Share

Rumah Oom Wisnu

Author: Ririichan13
last update Last Updated: 2024-12-21 20:08:16

Saking asyiknya mereka bercengkrama, hingga tanpa sadar mereka pun sudah tiba di daerah tempat tinggal Oom Wisnu.

"Oom, ini kavling-nya yang mana ya? Arkan lupa," ujar Arkan sambil tersenyum samar.

Oom Wisnu tertawa pelan, ternyata, keponakannya itu sudah lupa jalan kerumahnya.

"Masih di depan, Kan. Nanti perempatan belok kiri, gak jauh dari situ," ujar Oom Wisnu memberi petunjuk.

Arkan hanya manggut-manggut sambil memelankan laju mobilnya. Kawasan ini sedikit sempit, hanya cukup untuk dua mobil saja, mana di beberapa ruas jalan nampak mobil terparkir sembarangan juga.

"Ck, kalau gak mampu beli garasi, setidaknya mbok gak usah beli mobil kek. Emang, ini jalanan mbahmu yang bisa di jadiin parkiran," gerutu Arkan sedikit sebal.

Oom Wisnu tak menanggapi gerutuan itu, hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya pelan. Memang benar, kesadaran disini masih sedikit tipis, jika malam tiba, maka sisi jalan sebelah kiri akan berisi banyak mobil, membuat jalanan yang sempit semakin sempit saja.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Rumah Oom Wisnu 2

    Arkan merasa gamang, saat harus mengambil keputusan saat ini.Sebenernya, ia tidak terlalu suka disini, meskipun memang suasananya sejuk dan dekat dengan kantor, baik kantornya maupun kantor Kakek Gala, tapi disini banyak anak-anak yang mungkin bisa berisik dan mengganggu mereka, apalagi jika Arkan membawa lemari kacanya yang berisi mainan koleksinya. Berbagai pikiran buruk pun langsung berkecamuk disana.Tapi, begitu melihat Andri yang begitu antusias, ia pun sedikit bingung harus bagaimana.Arkan menghembuskan napasnya kasar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Oom Wisnu."Ya udah, Oom, karena Andri suka sama rumahnya, jadi aku ambil rumah ini aja, ya. Oom bisa urus surat-suratnya, kan? Aku gak mau jika suatu saat ada permasalahan antara aku dan Yudha, terus ungkit-ungkit rumah ini," ujar Arkan kemudian.""Kamu yakin, Kan, ambil rumah ini? Kalau soal surat-surat gampang nanti Oom urus. Tapi, kalau gak salah harga rumah ini lebih rendah dibanding rumahmu, itu gimana? Berarti Oom ha

    Last Updated : 2024-12-21
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Keraguan Arsy

    Arsy terdiam sambil menatap layar monitor yang menampilkan bagian dalam perutnya."Selamat ya, Bu Arsy. Ibu benar-benar hamil. Ini sudah terlihat kantung janinnya dan usia janin diperkirakan sudah masuk minggu ke 7," ujar sang dokter dengan ramah.Tak lama, layar monitor pun berubah menampilkan detak jantung."Nah, ini detak jantungnya si dedek, kedengaran kan, Bu?" tanya dokter sambil tersenyum.Arsy hanya mengangguk pelan, matanya masih terpaku pada layar monitor itu yang menampilkan garis tak beraturan itu.Setelah proses pemeriksaan USG selesai, Arsy pun kini sudah boleh kembali duduk di kursinya."Apa ada yang ingin ditanyakan, Bu Arsy?" tanya sang dokter kembali sebelum mengakhiri sesi konsultasi mereka berdua."Sepertinya tidak ada, Dok, terimakasih banyak ya," jawab Arsy lirih."Baik, kalau begitu, ini resep obat dan vitamin untuk ibu. Jangan lupa diminum, dan jangan sampai stress ya, Bu. Usia kehamilan trisemester awal sangat rentan stress. Jika mual, dan tak bisa makan, maka

    Last Updated : 2024-12-22
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Kepergian Arsy

