Share

75. Ide Konyol Sundari

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-21 23:15:48

"Mama lagi ngomong sama Syakila?" Kamil kembali bertanya sembari mendekati sang mama.

"Bukanlah! Ngapain? Mama lagi ngomong sama Jasmin," sahut Sundari.

"Kok tadi nyebut nama Sya--"

"Sudah, diam dulu kamu." Yumna memotong ucapan Kamil, membuat lelaki itu menghela napas.

Dengan langkah gontai Kamil mendekat pada sang kakak dan duduk di sebelahnya.

Sundari melirik anak lelakinya, kemudian berniat mengakhiri panggilannya. "Ya sudah, kamu harus lebih berhati-hati. Mama tutup dulu teleponnya."

Setelah itu panggilan pun berakhir. Ibu dari tiga anak yang sudah dewasa itu lalu mendekati Kamil yang terlihat kacau. Kantung matanya begitu kentara melingkar di wajah. Belum lagi penampilan yang biasanya rapi kini terlihat kusut dengan rambut acak-acakan.

"Kamu kenapa, Nak? Apa kamu sakit?" Sambil mengelus kepala Kamil, Sundari bertanya penuh perhatian.

"Iya, kayak kurang tidur. Della bertingkah lagi?" Yumna pun ikut menimbrung.

"Huffhh. Hampir setiap malam aku begadang menemani baby Ivana. Kasihan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   76. Yumna Membuat Gaduh

    "Tunggu, Kamil akan kembali ke rumah Mama." Kabar mengenai keberadaan wanita yang sedang dirindukannya itu ibarat sebuah oase di tengah Sahara. Hanya menyebut namanya saja mampu membuat hati Kamil bergetar. Rasa panas yang sempat menjalar di hatinya kini terpadamkan oleh sejuknya kalimat restu yang baru saja ia dengar dari mamanya. Untuk kali ini dia akan benar-benar berjuang meraih cintanya. Sudah cukup selama ini hidup terombang-ambing dalam pusaran rumah tangga tak sehat. Ia akan memperjuangkan kebahagiaannya bersama wanita pujaannya. Hanya memakan waktu sekitar 20 menit, mobil Avanza hitam telah sampai membawanya ke tempat di mana Mama dan dua saudaranya tinggal. Dengan gerakan cepat kini Kamil sudah berada di dekat mamanya. "Mama yakin dengan apa yang tadi mama katakan?" ucapnya langsung menodong pertanyaan. Sundari yang memang sudah menunggunya, tersenyum tipis. Senyum yang lebih mirip sebuah seringaian. "Tentu saja Mama yakin. Info ini akurat," sahut Sundari perca

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   77. Gagal Membuat Gaduh

    "Iiiuuuhhh ... Baju apaan ini? Kenapa jelek dan bernoda begini?" Yumna berteriak kencang sambil mengangkat salah satu baju yang memang memiliki noda. Dia sengaja melakukan itu untuk mencuri perhatian pengunjung. Sontak saja aksinya itu mengundang karyawan dan mengalihkan perhatian Nita dan Syakila yang sedang mengecek sesuatu di sana. "Ada yang bisa dibantu, Nona?" tanya salah satu karyawan bernama Eni dengan ramah. "Lihatlah, baju itu begitu jelek dan bernoda. Kenapa masih dipajang di sini? Apalagi harganya begitu mahal. Tidak sepadan sama sekali dengan kualitasnya. Butik apaan ini!" seru Yumna sembari melemparkan baju itu pada Eni. Eni yang berhasil menangkap baju itu pun langsung memperhatikan setiap inci dari baju polos itu. Memang ada banyak noda yang menempel di sana. Noda serupa saos yang sudah mengering, tetapi berbau amis saat di cium. 'Apa ini darah?' pikir Eni. "Kamu becus kerja apa tidak? Masa baju bernoda begitu masih dipajang!" Yumna lagi-lagi berseru. Kali

