Share

Ayo, Keluar Dari Sini

Penulis: Ririichan13
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 20:18:46

Arkan kembali tersenyum lalu mengacak rambut sang istri dengan pelan dan penuh cinta.

"Kontrakan kamu dimana, Dek? Eh, tapi gimana kalau misalnya kita pindah ke rumah orang tua aku aja?" tanya Arkan memberi usulan.

"Rumah orang tua kamu? Emang ada, Mas?" tanya Andri dengan raut wajah yang sedikit antusias.

Arkan tersenyum lalu mengangguk pelan, "ada, Dek. Tapi rumahnya agak kecil, gak terlalu gede seperti rumah Kakek. Ada tiga kamar disana, ada garasi dan taman kecilnya juga di depan. Kamu suka bunga? Kita bikin taman nanti disana," jawab Arkan sambil tersenyum.

"Taman? Boleh, Mas. Aku pernah pingin punya rumah yang banyak bunganya, terus nanti di tengahnya ada ayunan, buat tempat santai," ujar Andri.

Arkan mengangguk antusias, senyum di wajahnya semakin lebar. "Wah, itu ide yang bagus, Dek! Nanti, kita beli dan rawat bareng-bareng gimana? Kalau untuk ayunan ... gimana kalau misalnya kamu liat dulu tempatnya? Aku rasa kalau ayunan gak akan cukup tempatnya. Tapi kalau bangku taman, sep
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Hari Terakhir Bersama Mama Papa

    *Flashback tiga tahun lalu*"Arkan, Papa punya sesuatu," ucap Pak Gerry sambil tersenyum."Apa, Pa?" tanya Arkan.Arkan segera mengalihkan perhatiannya kepada sang papa yang masih saja tersenyum disana. Sebelah tangannya berada di belakang punggungnya seolah menyembunyikan sesuatu."Tada," ucap Papa seraya menyerahkan godie bag kepada sang anak.Arkan mengernyitkan dahinya sebentar, lalu mengambil godie bag itu. Begitu membuka isinya, senyumnya pun nampak terbesit di wajah tampannya itu."O -- Optimus Prime. Papa seriusan ngasih ini buat Arkan? Ini kan mahal banget, Pa," ucap Arkan dengan nada tak percaya.Pak Gerry tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya pelan, lalu membelai lembut pucuk kepala sang anak. Tak lama, Bu Vany pun datang dari belakang dan langsung memeluk tubuh putranya."Gak ada kata mahal buat kamu, Nak. Itu adalah hadiah terakhir dari Mama Papa untuk kamu," ujar Bu Vany lembut. "Eh, bukan terakhir sih, tapi ada satu lagi, cuma nanti kita kasih pas kamu udah nikah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Akhirnya, Sadar Juga

    Arkan mengerjapkan matanya beberapa kali. Kelopak matanya terasa berat, tapi ia harus memaksakan diri untuk membuka mata. Saat matanya terbuka, kilauan cahaya yang terang begitu menyilaukan mata, tak hanya itu, aroma alkohol dan obat-obatan pun nampak menguar tajam. Ditambah, suara lembut monitor detak jantung menjadi irama pertama yang didengar Arkan saat kesadarannya perlahan kembali. "Arkan ... akhirnya kamu bangun juga," suara lembut seseorang mampu menyadarkan Arkan akan kebimbangannya."Tan -- Tante Adel?" gumamnya pelan, suaranya begitu serak.Wanita itu mengangguk sambil tersenyum kecil, dan matanya tampak sembab."Iya, Kan, ini Tante Adel. Kamu udah sadar? Tunggu sebentar ya, Nak, jangan banyak gerak dulu," titahnya.Arkan hanya mengangguk kecil, dan tak lama, bayangan kecelakaan tadi berkelebat di benak Arkan. Suara rem mobil, teriakan, tubuh yang terpental — semuanya terasa nyata kembali. Rasa panik mulai menyelimuti dadanya. "Mama!" teriak Arkan begitu dirinya ingat.Ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Perubahan Diri Arkan