    "Arsy, jawab aku! Kamu kenapa? Ada apa?" tanya Agra bertubi-tubi, nada suaranya penuh dengan kekhawatiran. Namun, Arsy tetap diam, seolah semua kata yang telah ia siapkan sebelumnya menguap begitu saja. "Maafin, aku, Mas. Aku gak mungkin bisa nikah sama orang yang masih cinta sama kakak aku sendiri. Selama ini, kamu anggep aku apa sebenernya, Mas? Kenapa kamu masih aja godain Mbak Andri?" Akhirnya, suara Arsy terdengar, namun penuh luka dan nampak bergetar. Agra terdiam, kata-kata itu terlalu menghujam tepat di dadanya. Obsesinya untuk memiliki Andri, membuatnya tak bisa berpikir jernih sama sekali. Ia mencoba meraih tangan Arsy dan memeluk tubuh wanitanya kembali. Namun, sayangnya Arsy segera bangkit dan pindah posisi. "Maaf, Mas, gak usah peluk-peluk aku," ujar Arsy tegas. Agra menghela napas panjang, lalu menundukkan kepalanya dan berbisik, "Maafin aku, Sy. Aku khilaf," ujarnya lirih. Arsy menatap Agra dengan mata yang mulai memerah, menahan perasaan yang bergemuruh di dada

    Last Updated : 2024-12-23
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Permintaan Andri

    "Adek," panggil Arkan. Suaranya terdengar lembut, namun cukup untuk menarik perhatian di tengah obrolan yang sedang berlangsung. Ia berdiri di ambang pintu sambil tersenyum kecil, seperti sedang memanggil tanpa ingin mengganggu suasana sang istri.Andri, yang saat itu tengah berbincang santai dengan para ibu-ibu itu pun segera menoleh saat mendengar suara suaminya. Pandangannya bertemu dengan tatapan suaminya yang menenangkan. Tanpa banyak tanya, Andri pun sudah tau apa yang dimaksud olehnya."Maaf ya, Bu-ibu, saya pamit dulu," ujar Andri sopan, sambil menyunggingkan senyum kepada para ibu-ibu di depannya."Iya, Mbak. Makasih ya, Mbak, traktirannya," ujar seseibu disana."Sama-sama, Ibu. Mari, Bu, assalamu'alaikum," ujar Andri kembali."Wa'alaikumsalam," jawab mereka dengan serempak, lalu kembali melanjutkan obrolan mereka tanpa banyak bertanya.Andri bangkit, merapikan ujung bajunya, dan berlari kecil menghampiri Arkan yang tetap berdiri di tempatnya.Tanpa berkata apa-apa, Arkan men

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Perkara Lapis Surabaya

    Andri terdiam, menatap Arkan yang tengah sibuk memarkirkan mobil di depan toko kue itu. Jawaban suaminya tadi terdengar seperti sindiran, tapi ia tak ingin memperkeruh suasana.Namun, saat mereka turun dari mobil, Andri tak bisa menahan diri untuk tak bertanya."Mas ... kita beneran mau nengokin Mas Agra?" tanyanya pelan, hampir seperti bisikan.Arkan berhenti, tangannya menggenggam kunci mobil erat. Ia menoleh, menatap Andri dengan pandangan yang sulit diartikan -- antara marah dan juga cemburu."Kamu masih nanya beneran atau nggak, Dek?" tanya Arkan dengan sedikit bergumam."Ya habis, jawaban Mas kek gak meyakinkan gitu sih," jawab Andri sambil meremas ujung bajunya.Arkan menghembuskan napasnya berat, "Beneran, Dek. Apa pun kemauan kamu, selama aku bisa dan mampu, pasti akan selalu aku kabulkan, Ndri," ujarnya lirih.Andri terdiam sambil menggigit bibir bawahnya sebentar. Dadanya terasa begitu sesak. Ia tahu bahwa lelakinya itu mungkin cemburu, namun sebisa mungkin ia berusaha meny

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Menjenguk Agra

    Di perjalanan menuju rumah sakit, suasana dalam mobil terasa sunyi kembali. Hanya suara hujan yang perlahan mulai turun, membasahi kaca depan."Yah ujan," gumam Andri pelan, nadanya terdengar eperti berbisik.Arkan mengernyitkan dahinya tanda tak paham, "kenapa emangnya, Dek?" tanya Arkan penasaran."Bismilah, semoga aja gak ada kilat atau petir. Adek takut soalnya, Mas," jawab Andri lirih, tanpa mengalihkan pandangan dari arah kaca depan yang mulai berembun.Arkan segera meraih lengan istrinya dan membelainya dengan lembut."Jangan takut, yah. Kan ada, Mas, di sini," ucap Arkan seraya tersenyum lembut.Andri melihat senyuman itu. Senyuman yang begitu menenangkan bagi dirinya. Lantas, ia mengangguk mantap dan mengucapkan terimakasih.Tak lama, ponselnya bergetar, tanda ada notifikasi masuk. Ternyata, pesan dari Arsy.[Mbak, lagi dimana? Lagi sibuk gak?] pesan Arsy saat itu.Andri mengernyitkan dahinya, tak biasanya Arsy menchat seperti itu. Secepat mungkin, ia membalas pesan sang adik