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   78. Senjata Makan Tuan

    Yumna memindai sekitar tempatnya berdiri lalu menyeringai tipis setelah menemukan sebuah ide.Dengan gaya congkaknya dia berjalan mendekati Syakila yang ada di depannya. "Aku tidak percaya kalau kamu itu Syakila si KAMPUNGAN!" ucapnya sengaja menekan kata kampung."Nita, Eni, kalian boleh kembali bekerja. Nona ini biar menjadi urusan saya." Alih-alih menanggapi ocehan Yumna, Syakila justru berbicara pada kedua karyawannya.Dia akan membalas setiap lontaran dari mantan calon kakak ipar itu."Iya, Nona. Anda bilang apa tadi?" ucap Syakila."Jika kamu beneran Syakila mantan pacar adik saya, buka dong penutup wajahnya. Atau kamu takut ada yang mengenali dan mengingat momen saat kamu digrebek sama laki-laki di dalam kamar hotel?" Lagi-lagi Yumna menyeringai penuh kemenangan."Boleh. Sambil ngopi aja, yuk. Kebetulan di depan sana ada kafe. Nanti aku yang traktir deh, takut kamu gak bawa dompet," balas Syakila diiringi kekehan kecil."Saya tidak punya waktu untuk ngobrol sama wanita udik, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   79. Jebakan Yumna

    Beberapa hari berlalu, pegelaran fashion show akan diadakan esok hari. Baik butik Syakila maupun perusahaan Devan sama-sama sibuk. Kebersamaan pengantin baru itu sedikit berkurang, ditambah keposesifan Aira belum juga berkurang membuat waktu untuk berduaan juga minim. Sering kali mereka bahkan hanya bertemu di meja makan saat sarapan. Atau sekedar menyapa lewat obrolan melalui ponsel. [Istriku, sepertinya aku akan pulang sedikit terlambat. Aku harus melakukan pertemuan penting dengan rekan bisnis saat makan malam] Devan mengirim pesan pada Syakila. Tak perlu menunggu lama, pesan itu segera terbalas. [Baiklah suamiku. Tidak apa-apa.] [Sebenarnya aku sangat merindukanmu, tapi kalau kau sudah mengantuk, tidurlah lebih dulu. Tak usah menungguku.] Syakila tersenyum membaca pesan balasan dari suaminya. Namun sengaja tak membalasnya. Dia malu. Biarlah dia akan menunggu kepulangan Devan nanti. Dengan ditemani oleh Jo, Devan melakukan pertemuan penting dengan salah satu rekan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   80. Menghilangkan Jejak Kotoran

    "Syakila!" Alih-alih menjauh, Yumna justru dengan sengaja membaringkan tubuhnya di atas tubuh Devan, melumat bibir lelaki itu dengan bringasnya. Tentu saja Devan menyambutnya dengan hangat, sebab pengaruh obat perangsang itu telah menguasai kesadaran lelaki itu seutuhnya. Syakila yang begitu geram segera mendekat dengan langkah cepat, meraih sabuk milik Devan di lantai lalu melilitkannya pada leher Yumna dan menarik paksa tubuh wanita itu untuk turun dari atas ranjang. Yumna tak kuasa melawan gerakan mendadak itu. Leher yang terasa sesak dan sakit memaksa dia mengikuti ke mana tangan Syakila menariknya. Meski Yumna sekuat tenaga berusaha melepaskan sabuk dari lehernya, tetapi tenaga Syakila jauh lebih kuat darinya. "Dasar wanita gatal! Tidak tahu diri! Murahan!" Istri dari Devan itu terus mengumpat sembari terus menyeret perempuan yang telah lancang mencumbu suaminya. "Emmm. Le--pas!" Yumna terbata dengan napas terengah-engah. "Tenang saja, kau pasti akan aku lepaskan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   81.

    "Pelan-pelan, Mas. Kamu masih pusing." Syakila dengan telaten kembali memberi pijatan lembut di kepala Devan."Kenapa bisa kesiangan begini? Bagaimana acara fashion show-nya. Apa semua lancar?""Hmmm. Semua berjalan lancar dan sukses. Nita baru saja mengabari.""Mengabari? Apa itu artinya kau juga tidak datang?""Begitulah. Aku juga terlambat bangun, sama sepertimu.""Hah! Memangnya Ibu tidak membangunkan kita?""Sudahlah, Mas. Jangan banyak tanya dulu. Lama-lama aku jadi ikut pusing menjawabnya.""Iya, tapi---""Nanti setelah pusingmu mereda aku janji akan menceritakan semuanya.""Iya, baiklah, istriku. Aku percaya padamu."Akhirnya Devan berhenti bertanya. Memejamkan matanya menikmati pijatan lembut tangan Syakila.Hingga tak terasa dia kembali terlelap.Ponsel milik Devan yang tergeletak di atas nakas bergetar. Dapat terlihat dengan jelas nama Jo berada di layar itu.Dengan penuh hati-hati, Syakila mengangkat kepala Devan dan meletakkannya pada bantal, setelah dirinya berhasil meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   82. Sekalian Bulan Madu

