Share

71. Bertemu Jasmin

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-17 22:56:51

Tak menggubris, gadis cilik dengan potongan rambut bob kian menjauh. Dia begitu bersemangat ingin melaporkan pada sang nenek perihal nyamuk yang sudah lancang menggigit leher Mommy-nya.

"Mas?"

"Biarkan saja. Ibu pasti bisa mengatasi bocil itu."

"Tapi Syakila malu."

"Malu kenapa?"

"Mas Devan, ih. Bercanda mulu."

"Iya, Sayang, sorry." Devan mendekat, turut naik ke atas kasur dan duduk di sebelah istrinya. "Sini peluk," pintanya sambil merentangkan tangan.

Tak lagi canggung, wanita yang semalam menyerahkan mahkota kesuciannya pada sang suami, dengan senang hati bersandar di dada bidang yang selalu membuatnya nyaman.

Kini posisi Devan memangku tubuh ramping Syakila dari belakang.

"Apa masih sakit?" tanya Devan.

"Sedikit," jawab Syakila tersipu.

"Tidak apa-apa, nanti berangsur membaik asal jangan banyak gerak dulu. Atau mau Mas olesi salep?"

"Tidak perlu!" sahut Syakila menggeleng cepat. Tak bisa membayangkan andai itu benar terjadi. Bukannya sembuh yang ada justru bisa sebaliknya.

"Kena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sugeng wa
malah kayak sinetron indonesia, si jahat selalu menang...
goodnovel comment avatar
Tasya Usman
Sotoy Jasmin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   72. Klarifikasi

    Keduanya sontak berhenti ketika mendapati Jasmin tengah berkacak pinggang di depan mereka, dengan tatapan meremehkan."Ck! Orang-orang munafik seperti kalian harusnya tenggelam saja di laut. Tidak tahu malu!" Lagi, Jasmin berbicara dengan tidak sopannya pada Devan dan Syakila.Gadis itu begitu percaya diri dengan tingkahnya, sebab ia yakin di antara mereka tidak terjalin suatu hubungan resmi. Jika pun ada, itu hanya sebatas pacaran, pikir Jasmin.Alih-alih menjauh, Devan justru beralih merangkul pinggang ramping Syakila di depan Jasmin."Apa masalahmu dengan kami, Nona?" ucap Devan bernada santai.Jasmin semakin meradang. "Mas Devan ngapain di sini? Pakai peluk-peluk segala, mau pamer?" sungut Jasmin."Kalau iya, memangnya kenapa?" Devan menantang."Oh, mau aku viralin? Biar hancur karir kamu sekalian. Dasar manusia-manusia munafik!" Jasmin tak segan mengancam dan mengumpat. Di tangannya sudah ada ponsel yang siap merekam video."Tutup mulutmu! Lancang sekali bicaramu! Kau bahkan tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   73. Hukuman untuk Jasmin

    "Jasmin. Kau ditunggu Mba Nita di ruangannya." Salah satu karyawan memanggil Jasmin atas perintah Nita. Jantung Jasmine sedikit berdebar. Tak memungkiri perasaan wanita bercelana jeans panjang itu sedikit takut. Bukan takut perihal omelan yang akan dia dapat, tetapi pada sangsi yang pasti melelahkan dan memberatkan dirinya. "Buruan! Malah bengong!" sentak seseorang itu membuat Jasmin terlonjak. "Iya. Bawel!" balas Jasmin. Dengan langkah gontai, wanita yang lulus SMA dua tahun lalu itu berjalan menuju ruangan Nita yang telah menunggunya sejak tadi. Tok! Tok! Tok! "Masuk!" perintah Nita dari dalam. Jasmin pun menurut. Ia membuka pintu, perlahan memasuki ruangan itu. "Mba panggil saya?" ucap Jasmin setelah berada di depan meja kerja Nita. "Iya. Tunggu sebentar, saya selesaikan pekerjaan saya dulu." Nita tetap fokus pada monitor di depannya. Beberapa menit berikutnya, Nita terlihat beranjak. "Ikuti saya," ujarnya menyuruh Jasmin lalu berjalan mendahuluinya. "Ke mana,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   74. Menunggu Tanggal Mainnya