    Last Updated : 2024-12-25
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Menjenguk Agra 2

    Arkan kembali tersenyum melihat wanitanya yang nampak bahagia itu. Sebelum turun dari mobilnya, ia kembali menyakinkan hatinya, bahwa semua akan baik-baik saja.Setelah beberapa saat, barulah ia turun dari mobilnya. Andri masih setia menunggu sang suami keluar di sisi satunya. Begitu Arkan menghampirinya, ia pun segera menggapai lengan sang suami, dan menggandengnya."Aku yakin, Mas Agra pasti seneng ngeliat kamu datang," ujar Andri, mencoba menenangkannya."Mana ada seneng? Yang ada dia panik duluan kali. Apalagi kalau udah ada Tante Nathalie. Kamu nggak liat kemarin gimana wajah ketakutan Tante pas aku bilang mau nuntut Agra balik?" tanya Arkan mencoba untuk mengingatkan kejadian kemarin.Andri tertawa pelan, lalu mengencangkan pegangannya, agar sang suami berjalan lebih cepat. Andri tahu, tak mudah bagi lelakinya itu untuk bertemu dengan Agra. Perasaan marah dan kesal pasti masih berkecamuk di dadanya. Namun, ia tak ingin ada lagi permasalahan dengan Agra. Ia ingin masalah mereka s

    Last Updated : 2024-12-25
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Kegalauan Agra

    Andri menatap Agra dengan wajah bingung, merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertanyaan sederhana itu. Ia menahan napas sejenak, mencoba mencari petunjuk dalam tatapan Agra yang cemas."Kenapa, Mas? Ada apa sama Arsy? Dia pergi kemana?" tanya Andri bertubi-tubi suaranya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam.Ia pun jadi teringat pesan Arsy sebelumnya, yang ingin berbicara dengannya. Apa ini ada hubungannya dengan Agra? Pikirannya pun menjadi penuh praduga.Agra menatap Andri sebentar. Lalu tangannya merogoh sesuatu di bawah bantal. Lantas, ia mengeluarkan sesuatu dari sana dan menyerahkannya kepada Andri."Foto USG? Maksudnya, Mas? Aku gak paham," ujar Andri, kebingungan terpancar di wajahnya.Ia mengalihkan pandangannya kepada Arkan yang hanya diam. Arkan pun segera mengambil foto USG yang berada di tangan Andri dan memperhatikannya sejenak."Tanggalnya tertera hari ini di jam 11.00 WIB. Apa itu artinya Arsy abis kesini, Mas?" tanya Arkan sambil mengamati foto itu.Agra meng

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 6

    Arkan membelai lembut punggung Humai, berusaha menenangkan sang anak yang ketakutan."Humai, itu Papa, Nak," ucap Arsy pada akhirnya.Humai mendongak, menatap wajah Arsy dan Agra bergantian."Papa?" tanyanya pelan, nyaris berbisik.Arsy mengangguk mantap, lalu segera mengambil Humai dari gendongan Arkan."Iya, Oom ini adalah Papa kamu. Papa kandung kamu," ucap Arsy kembali.Humai sedikit terkejut. Ia menatap Agra ragu-ragu, seolah mencari kebenaran dalam sorot mata pria itu. Agra sendiri tampak membeku, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.Arkan dan Andri saling pandang sebentar, dan keduanya seolah menahan napas bersama. Situasi ini sedikit sulit, namun cepat atau lambat, semua pasti akan terjadi."Papa?" ulang Humai dengan suara lebih lirih. Matanya berkaca-kaca, tapi bukan karena takut—melainkan kebingungan.Agra, yang sejak tadi diam, akhirnya berlutut di depan Humai, berusaha menyamakan tinggi mereka. "Iya, Nak," ucapnya, suaranya bergetar. "Papa di sini."Humai menggigit bibir

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 5

    Agra tak bisa menjawab ucapan itu, ia hanya bisa tertunduk diam, merutuki kebodohannya dahulu."Aku bener-bener minta maaf, Ar. Aku tahu aku salah, dan aku minta kesempatan dari kamu untuk memperbaiki segalanya," ucap Agra, nada suaranya penuh penyesalan dan juga luka."Selama ini, aku selalu cari kamu. Tapi, entah kenapa aku nggak pernah bisa nemuin kamu. Seolah, jejak kamu emang benar-benar menghilang begitu aja," ucap Agra kembali.Arsy menggigit bibir bawahnya, matanya mulai memanas kembali."Aku tahu, Mas. Mas Arkan dan Mbak Andri sering cerita tentang kamu. Dan gimana tersiksanya kamu. Tapi, aku masih belum siap saat itu," ucap Arsy pada akhirnya.Agra mengerutkan keningnya, "Jadi, selama ini kamu tahu tentang aku?' tanya Agra memastikan.Arsy mengangguk mantap. Sementara Agra, kembali memeluk tubuh wanitanya itu kembali. Arsy kembali menangis di pelukan lelakinya itu."Aku minta maaf, Arsy, aku minta maaf," ucap Agra kali ini.Arsy hanya mengangguk, membiarkan air matanya jatuh