    Beberapa jam berlalu, tangisan Arkan pun mulai mereda. Rasa sesak di dadanya pun perlahan berkurang, meskipun hati masih terasa nyeri.Arkan menatap langit-langit kamar yang terasa begitu sunyi dan hening. Ia menoleh kesamping, dan tak jauh darinya Autobots pemberian sang papa berdiri tegak di atas nakas.Ia pun berusaha untuk meraih mainan terakhirnya, namun saat ia mencoba menggerakkan kakinya, rasanya aneh sekali.Arkan mencoba lagi, namun tetap sama. Kedua kakinya sama sekali tidak bisa di gerakkan."Arkan, apa kamu butuh sesuatu?" tanya Oom Wisnu seraya mendekat.Tante Adel nampak terlelap di atas sofa ruang tunggu, sepertinya ia lelah karena menemani Arkan sejak tadi."Aku mau ngambil mainan aku, Oom, tapi kaki aku gak bisa digerakkin. Kaki aku kenapa, Oom?" tanya Arkan dengan suara yang gemetar. Oom Wisnu terdiam sejenak, mencoba mengambil napas agar bisa mengatakan kenyataan yang akan kembali membuat dunia kepon

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Kedatangan Keluarga Agra

    Tak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kecelakaan yang mengubah hidup Arkan. Berkat terapi intensif yang ia lakukan serta doa yang tiada henti dari keluarga Oomnya itu, keajaiban kecil pun akhirnya datang dalam hidupnya.Kakinya kini sudah bisa ia gerakkan dan melangkah sedikit demi sedikit meskipun kadang sesekali ia kembali terjatuh. Tak hanya itu, sifat cerianya mulai muncul kembali, meskipun masih kekanak-kanakan.Siang itu, Arkan tengah asyik bermain Autobots kesayangannya, bahkan ia pun berpura-pura menjadi Sam, menggunakan panci sebagai pelindungnya dan tak lupa sebuah senapan mainan yang ia pegang.Bunyi "pew pew" dari suara tembakan pun nampak menggema di ruang keluarga, Arkan pun nampak fokus mengarahkan 'senjatanya' pada target dalam imajinasinya.Sementara itu, Tante Adel nampak tersenyum melihat tingkahnya sambil membereskan meja makan mereka."Arkan, kalau udah selesai mainannya, jangan lupa balikin ke lemari kaca ya," ucap Tante Adel setengah berteriak."Siap, Tante

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Penawaran Dari Kakek Gala

    Setelah kepergian keluarga Agra, Tante Adel pun memeluk tubuh Arkan dengan erat."Arkan, dengerin Tante. Tante tau ini itu berat banget. Gak cuma untuk kamu, tapi juga untuk tante. Jujur, tante juga syok waktu tau siapa yang datang. Tapi, Tante harap, kamu mau belajar memaafkan kesalahan mereka. Tante tau kalau ini gak mudah, tapi kamu harus berusaha. Tante yakin, Papa sama Mama gak mau kamu jadi orang pendendam," bujuk Tante Adel lembut.Namun, Arkan tetap menggeleng, rasa sakit itu masih terlalu nyata bahkan terlalu dalam. Dalam hati kecilnya, ia masih butuh waktu yang sepertinya akan sedikit lama untuk melupakan semuanya.Beberapa hari setelah kejadian itu, Tante Adel menerima panggilan lagi dari keluarga Agra. Mereka meminta kesempatan untuk bertemu lagi, kali ini dengan penawaran yang lebih serius. Tante Adel tak bisa memutuskannya sendiri, ia pun harus berkonsultasi dahulu dengan Arkan dan juga suaminya.Pagi itu, semua nampak berkumpul di ruang keluarga, ada Arkan, Yudha, Oom W

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Ancaman Balik

    "Hoalah, jadi begitu toh ceritanya. Terus, gimana sama dendammu sekarang, Mas?" tanya Andri penasaran.Arkan mendesah pelan, lalu menyenderkan tubuhnya pada sandaran ranjang."Udah terbalas sih, hanya aja, entah kenapa aku masih belum rela kalau misalnya dia belum merasakan apa yang aku rasakan dulu," ucap Arkan pelan"Jadi, maksudnya, Mas masih pengin dia lebih menderita lagi?" tanya Andri sambil mengernyitkan dahinya penasaran.Arkan terdiam sebentar lalu menatap wajah istrinya dan langsung mengambil tubuhnya masuk ke dalam pelukannya.Beberapa kali ia nampak mencium pucuk kepalanya takut jika wanitanya ini akan pergi."Kalau menurut kamu, kira-kira Mas harus gimana?" tanya Arkan mencoba mencari saran.Andri menghela napas panjang, lalu membelai lembut lengan suaminya itu."Mas, apa yang ngebuat Mas masih gak rela begitu? Bukannya Kakek udah penuhin janji ke Mas, bikin satu lantai full dengan banyaknya lemari kaca? Dan, Oom Nathan dan Tante Nathalie udah buktiin kalau misalnya merek

