas dari puing-puing yang berjatuhan.Sementara, Owen berteriak histeris memanggil tuan mudanya. Asap tebal memenuhi udara, membuat pandangannya kabur sejenak. Telinganya masih berdengung akibat ledakan dahsyat itu.Di tengah kekacauan itu, tawa Ken Stewart menggema, matanya bersinar dengan kegilaan yang mengerikan. "Sudah kubilang, tempat ini akan menjadi kuburan kalian!"Namun, tawanya terhenti ketika asap mulai menipis dan memperlihatkan sosok Reinhard yang masih berdiri tegak di dekat reruntuhan tangga tersebut.Tadi Reinhard sempat melompat sebelum tangga tersebut diledakkan. Namun, ia mendapatkan beberapa luka goresan ringan di tubuhnya.Melihat sosok pemuda itu, Ken tersentak. "Ternyata kamu masih bisa mengelak, huh?" gumamnya seraya berdecih
Ken menyeringai sinis saat mengulang kata-kata Reinhard. "Aku anjing gila? Hah! Anjing mana yang kamu maksud? Tidak ada satu pun yang bisa mengaturku!"Reinhard menatapnya dengan tenang, kemudian mengangkat alis. "Oh, ya? Bukankah kamu adalah kaki tangan Jason Hughes? Kamu pikir aku tidak tahu?”Senyum di wajah Ken sedikit memudar, tetapi hanya untuk sesaat. Ia lalu tertawa keras, seolah mengejek.“Apa yang kamu tertawakan, Ken?” hardik Owen.Ken menghentikan tawanya perlahan, lalu dengan suara yang dingin, dia menjawab, “Jason Hughes sama sekali bukan majikanku. Dia hanyalah anak muda malang yang terlalu naif.”“Apa maksudmu?” Reinhard mengerutkan dahinya, mencoba mengorek lebih jauh mengenai hubungan keduanya.“Dia selalu saja berlagak kalau dia bisa mengaturku dan menganggap dirinya lebih pintar dariku. Tapi, dia tidak tahu kalau pada akhirnya akulah yang mengendalikan semuanya dan menjadikannya bidak catur untuk memeriahkan permainanku ini.”Jawaban Ken sangat mengejutkan Reinhard
Hans dapat merasakan kekecewaan dalam suara tuan mudanya. Dengan wajah yang diliputi kepedulian yang mendalam, ia berkata, “Tuan Muda, jangan berpikiran seperti itu. Justru tuan besar sangat mencemaskan Anda, makanya beliau datang untuk membantu.” Namun, Reinhard malah tersenyum sinis. “Tidak usah bicara terlalu manis. Bilang saja kalau dia takut aku akan membunuh saudara dan keponakan tersayangnya itu,” sindirnya. Reagan tidak bermaksud menyalahkan tindakan ayahnya, tetapi ucapan itu keluar begitu saja dari bibirnya untuk melampiaskan kekesalan yang menumpuk di dadanya. Hans menarik napas panjang. Ia tahu, akhir-akhir ini hubungan Reagan dengan Reinhard semakin memburuk. Meskipun Hans tahu jika majikannya telah bersikap terlalu keras kepada pemuda itu, tetapi ia sangat berharap Reinhard dapat memahami bahwa Reagan sangat peduli padanya, melebihi yang Reinhard ketahui. Reinhard tidak tahu, bagaimana Reagan berusaha keras mempertahankan posisinya agar tetap stabil di perusahaan.