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 4

    Tak hanya Agra, namun wanita itu pun sedikit terkejut saat melihat siapa yang ada disana. Yah, wanita itu adalah Arsy, wanita yang ia cari selama hampir lima tahun lamanya. Ia pikir, wanita itu benar-benar menghilang, dan kedua adiknya tak tahu tentangnya. Namun, kenyataan di depannya seolah menghantam segala rasa sesak yang ada. Di sisi lain, Andri dan Arkan sama sekali tak bergerak. Keduanya pun hanya bisa saling bertukar pandang, tak menyangka bahwa akan ada pertemuan di antara mereka. Keduanya memilih mengalihkan perhatiannya pada Humai, bocah kecil yang baru saja datang dan langsung meminta Arkan untuk menggendongnya itu. Arsy menelan ludah. Ia mengalihkan pandangannya dari arah Agra ke arah Andri dan Arkan, lalu kembali pada Agra kembali. Hingga akhirnya, tanpa dikomando mulutnya pun berkata dengan lirih, nyaris bergumam menyebut nama itu. "Ma--Mas Agra." Agra mengembuskan napas berat setelah beberapa saat ia terdiam. Tak lama, ia pun segera bangkit dari duduknya dan mengh

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 3

    "Haha sabar, Mas," ucap Andri seraya mengecup bibir sang suami.Arkan mendengus kesal, lalu segera beranjak dari duduknya. Sementara Andri, merapihkan pakaiannya dan juga rambutnya yang sedikit berantakan karena ulah suaminya.Dengan wajah sedikit dongkol, Arkan membuka pintu rumah dengan kasar. Diambang pintu, Agra berdiri dengan wajah yang sedikit berkerut karena bingung melihat kelakuan sang adik.."Assalamu'alaikum," salam Agra sekali lagi."Wa'alaikumsalam," jawab Arkan ketus.Agra sempat terdiam, merasa heran. Ia tak merasa melakukan apapun, tapi kenapa Arkan bersikap menyebalkan kepadanya? Apa dia sedang tak dapat jatah dari Andri? Atau ...Agra menepis pikiran liarnya, dan hendak melangkah masuk ke dalam rumah. Namun, dengan sigap Arkan langsung pasang badan menahan Agra di pintu."Mau ngapain sih, Mas,? Ganggu orang aja!" seru Arkan sedikit ketus."Dih, ngapa lu? Kaga seneng banget perasaan liat gua ke sini. Gua mau ketemu bini lu, bukan lu. Dah, sana minggir," ucap Agra san

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 2

    Seketika, ruangan itu mendadak hening. Semua mata memandang Andri dengan ekspresi yang sama --terkejut.Mereka tahu, Andri bukan lah orang yang suka ceplas-ceplos, bahkan terkesan santun dan sopan. Ucapannya barusan tentu saja membuat mereka semua terkejut, tak terkecuali dengan Arkan.Namun, Arkan hanya menyunggingkan sedikit senyumnya. Senyum yang tipis, sehingga tidak semua orang menyadarinya.'Fiks, khodam harimaunya akan keluar ini,' batin Arkan sambil terkekeh geli."A-- apa maksud kamu, Ndri?" tanya Bu Irma dengan sedikit tergagap.Andri tertawa pelan, seraya bangkit dari duduknya."Ibu pikir, saya nggak tahu kalau menantu itu hamil duluan, makanya nikah buru-buru? Ya ilah, Bu, sebelum acara nikahan itu berlangsung, saya udah ketemu duluan sama anak ibu dan pacarnya di poli kandungan dua bulan sebelumnya," ucap Andri. "Mereka sendiri yang bilang kalau misalnya mau USG anak mereka," ucapnya kembali.Ia merapihkan ujung bajunya, lalu kembali menatap Bu Irma dengan tajam."Tolong