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Membuka Luka Lama Kembali

    Perlahan, tubuh Tante Nathalie mundur, lalu kembali duduk di sofa disamping sang suami. Oom Nathan memijat pelipisnya, berusaha menenangkan dirinya yang sedikit terguncang.Arkan menoleh kepada Andri yang ada dibelakangnya, seolah meminta saran apa yang akan ia lakukannya kini.Andri segera mengambil lengan sang suami, dan membelainya dengan lembut. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya, hanya menuntun agar Arkan pun duduk tak jauh dari Kakek Gala.Perlahan, suasana yang semula canggung berubah menjadi tegang dan penuh ketidakpastian. Semua yang berada disana nampak terdiam, tak ada yang berani membuka suara."Kamu ... Kamu tidak punya bukti, Arkan!" Tante Nathalie kembali bersuara, meskipun dengan nada bergetar."Kamu, adalah anak yang tidak tahu terimakasih! Harusnya kamu bersyukur sudah di rawat disini, tapi apa balasan kamu, hah?!" sentak Tante Nathalie dengan nada yang tinggi.Arkan tertawa kecil namun tatapannya nampak tajam, seperti pisau yang siap melukai siapapun yang berad

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Terkuaknya Masa Lalu Agra

    Sementara itu, suasana canggung diruang tamu belum juga hilang meski Arkan dan Andri sudah tak berada disana. Bunda Seira nampak menyenggol lengan Ayah Revan, seolah meminta kejelasan atas ucapan Arkan barusan. Keduanya nampak bersitatap sebentar seolah memberi kode lewat matanya. Ayah Revan menghela napas lalu berdehem pelan untuk memecah keheningan yang ada. "Anu, maaf sebelumnya, Kek, maksud Arkan tadi apa ya? Apa benar Agra seorang 'pembunuh' dan siapa yang dibunuhnya?" tanya Ayah Revan dengan sedikit hati-hati. Wajah Oom Nathan dan Tante Nathalie pun kembali pucat karena mendengar pertanyaan itu. Mereka lupa jika disana ada keluarga lain yang tak lain adalah keluarga Andri, sekaligus calon besannya dari Agra. Oom Nathan menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya pelan, lalu mengangguk lemah. "Iya, kejadian itu udah tiga tahun silam sebenernya. Saya pikir, Arkan sudah lupa dan tak akan memperkarakannya kembali, tapi ternyata ...," Oom Nathan tak lagi melanjutkan u

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 85

    Setelah menuntaskan hasratnya, Andri kembali tertidur. Mungkin ia sedikit kelelahan karena permainan mereka kali ini terasa lebih panas dan juga bergairah.Sepertinya, benar kata orang, apapun masalah yang terjadi dalam rumah tangga, ranjang adalah tempat mereka kembali menemukan suatu kedamaian.Melihat sang istri yang nampak begitu terlelap, Arkan pun ikut tertidur sebentar. Siapa tau, setelah beristirahat pikirannya bisa lebih fress dan juga lebih tenang.Namun, tidur Arkan tidak lah lama, hanya sekitar tiga puluh menit saja, karena ponselnya terus berdering menandakan panggilan.Arkan terpaksa bangun untuk mengambil ponselnya. Di layar sana, nama 'Sinta' tertera dengan jelas.Arkan segera mengangkat telponnya dan tak lama Sinta nampak marah-marah dari sebrang sana.["Bapak tuh kenapa sih? Kenapa harus nggak masuk? Bapak nggak tahu apa kalau ada banyak laporan yang perlu di tandatangani dan di cek?"] omel Sinta panjang lebar."Ck! Saya jadi heran, sebenernya disini yang bosnya kamu

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 84

    "Kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan itu, Dek?" tanya Arkan masih belum percaya sepenuhnya kepada sang istri.Andri tersenyum lembut, ia tahu, tak mudah bagi Arkan untuk kehilangan semuanya. Ia pernah kehilangan kedua orangtuanya, kehilangan sedikit ingatan dan juga mentalnya, dan kali ini ia kembali di hadapkan dengan sesuatu yang mungkin sedikit sulit ia terima, dan Andri paham akan semua itu.Andri kembali membelai lengan sang suami, dan tersenyum lembut. Ia mengecup pelan pipi Arkan sebentar lalu kembali masuk ke dalam pelikan lelakinya."Mas, jangan pernah merasa sendiri lagi sekarang. Kamu punya aku sekarang, Mas," lirih Andri pelan seraya keluar dari pelukan suaminya."Aku memang hanya orang baru yang kebetulan datang di dalam hidupmu. Tapi aku, aku nggak akan membiarkanmu menghadapi semuanya sendiri kembali, Mas. Aku akan selalu ada di sampingmu dalam suka maupun duka mu," ujar Andri kembali.Arkan menarik napas dalam, lalu mencium pucuk kepala istrinya. "Terimakasih suda

