Share

38.

"Bunda ... Naura kangen," ucapnya seraya menenggelamkan kepalanya pada perutku dengan tangan yang melilit pinggangku.

Aku masih diam. Hanya bola mataku yang bergeser pada mama, sebagai tanda permintaan tolong.

Mama pun mengerti maksudku. Beliau mengelus rambut putriku sambil berkata, "Bunda masih lemes, Nak. Masih belum sembuh total."

Naura menegakkan kepalanya, memandangku.

Aku tidak mampu membalas tatapan anak semata wayangku itu.

Sungguh, aku juga sangat merindukannya. Betapa aku ingin mendekapnya erat, bermain, tertawa bersama seperti dulu.

Namun, apalah dayaku saat ini. Aku harus menunda itu. Bersabarlah sedikit lagi, Nak.

"Oh, Bunda masih sakit ya, Oma?" ucap Naura kemudian.

Anak itu terlihat sedih.

"Iya, Sayang. Naura berdoa lagi ya, biar Bunda bisa segera sehat lagi dan bisa bermain lagi sama Naura. Oke?" sahut mama.

"Oke, Oma. Tapi ...."

"Kenapa, Sayang? Naura perlu sesuatu?" Mama Rita kini mengangkat tubuh anakku, meraihnya dalam pangkuannya.

"Tadi Naura seperti denger sua
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status