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 1

    Ruang tamu itu dipenuhi oleh kehangatan. Suara bayi yang baru lahir terdengar lirih dari sudut ruangan, sementara para tamu sedang asyik mengobrol santai sambil menikmati teh dan camilan.Diantara tamu-tamu itu, Andri dan Arkan pun tak luput untuk datang menengok tetangga mereka yang baru saja melahirkan.Andri ikut tersenyum saat melihat si bayi yang masih merah tertidur pulas dalam gendongan ibunya. Aroma bedak bayi dan minyak telon tercium samar di udara. Ada rasa haru sekaligus kagum di matanya, sesuatu yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata."MasyaAllah, gemes banget ya, Ndri," bisik Bu RT yang berada di sampingnya.Andri mengangguk. "Iya, Bu. Lucu banget, masyaallah," ucapnya lembut."Mbak Andri mau coba gendong?" tanya sang empunya rumah dengan ramah.Andri terdiam sebentar, lalu melirik ke arah Arkan yang berada tak jauh darinya. Arkan hanya mengangguk sambil tersenyum, seolah memberi ijin untuk Andri.Andri mengangguk ragu dan tak lama bayi merah itu telah berpindah tanga

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 99 (Ending Season 1)

    Tante Adel berdiri di ambang pintu dengan ekspresi datar, tetapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak. Seakan dia tahu lebih banyak daripada yang mereka pahami saat ini."Karena itu, kapan kamu mau bawa koleksi mainan kamu?" tanyanya kembali, namun kali ini dengan nada lebih tenang, tetapi tetap tajam.Arkan masih berusaha mencerna semuanya. Koleksi mainan yang selama ini menjadi kenangan berharga, bukan hanya sekadar benda mati, tapi juga suatu koleksi atas kesabaran dan penghargaan, ternyata sudah dijual dan dilelang. Lalu, ditukar dengan saham dan juga investasi."Lalu, apa masih ada yang tersisa, Tan?" tanya Arkan kali ini. Suaranya terdengar serak, nyaris berbisik.Tante Adel terdiam sebentar, lalu menggeleng lemah. Ia segera masuk ke dalam kamar Yudha, dan menarik salah satu kursi di sana."Kalau kamu tanya soal mainan yang ada diruangan Mas Gerry, kemungkinan udah nggak ada semua yang tersisa," ucap Tante Adel lirih."Tapi, kalau misalnya kamu tanya soal mainan

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 98

    Arkan memutar-mutar kertas itu di tangannya. Tulisan Yudha yang sedikit miring di sudut kertas terus menarik perhatiannya."Suatu saat, aku akan jelaskan."Apa yang ingin Yudha jelaskan? Kenapa terasa seperti ada rahasia besar yang sengaja disembunyikan darinya?Perasaan tidak nyaman mengendap di dadanya. Perlahan, Arkan berdiri dan melangkah ke arah lemari buku milik Yudha. Ia membuka satu per satu laci dan rak, mencari sesuatu yang mungkin bisa memberikan jawaban. Tapi semuanya tampak biasa saja. Buku pelajaran, beberapa majalah, dan alat tulis.Namun, ketika ia membuka laci paling bawah, pandangannya tertumbuk pada sebuah kotak persegi panjang berwarna hitam. Kotak itu terkunci, tapi di atasnya ada gantungan kunci kecil berbentuk kepala Megatron.Arkan mengernyit. Ia ingat betul gantungan kunci itu. Itu adalah hadiah yang ia berikan pada Yudha saat ulang tahunnya yang ke lima belas.Perlahan, ia mengambil kotak itu. Berat. Ia menggoyangkannya perlahan—ada sesuatu di dalamnya."Apa

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 97

    "... kamar Yudha. Iya, benar kamar Yudha," ujar Tante Adel sambil tersenyum.Arkan memincingkan mata, kamar Yudha? Bagaimana bisa?"Kemarin Yudha lagi disuruh bikin prakarya gitu. Nah, salah satu mainan kamu jadi bahan contohnya. Coba aja cek di sana, sepertinya ada," ujar Tante Adel kembali seolah itu bukan masalah sama sekali.Alis Arkan berkerut dalam, kenapa Yudha tak ijin dahulu padanya? Biasanya, ia akan selalu ijin untuk meminjam mainannya. Tapi, kenapa kali ini tidak? Apalagi, mainan yang diambilnya adalah Gundam limited edition. Itu bukan hanya tentang sebuah koleksi berharga, namun juga mengajarkannya suatu kesabaran karena rela menunggu barang itu launching hingga berbulan-bulan lamanya.Tanpa mengucapkan sepatah kata, Arkan segera berbalik dan melangkah menuju kamar Yudha yang berada di sebelah kamarnya yang berada di sana. Langkah kakinya terasa sedikit berat, ia takut bahwa kenyataan yang ada di depan sana, akan kembali mengecewakan seperti kejadian di gudang tadi pagi.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status