    "Hah! Apa-apaan ini. Bagaimana bisa?!" Yumna memekik ketika membaca berita mengenai video viral yang begitu mirip dengannya. Bukan hanya mirip, tetapi memang dialah pemerannya. "Tidak mungkin! Aku dan Om Ray selalu menghapus video setelah selesai main." "Ini pasti jebakan. Pasti ada yang sengaja mengeditnya, tapi ... Pakaian dalam itu sama persis dengan yang kukenakan waktu itu. Bagaimana bisa sangat mirip?" "Aaaaarrrggg, brengsek!" Yumna terus bermonolog sembari menjambak rambutnya kasar. "Siapa yang melakukan semua ini! Aaaaarrrggg," jeritnya. Mendadak kepalanya seperti mau meledak memikirkan masalah yang bertubi-tubi menimpanya. Belum hilang rasa kesal atas perlakuan Syakila dan Nita, kini dia harus menghadapi kenyataan lain yang tak kalah pelik. "Atau jangan-jangan yang melakukan ini ..." Dertt. Dertt. Dertt ! Ponsel yang sempat ia lempar ke atas kasur bergetar. Sebuah nomor belum tersimpan dalam kontak terlihat melakukan panggilan. "Siapa sih!" sungut Yumna t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-27
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   83. Kepanikan Sundari

    Diantar oleh sopir keluarga, Devan dan Syakila menuju villa yang ditunjukkan oleh Sukoco."Sayang ..." panggil Devan dengan mata terpejam sembari menyandarkan kepalanya pada jok mobil. "Hmmm," sahut Syakila yang sedang sibuk membalas chat dari beberapa pelanggan. "Bukankah tadi itu restoran Jepang?""Iya." Syakila masih sibuk dengan gadget-nya."Sepertinya itu tempat pertemuanku dengan Pak Ray semalam.""Hmmm, lalu?""Apakah artinya aku belum sama sekali pulang ke rumah?""Iya, Mas. Nanti setelah sampai aku jelaskan. Aku balas chat dulu sebentar, ya."Hening. Devan menurut, tetapi otaknya bekerja menyatukan kejanggalan-kejanggalan yang ia temui. Mulai dari restoran itu, tempat menginap, dan selangkangan istrinya yang nyeri. Serta mimpinya yang terbilang begitu nyata ketika melakukan penyatuan bersama Syakila.Tak tahan, akhirnya Devan kembali memanggil Syakila."Sayang ...""Iya, Mas.""Tadi kau bilang selangkanganmu sakit kan? Apa itu artinya yang kurasakan semalam bukanlah mimpi?

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30

Bab terbaru

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   217

    Namun, detik berikutnya Kamil berubah pikiran, ia memutuskan untuk mengambil langkah nekat. Dengan tangan yang masih mencengkeram erat leher Shakila, dia menyeringai penuh keyakinan. "Kalau aku tidak bisa lolos, setidaknya aku akan membawa mereka semua ke neraka bersamaku!" gumamnya, menekan pedal kasih nggak habis. Mesin mobil meraung seperti binatang buas yang terluka, melaju kencang menuju brigade polisi. Syakila panik, tangannya reflek mencoba menggoyang-goyangkan setir agar laju mobil berubah arah, atau berhenti. "Kamil, jangan gila! Kau akan membunuh kita semua!""Memang itu yang aku inginkan. Ha ha ha!"Tangan Kamil memukul keras tangan Syakila yang mengganggu setir. "Kau diam saja, Sayang. Aku pastikan kita akan berakhir dalam keabadian sekarang.""Gak! Aku gak mau! Berhenti, Kamil!""Aku akan berhenti kalau kau mau berjanji untuk bersedia hidup bersamaku selamanya.""Dasar gila! Itu tidak akan terjadi." Syakila memukul-mukul lengan Kamil, tetapi pukulan kecil itu hanya dian

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   216

    Kamil menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memutarnya dengan mata yang menatap lurus ke depan seperti seekor ular yang siap menyemburkan bisanya. Tanpa ekspresi, dia mendekati Syakila yang masih memejamkan mata lalu membopongnya seperti karung beras, membawanya ke dalam mobil.Beberapa minggu lalu, ketika ia berhasil meracuni polisi yang berjaga kemudian kabur dari lapas, Kamil mendatangi salah satu anak buahnya yang tak tertangkap dan meminta mobil untuk dikendarai. Dibantu oleh anak buahnya itulah akhirnya Kamil berhasil menyelinap ke vila yang disewa Devan, menyamar sebagai penjaga keamanan di sana setelah berhasil membuat penjaga aslinya harus cuti.Dalam hatinya, Kamil bertekad untuk dapat bersatu dengan Syakila, apapun caranya. Jika dia tak bisa memiliki, maka orang lainpun tak ada yang boleh memiliki. Jika tak bisa bersatu di dunia, di alam lain pun Kamil tak keberatan. Dan kini, laki-laki yang jiwanya terganggu itu telah bersiap untuk melakukan sesuatu.****"Pasti ada