    "Jangan macam-macam kau gadis kampung. Sekali kampungan tetap kampungan meskipun kau bersembunyi di ketiak nama besar Mas Devan dan butik kecil ini. Kalau kau berani macam-macam, aku tidak segan untuk membuat hidupmu hancur sehancur-hancurnya!" ucap Jasmin penuh penekanan. Syakila yang sudah begitu geram dengan tingkah gadis kecil di depannya itu mendekat. Tak disangka tangan lembutnya mencengkeram kedua pipi Jasmin, memberi tatapan tajam dan membalas ancaman yang ditujukan padanya. "Kau yang harus hati-hati, Bocah! Masa depanmu ada di tanganku. Jangan macam-macam dan bertingkah lagi di depanku. Aku bukan Syakila yang dulu! Diam dan menurut atau aku sebarkan foto menjijikkanmu dengan laki-laki di kamar hotel!" sentak Syakila lalu menghempaskan pipi Jasmin ke udara. "Apa maksudmu?!" Meski sudah mendapat peringatan, rasa penasaran pada ancaman Syakila membuatnya berani untuk bertanya. Syakila tersenyum miring menanggapi, kemudian berbisik di telinga Jasmin, "Foto tanpa busana dir

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   75. Ide Konyol Sundari

    "Mama lagi ngomong sama Syakila?" Kamil kembali bertanya sembari mendekati sang mama."Bukanlah! Ngapain? Mama lagi ngomong sama Jasmin," sahut Sundari."Kok tadi nyebut nama Sya--""Sudah, diam dulu kamu." Yumna memotong ucapan Kamil, membuat lelaki itu menghela napas.Dengan langkah gontai Kamil mendekat pada sang kakak dan duduk di sebelahnya.Sundari melirik anak lelakinya, kemudian berniat mengakhiri panggilannya. "Ya sudah, kamu harus lebih berhati-hati. Mama tutup dulu teleponnya."Setelah itu panggilan pun berakhir. Ibu dari tiga anak yang sudah dewasa itu lalu mendekati Kamil yang terlihat kacau. Kantung matanya begitu kentara melingkar di wajah. Belum lagi penampilan yang biasanya rapi kini terlihat kusut dengan rambut acak-acakan."Kamu kenapa, Nak? Apa kamu sakit?" Sambil mengelus kepala Kamil, Sundari bertanya penuh perhatian."Iya, kayak kurang tidur. Della bertingkah lagi?" Yumna pun ikut menimbrung."Huffhh. Hampir setiap malam aku begadang menemani baby Ivana. Kasihan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   76. Yumna Membuat Gaduh

    "Tunggu, Kamil akan kembali ke rumah Mama." Kabar mengenai keberadaan wanita yang sedang dirindukannya itu ibarat sebuah oase di tengah Sahara. Hanya menyebut namanya saja mampu membuat hati Kamil bergetar. Rasa panas yang sempat menjalar di hatinya kini terpadamkan oleh sejuknya kalimat restu yang baru saja ia dengar dari mamanya. Untuk kali ini dia akan benar-benar berjuang meraih cintanya. Sudah cukup selama ini hidup terombang-ambing dalam pusaran rumah tangga tak sehat. Ia akan memperjuangkan kebahagiaannya bersama wanita pujaannya. Hanya memakan waktu sekitar 20 menit, mobil Avanza hitam telah sampai membawanya ke tempat di mana Mama dan dua saudaranya tinggal. Dengan gerakan cepat kini Kamil sudah berada di dekat mamanya. "Mama yakin dengan apa yang tadi mama katakan?" ucapnya langsung menodong pertanyaan. Sundari yang memang sudah menunggunya, tersenyum tipis. Senyum yang lebih mirip sebuah seringaian. "Tentu saja Mama yakin. Info ini akurat," sahut Sundari perca

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   77. Gagal Membuat Gaduh

    "Iiiuuuhhh ... Baju apaan ini? Kenapa jelek dan bernoda begini?" Yumna berteriak kencang sambil mengangkat salah satu baju yang memang memiliki noda. Dia sengaja melakukan itu untuk mencuri perhatian pengunjung. Sontak saja aksinya itu mengundang karyawan dan mengalihkan perhatian Nita dan Syakila yang sedang mengecek sesuatu di sana. "Ada yang bisa dibantu, Nona?" tanya salah satu karyawan bernama Eni dengan ramah. "Lihatlah, baju itu begitu jelek dan bernoda. Kenapa masih dipajang di sini? Apalagi harganya begitu mahal. Tidak sepadan sama sekali dengan kualitasnya. Butik apaan ini!" seru Yumna sembari melemparkan baju itu pada Eni. Eni yang berhasil menangkap baju itu pun langsung memperhatikan setiap inci dari baju polos itu. Memang ada banyak noda yang menempel di sana. Noda serupa saos yang sudah mengering, tetapi berbau amis saat di cium. 'Apa ini darah?' pikir Eni. "Kamu becus kerja apa tidak? Masa baju bernoda begitu masih dipajang!" Yumna lagi-lagi berseru. Kali