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 83

    Sekan terdiam dan terpaku mendengar jawaban yang terlontar dari mulut istrinya itu. Andri melangkah lebih dahulu ke gazebo halaman belakang, lalu menepuk pinggiran yang masih kosong.Arkan mengerti apa yang dimaksud istrinya. Ia pun segera melangkah dan duduk bersama wanitanya itu."Apa yang sebenernya terjadi, Mas? Dari semalam kamu selalu bertanya seperti itu? Apa yang kamu sembunyikan sebenernya, Mas?" tanya Andri bertubi-tubi.Arkan menunduk sebentar, memainkan jari jemarinya, seolah menguatkan hatinya dahulu sebelum akhirnya ia bercerita kepada sang istri.Andri menunggunya dengan sabar, membelai lembut lengan sang suami seolah memberinya sedikit ketenangan.Arkan mengangkat wajahnya, menatap wajah wanita didepannya yang terlihat begitu kuat dan juga tegar."Aku ... Kevin kemarin ngancem aku, Dek," ucap Arkan pada akhirnya."Kevin? Apa ancaman Kevin ke kamu, Mas?" tanya Andri penasaran.Arkan pun lalu menceritakan tentang telpon Kevin kemarin di kantor. Tentang ancamannya dan jug

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 82

    "Mas, gua mau nanya sesuatu sama lu. Tapi, janji ya jangan diketawain," ucap Arkan tiba-tiba memecah keheningan diantara mereka berdua.Agra mengernyitkan dahinya sebentar, lalu mengangguk mantap. "Ada apa?" tanyanya datar."Gimana kalau misalnya lu di suruh milih antara dua hal sesuatu yang sulit?" tanya Arkan kembali."Apa dulu sesuatunya itu?" tanya Agra balik, suaranya terdengar santai dan juga datar.Arkan kembali menatap langit malam yang begitu terang. Ia menghembuskan napasnya pelan sebelum akhirnya ia kembali berbicara."Kalau misalnya lu disuruh milih antara wanita yang lu cintai sama perusahan yang udah dibangun susah payah sama ortu lu, lu bakal milih mana?" tanya Arkan ambigu.Agra memiringkan kepalanya untuk melihat raut wajah Arkan. Wajahnya terlihat menyimpan suatu beban yang begitu berat sepertinya."Siapa saingan gua yang mau ngerebut Andri dari lu? Emang ada? Wah, nggak bisa dibiarin ini. Harusnya, saingan lu dalam merebut Andri cuma gua aja," ujar Agra sambil terke

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 81

    "Nggak apa-apa kok, Dek. Mas cuma mau nanya doang," ucap Arkan sambil tersenyum masam.Andri menghembuskan napas panjang, lalu mengecup pelan pipi sang suami."Yakin cuma nanya doang? Nggak ada yang lain?" tanya Andri mulai curiga.Arkan kembali menggelengkan kepalanya pelan. Namun sepertinya Andri mulai cukup peka terhadap apa yang terjadi dengan suaminya.Dengan lembut ia mulai mengambil lengan Arkan dan membelainya dengan mesra."Apapun yang terjadi, aku akan mencintaimu, Mas. Aku akan selalu bersama denganmu dalam suka dan duka. Aku tak masalah hidup susah ataupun jatuh miskin," ucap Andri pelan."Mas, asal kamu tahu, aku sudah terbiasa hidup susah. Jadi, kamu nggak perlu khawatirkan aku. Justru, aku yang harus khawatirin kamu, sanggup atau nggak? Asal kamu tau, Mas, bahkan dulu sehari cuma makan sekali saja aku pernah merasakannya. Kamu tenang saja, Mas, jika hanya harta dunia, kita bisa cari bersama-sama. Kita akan kerja sama-sama untuk kembali mengembalikan keadaan," ucapnya pe