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   215

    "Syakila ..." Telinga tajam Devan dapat mendengar suara gelas yang jatuh. Gegas pria bergaya rambut Taper Fade itu naik ke atas kolam dan berjalan ke dapur, tanpa peduli cipratan air yang berjatuhan di lantai."Sayang, kamu gak pa-pa?" teriaknya terus berjalan.Sunyi. Tak ada jawaban apapun. Langkahnya semakin cepat dan pasti. Namun, ketika sampai dapur, tak ada siapapun di sana. Hanya pecahan gelas yang berserakan di lantai.Devan panik. Seketika ia mengitari sekitaran sambil terus memanggil istri tercintanya."Syakila ...""Sayang, kamu di mana?"Terus mencari ke setiap ruangan di vila, tetapi hasilnya nihil. "Sayang, bercandanya gak lucu loh. Kamu di mana ?" Devan masih berfikir positif. Mungkin istrinya ingin bermain-main dengannya."Sayang, ayolah. Keluar dong. Aku dah kedinginan nih, mau ganti baju. Temenin yuk." Devan terus berbicara sendiri sambil terus mencari.Hampir seluruh ruangan ia datangi, dan hasilnya tetap kosong. Panik, Devan mulai sangat panik. Apa yang terjadi de

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   214

    "Kenapa seperti ada yang mengikuti ya?" gumamnya, lalu menoleh ke belakang. Tetapi tak ada siapapun di sana. Jalanan sepi."Mas, ayok!" teriak Syakila yang sudah lebih dulu berjalan."Eh, iya, Sayang." Devan terkesiap kemudian menyusul, ikut mengantri bersama sang istri.Beberapa orang yang juga membeli bubur mengajak mereka ngobrol. Ada yang sama-sama pendatang, ada juga yang asli penduduk setempat. Syakila dan Devan menyukai keramahan penduduk di sekitar villa yang mereka sewa."Ini buburnya, Neng," ucap si penjual bubur pada Syakila, setelah beberapa waktu mengantri."Iya, Mang. Terima kasih." Syakila menerima kantong kresek berisi bubur, sementara Devan yang membayarnya."Mari, Ibu-ibu, kami duluan," pamitnya pada ibu-ibu yang masih mengantri."Mari, Neng, A, selamat liburan ya, semoga sukses," sahut seseibu dengan lantang."Sukses apa nih, Bu?" Devan sengaja menanggapi, karena tertarik dengan misteri di balik kata 'sukses' itu."Ya sukses jadi belendung atuh, hamil teh. Apalagi c

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   213

    "Sayang ... Ahh...."Untuk yang kedua kalinya Devan mencapai puncak kenikmatan bersama Syakila di villa. Sepasang suami istri itu benar-benar menikmati bulan madu kedua ini. Hampir tak terlewatkan oleh mereka aktivitas saling mencintai, dan memadu kasih begitu mereka sampai di tempat penginapan itu. Apalagi Devan memilih villa yang lumayan jauh dari keramaian. menurutnya agar aktivitas mereka lebih privasi. Tentu hal itu semakin membuat mereka semakin intens.Dua manusia berlawanan jenis itu masih tersengal dengan napas memburu di balik selimut putih yang menutupi tubuhnya. "Kau benar-benar hebat, Sayang. Terima kasih." Devan memberikan pujian pada sang istri karena berhasil mengimbangi permainannya yang brutal.Lelaki itu betul-betul merindukan momen ini. Bagaimana tidak? Kemarin-kemarin dia terpaksa harus puasa menjamah tubuh indah Syakila. Banyak kejadian tak terduga yang mereka alami."Sama-sama, Mas. Kamu juga hebat. Masih gagah seperti yang dulu," sahut Syakila dengan suara ber