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   78. Senjata Makan Tuan

    Yumna memindai sekitar tempatnya berdiri lalu menyeringai tipis setelah menemukan sebuah ide.Dengan gaya congkaknya dia berjalan mendekati Syakila yang ada di depannya. "Aku tidak percaya kalau kamu itu Syakila si KAMPUNGAN!" ucapnya sengaja menekan kata kampung."Nita, Eni, kalian boleh kembali bekerja. Nona ini biar menjadi urusan saya." Alih-alih menanggapi ocehan Yumna, Syakila justru berbicara pada kedua karyawannya.Dia akan membalas setiap lontaran dari mantan calon kakak ipar itu."Iya, Nona. Anda bilang apa tadi?" ucap Syakila."Jika kamu beneran Syakila mantan pacar adik saya, buka dong penutup wajahnya. Atau kamu takut ada yang mengenali dan mengingat momen saat kamu digrebek sama laki-laki di dalam kamar hotel?" Lagi-lagi Yumna menyeringai penuh kemenangan."Boleh. Sambil ngopi aja, yuk. Kebetulan di depan sana ada kafe. Nanti aku yang traktir deh, takut kamu gak bawa dompet," balas Syakila diiringi kekehan kecil."Saya tidak punya waktu untuk ngobrol sama wanita udik, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   79. Jebakan Yumna

    Beberapa hari berlalu, pegelaran fashion show akan diadakan esok hari. Baik butik Syakila maupun perusahaan Devan sama-sama sibuk. Kebersamaan pengantin baru itu sedikit berkurang, ditambah keposesifan Aira belum juga berkurang membuat waktu untuk berduaan juga minim. Sering kali mereka bahkan hanya bertemu di meja makan saat sarapan. Atau sekedar menyapa lewat obrolan melalui ponsel. [Istriku, sepertinya aku akan pulang sedikit terlambat. Aku harus melakukan pertemuan penting dengan rekan bisnis saat makan malam] Devan mengirim pesan pada Syakila. Tak perlu menunggu lama, pesan itu segera terbalas. [Baiklah suamiku. Tidak apa-apa.] [Sebenarnya aku sangat merindukanmu, tapi kalau kau sudah mengantuk, tidurlah lebih dulu. Tak usah menungguku.] Syakila tersenyum membaca pesan balasan dari suaminya. Namun sengaja tak membalasnya. Dia malu. Biarlah dia akan menunggu kepulangan Devan nanti. Dengan ditemani oleh Jo, Devan melakukan pertemuan penting dengan salah satu rekan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24

Bab terbaru

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   217

    Namun, detik berikutnya Kamil berubah pikiran, ia memutuskan untuk mengambil langkah nekat. Dengan tangan yang masih mencengkeram erat leher Shakila, dia menyeringai penuh keyakinan. "Kalau aku tidak bisa lolos, setidaknya aku akan membawa mereka semua ke neraka bersamaku!" gumamnya, menekan pedal kasih nggak habis. Mesin mobil meraung seperti binatang buas yang terluka, melaju kencang menuju brigade polisi. Syakila panik, tangannya reflek mencoba menggoyang-goyangkan setir agar laju mobil berubah arah, atau berhenti. "Kamil, jangan gila! Kau akan membunuh kita semua!""Memang itu yang aku inginkan. Ha ha ha!"Tangan Kamil memukul keras tangan Syakila yang mengganggu setir. "Kau diam saja, Sayang. Aku pastikan kita akan berakhir dalam keabadian sekarang.""Gak! Aku gak mau! Berhenti, Kamil!""Aku akan berhenti kalau kau mau berjanji untuk bersedia hidup bersamaku selamanya.""Dasar gila! Itu tidak akan terjadi." Syakila memukul-mukul lengan Kamil, tetapi pukulan kecil itu hanya dian

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   216

    Kamil menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memutarnya dengan mata yang menatap lurus ke depan seperti seekor ular yang siap menyemburkan bisanya. Tanpa ekspresi, dia mendekati Syakila yang masih memejamkan mata lalu membopongnya seperti karung beras, membawanya ke dalam mobil.Beberapa minggu lalu, ketika ia berhasil meracuni polisi yang berjaga kemudian kabur dari lapas, Kamil mendatangi salah satu anak buahnya yang tak tertangkap dan meminta mobil untuk dikendarai. Dibantu oleh anak buahnya itulah akhirnya Kamil berhasil menyelinap ke vila yang disewa Devan, menyamar sebagai penjaga keamanan di sana setelah berhasil membuat penjaga aslinya harus cuti.Dalam hatinya, Kamil bertekad untuk dapat bersatu dengan Syakila, apapun caranya. Jika dia tak bisa memiliki, maka orang lainpun tak ada yang boleh memiliki. Jika tak bisa bersatu di dunia, di alam lain pun Kamil tak keberatan. Dan kini, laki-laki yang jiwanya terganggu itu telah bersiap untuk melakukan sesuatu.****"Pasti ada