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Pilihan Yang Sulit

    Arkan masih terdiam di mejanya. Kepalanya ia tangkupkan ke atas meja, seolah ia tiduran disana. Kepalanya sedikit pening sekarang. Keputusan apa yang harus ia ambil kini, semuanya terasa begitu berat.Dalam lamunannya, tiba-tiba belaian lembut hinggap di punggungnya. Arkan mengangkat wajahnya, mencoba tersenyum tenang, meskipun sorot matanya masih menyimpan badai.Nampak Andri disana dengan wajah teduhnya."Mas, ada apa? Siapa yang telpon?" tanya Andri lembut, suaranya pelan dan penuh kekhawatiran."Nggak ada apa-apa, Dek. Hanya telpon iseng yang mencoba menguji kesabaranku," ucap Arkan dengan tenang.Andri mengernyitkan dahinya. Tentu saja ia tak percaya begitu saja. Tak mungkin ada apa-apa, wajah Arkan tidak bisa bohong jika ia memendam suatu masalah yang besar.Andri menghela napas pelan, lalu kembali membelai lembut pundak sang suami, "Kalau Mas sudah siap cerita, cerita aja, ya. Adek akan selalu siap untuk denger semua keluh kesah Mas," ucap Andri sambil tersenyum.Arkan mengangg

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Ancaman Kevin

    Arkan meremas ponselnya begitu kuat hingga terasa seolah benda itu bisa hancur di tangannya. Suara Kevin masih terdengar di seberang, santai namun penuh ancaman."Apa yang sebenernya kamu mau, Kevin? Apakah apa yang selama ini aku lakukan untuk kamu kurang?" tanya Arkan penuh penekanan.Tawa Kevin nampak menggema dari ujung telpon sana.["Tentu saja aku menginginkan wanitamu, Arkan. Apa kau bodoh? Atau pura-pura bodoh?"] tanya Kevin penuh ancaman.Arkan terdiam sejenak, menarik napasnya dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya. Jangan sampai, ucapannya membangunkan Andri yang nampak terlelap di atas sofa sana."Aku tak akan pernah membiarkan kamu merebut Andri dari aku. Apa kurang kemarin Lili untuk kamu? Kamu sendiri yang menyia-nyiakan Lili begitu saja," ucap Arkan tak mau kalah.["Kamu salah, Arkan! Lili tak pernah bersyukur dengan apa yang selama ini aku berikan padanya. Dia selalu merasa kurang dengan nafkah yang aku berikan,"] ucap Kevin dari sana.Arkan kembali memijat pelan pe

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Ketakutan Andri

    Andri masih terdiam dipangkuan Arkan. Rasanya, akan ada badai besar kembali yang menghadang rumah tangga mereka."Mas, sebenernya, itu surat dari siapa?" tanya Andri penasaran sambil membelai lembut kemeja sang suami.Arkan hanya tersenyum lalu membelai lembut pucuk kepala sang istri."Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang iri sama hubungan kita aja, Dek," ujar Arkan pelan.Namun, Andri masih tak percaya. Ia segera melerai pelukannya. Lalu bangkit dari pangkuan sang suami.Ia duduk di atas mejanya, sehingga posisi duduknya kini berhadapan dengan Arkan."Mas ...," panggil Andri lirih.Arkan hanya menyunggingkan sedikit senyumnya lalu menarik wajah sang istri. Ia mengecup pelan bibir istrinya yang menggoda itu.Awalnya, hanya kecupan pelan, namun makin lama, ia makin tergoda. Apalagi, Andri begitu seksi meskipun memakai celana panjang dan kaos yang sedikit kebesaran."Mas, nggak ada pintu merah tah di sini?" tanya Andri yang hampir terbakar birahi.Arkan menggeleng. Ia tak tahu, kare

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Ancaman Saingan Baru

    Andri menyesap cola yang tinggal separuh, sambil memakan kripik kentang yang rasanya terasa sedikit hambar. Padahal, biasanya, ia sangat suka kripik kentang ini. Tapi entah mengapa, kali ini rasanya begitu hambar, mungkin karena memang perasaannya juga sedang tak enak.Sesekali, ia mencuri pandang ke arah sang suami yang masih fokus dengan layar laptopnya. Diagram dan deretan angka di layar itu, sepertinya lebih menarik perhatian Arkan dibanding dengan kehadiran istrinya saat itu.Tak lama, pintu ruangan Arkan pun di ketuk oleh seseorang. Setelah mempersilahkan masuk, Sinta datang membawa beberapa berkas di tangannya."Apa lagi ini?" tanya Arkan sambil memijat pelan pelipisnya begitu tumpakan kertas itu di taruh Sinta."Laporan bulanan. Waktunya tanda tangan. Bapak nggak lupa kan sekarang tanggal 20?" tanya Sinta balik.Arkan mendengus kesal, ia melirik sekilas ke arah sang istri yang tengah anteng menonton serial Desa Konoha itu di layar televisinya."Nggak bisa besok, kah?" tanya Ar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status