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   212

    "Bu, Opa, dan Oma, weekend besok aku sama Syakila ada rencana liburan ke villa. Eum, kalau boleh kita mau nitip Aira, gak lama kok, cuma dua hari." Dengan sedikit malu Devan meminta izin saat mereka sedang bersantai di depan televisi.Aira sendiri sudah lebih dulu terlelap ditemani mommy-nya di kamar. Jadi anak itu tidak protes ketika daddy-nya akan pergi berdua saja dengan sang mommy."Tentu saja boleh, Nak. Kalian memang perlu liburan setelah semua yang kalian alami," ucap Sukoco."Ibumu benar, Dev. Pergilah, buat hari-hari kalian menyenangkan." Bamantara menimpali."Sola Aira, kami siap menjaganya. Dia anak yang baik, pasti akan mengerti." Amber juga mengeluarkan pendapatnya."Terima kasih, semuanya. Aku akan beri tahu kabar ini pada Syakila." Devan terlihat bahagia. Bulan madu kedua ini pasti akan menyenangkan."Ah, bagaimana kalau kita ajak Aira menengok rumah kita, Sayang. Supaya dia tidak sedih kalau daddy dan mommy-nya pergi berlibur," usul Amber pada suaminya."Ide yang bagus

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   211

    Devan memandang layar ponselnya dengan alis berkerut. "Panggilan tak terjawab?" gumamnya sambil membuka notifikasi. "Jo? Kok banyak banget panggilannya?" Ia menghela napas panjang, merasa bersalah telah melupakan handphonenya sejak sore tadi.Devan benar-benar tenggelam dalam waktu berkualitas bersama Syakila, sang istri. Mereka berdua memanfaatkan momen langka tanpa gangguan. Rasanya nyaman bisa menikmati hari hanya berdua, tanpa memikirkan urusan luar. Andai saja Aira, putri kecil mereka, tidak mengetuk pintu kamar untuk mengingatkan waktu sholat Maghrib, mungkin mereka masih saja berlama-lama berbincang di kamar.Kini, setelah sholat berjamaah bersama keluarga, Devan baru menyadari betapa banyak panggilan dari Jo. Ia mencoba menelepon balik, tetapi panggilannya tak dijawab."Kenapa, Mas?" suara lembut Syakila menyadarkannya. Wanita itu mendekat, membawa segelas teh hangat, lalu duduk di sampingnya di atas karpet ruang keluarga.Devan menunjukkan layar ponselnya. "Jo telepon berkali

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   210

    Teriakan di luar membuat semua orang terhenti. Jo, Alex, dan anak buahnya langsung berlari mengejar, meninggalkan Devan, Syakila, dan Bamantara yang masih terkejut di dalam ruangan.“Bagaimana dia bisa kabur?!” Devan menggeram.“Mas, biarkan mereka yang urus,” ujar Syakila dengan suara gemetar, memegang lengannya.Devan menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Namun, di matanya, api kemarahan terhadap Kamil belum padam.Di luar gedung, Kamil dengan kondisi babak belur berlari sekuat tenaga. Tali yang mengikat tangannya rupanya berhasil ia lepas dengan pisau kecil yang tersembunyi di sepatunya. Para pengejarnya masih mengejar dari belakang, namun Kamil menemukan sebuah celah di pagar dan melarikan diri ke jalan raya yang cukup gelap.Dia mengira dirinya aman, sampai sirine polisi tiba-tiba terdengar semakin mendekat. Sebuah mobil patroli berhenti tepat di hadapannya, membuatnya panik.“Angkat tanganmu!” teriak salah satu petugas sambil mengarahkan senjatanya.Namun, Kamil tid

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   209

    Pintu yang tiba-tiba terbuka itu mengagetkan semua orang di dalam ruangan. Kamil langsung berbalik, matanya menyipit marah. "Siapa di sana?!" teriaknya dengan nada tinggi penuh ancaman. Setelah menoleh dengan harapan yang hampir padam, sosok Devan berdiri tegap di ambang pintu dengan wajah yang penuh luka, tetapi matanya menyala dengan amarah yang tak terbendung. Di belakangnya Alex dan Jo berdiri, masing-masing memegang senjata seadanya."Permainanmu sudah selesai, bajingan!"ujar Devan dengan nada dingin namun tegas. Kamil tertawa sinis. "Oh, jadi kalian yang datang ke sini? Lucu sekali. Apa kalian juga ingin menyaksikan pernikahanku dengan Syakila?""Diam kau, Brengsek! Itu tidak akan pernah terjadi!" Devan berteriak dengan amarah yang kian menyala."Oh, ya? Apa hakmu melarang kami menikah? Kau bukan siapa-siapanya Syakila sekarang.""Dia istriku, brengsek!" Untuk kesekian kalinya Devan berteriak penuh emosi."Itu dulu, sebelum kamu menceraikannya. Tapi sekarang ....?Devan tak la

DMCA.com Protection Status