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   215

    "Syakila ..." Telinga tajam Devan dapat mendengar suara gelas yang jatuh. Gegas pria bergaya rambut Taper Fade itu naik ke atas kolam dan berjalan ke dapur, tanpa peduli cipratan air yang berjatuhan di lantai."Sayang, kamu gak pa-pa?" teriaknya terus berjalan.Sunyi. Tak ada jawaban apapun. Langkahnya semakin cepat dan pasti. Namun, ketika sampai dapur, tak ada siapapun di sana. Hanya pecahan gelas yang berserakan di lantai.Devan panik. Seketika ia mengitari sekitaran sambil terus memanggil istri tercintanya."Syakila ...""Sayang, kamu di mana?"Terus mencari ke setiap ruangan di vila, tetapi hasilnya nihil. "Sayang, bercandanya gak lucu loh. Kamu di mana ?" Devan masih berfikir positif. Mungkin istrinya ingin bermain-main dengannya."Sayang, ayolah. Keluar dong. Aku dah kedinginan nih, mau ganti baju. Temenin yuk." Devan terus berbicara sendiri sambil terus mencari.Hampir seluruh ruangan ia datangi, dan hasilnya tetap kosong. Panik, Devan mulai sangat panik. Apa yang terjadi de

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   214

    "Kenapa seperti ada yang mengikuti ya?" gumamnya, lalu menoleh ke belakang. Tetapi tak ada siapapun di sana. Jalanan sepi."Mas, ayok!" teriak Syakila yang sudah lebih dulu berjalan."Eh, iya, Sayang." Devan terkesiap kemudian menyusul, ikut mengantri bersama sang istri.Beberapa orang yang juga membeli bubur mengajak mereka ngobrol. Ada yang sama-sama pendatang, ada juga yang asli penduduk setempat. Syakila dan Devan menyukai keramahan penduduk di sekitar villa yang mereka sewa."Ini buburnya, Neng," ucap si penjual bubur pada Syakila, setelah beberapa waktu mengantri."Iya, Mang. Terima kasih." Syakila menerima kantong kresek berisi bubur, sementara Devan yang membayarnya."Mari, Ibu-ibu, kami duluan," pamitnya pada ibu-ibu yang masih mengantri."Mari, Neng, A, selamat liburan ya, semoga sukses," sahut seseibu dengan lantang."Sukses apa nih, Bu?" Devan sengaja menanggapi, karena tertarik dengan misteri di balik kata 'sukses' itu."Ya sukses jadi belendung atuh, hamil teh. Apalagi c

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   213

    "Sayang ... Ahh...."Untuk yang kedua kalinya Devan mencapai puncak kenikmatan bersama Syakila di villa. Sepasang suami istri itu benar-benar menikmati bulan madu kedua ini. Hampir tak terlewatkan oleh mereka aktivitas saling mencintai, dan memadu kasih begitu mereka sampai di tempat penginapan itu. Apalagi Devan memilih villa yang lumayan jauh dari keramaian. menurutnya agar aktivitas mereka lebih privasi. Tentu hal itu semakin membuat mereka semakin intens.Dua manusia berlawanan jenis itu masih tersengal dengan napas memburu di balik selimut putih yang menutupi tubuhnya. "Kau benar-benar hebat, Sayang. Terima kasih." Devan memberikan pujian pada sang istri karena berhasil mengimbangi permainannya yang brutal.Lelaki itu betul-betul merindukan momen ini. Bagaimana tidak? Kemarin-kemarin dia terpaksa harus puasa menjamah tubuh indah Syakila. Banyak kejadian tak terduga yang mereka alami."Sama-sama, Mas. Kamu juga hebat. Masih gagah seperti yang dulu," sahut Syakila dengan suara ber

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   212

    "Bu, Opa, dan Oma, weekend besok aku sama Syakila ada rencana liburan ke villa. Eum, kalau boleh kita mau nitip Aira, gak lama kok, cuma dua hari." Dengan sedikit malu Devan meminta izin saat mereka sedang bersantai di depan televisi.Aira sendiri sudah lebih dulu terlelap ditemani mommy-nya di kamar. Jadi anak itu tidak protes ketika daddy-nya akan pergi berdua saja dengan sang mommy."Tentu saja boleh, Nak. Kalian memang perlu liburan setelah semua yang kalian alami," ucap Sukoco."Ibumu benar, Dev. Pergilah, buat hari-hari kalian menyenangkan." Bamantara menimpali."Sola Aira, kami siap menjaganya. Dia anak yang baik, pasti akan mengerti." Amber juga mengeluarkan pendapatnya."Terima kasih, semuanya. Aku akan beri tahu kabar ini pada Syakila." Devan terlihat bahagia. Bulan madu kedua ini pasti akan menyenangkan."Ah, bagaimana kalau kita ajak Aira menengok rumah kita, Sayang. Supaya dia tidak sedih kalau daddy dan mommy-nya pergi berlibur," usul Amber pada suaminya."Ide yang bagus

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   211

    Devan memandang layar ponselnya dengan alis berkerut. "Panggilan tak terjawab?" gumamnya sambil membuka notifikasi. "Jo? Kok banyak banget panggilannya?" Ia menghela napas panjang, merasa bersalah telah melupakan handphonenya sejak sore tadi.Devan benar-benar tenggelam dalam waktu berkualitas bersama Syakila, sang istri. Mereka berdua memanfaatkan momen langka tanpa gangguan. Rasanya nyaman bisa menikmati hari hanya berdua, tanpa memikirkan urusan luar. Andai saja Aira, putri kecil mereka, tidak mengetuk pintu kamar untuk mengingatkan waktu sholat Maghrib, mungkin mereka masih saja berlama-lama berbincang di kamar.Kini, setelah sholat berjamaah bersama keluarga, Devan baru menyadari betapa banyak panggilan dari Jo. Ia mencoba menelepon balik, tetapi panggilannya tak dijawab."Kenapa, Mas?" suara lembut Syakila menyadarkannya. Wanita itu mendekat, membawa segelas teh hangat, lalu duduk di sampingnya di atas karpet ruang keluarga.Devan menunjukkan layar ponselnya. "Jo telepon berkali

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   210

    Teriakan di luar membuat semua orang terhenti. Jo, Alex, dan anak buahnya langsung berlari mengejar, meninggalkan Devan, Syakila, dan Bamantara yang masih terkejut di dalam ruangan.“Bagaimana dia bisa kabur?!” Devan menggeram.“Mas, biarkan mereka yang urus,” ujar Syakila dengan suara gemetar, memegang lengannya.Devan menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Namun, di matanya, api kemarahan terhadap Kamil belum padam.Di luar gedung, Kamil dengan kondisi babak belur berlari sekuat tenaga. Tali yang mengikat tangannya rupanya berhasil ia lepas dengan pisau kecil yang tersembunyi di sepatunya. Para pengejarnya masih mengejar dari belakang, namun Kamil menemukan sebuah celah di pagar dan melarikan diri ke jalan raya yang cukup gelap.Dia mengira dirinya aman, sampai sirine polisi tiba-tiba terdengar semakin mendekat. Sebuah mobil patroli berhenti tepat di hadapannya, membuatnya panik.“Angkat tanganmu!” teriak salah satu petugas sambil mengarahkan senjatanya.Namun, Kamil tid

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   209

    Pintu yang tiba-tiba terbuka itu mengagetkan semua orang di dalam ruangan. Kamil langsung berbalik, matanya menyipit marah. "Siapa di sana?!" teriaknya dengan nada tinggi penuh ancaman. Setelah menoleh dengan harapan yang hampir padam, sosok Devan berdiri tegap di ambang pintu dengan wajah yang penuh luka, tetapi matanya menyala dengan amarah yang tak terbendung. Di belakangnya Alex dan Jo berdiri, masing-masing memegang senjata seadanya."Permainanmu sudah selesai, bajingan!"ujar Devan dengan nada dingin namun tegas. Kamil tertawa sinis. "Oh, jadi kalian yang datang ke sini? Lucu sekali. Apa kalian juga ingin menyaksikan pernikahanku dengan Syakila?""Diam kau, Brengsek! Itu tidak akan pernah terjadi!" Devan berteriak dengan amarah yang kian menyala."Oh, ya? Apa hakmu melarang kami menikah? Kau bukan siapa-siapanya Syakila sekarang.""Dia istriku, brengsek!" Untuk kesekian kalinya Devan berteriak penuh emosi."Itu dulu, sebelum kamu menceraikannya. Tapi sekarang ....?Devan tak la

DMCA.com Protection Status