Share

Perubahan Diri Arkan

Author: Ririichan13
last update Last Updated: 2024-11-28 19:00:48

Beberapa jam berlalu, tangisan Arkan pun mulai mereda. Rasa sesak di dadanya pun perlahan berkurang, meskipun hati masih terasa nyeri.

Arkan menatap langit-langit kamar yang terasa begitu sunyi dan hening. Ia menoleh kesamping, dan tak jauh darinya Autobots pemberian sang papa berdiri tegak di atas nakas.

Ia pun berusaha untuk meraih mainan terakhirnya, namun saat ia mencoba menggerakkan kakinya, rasanya aneh sekali.

Arkan mencoba lagi, namun tetap sama. Kedua kakinya sama sekali tidak bisa di gerakkan.

"Arkan, apa kamu butuh sesuatu?" tanya Oom Wisnu seraya mendekat.

Tante Adel nampak terlelap di atas sofa ruang tunggu, sepertinya ia lelah karena menemani Arkan sejak tadi.

"Aku mau ngambil mainan aku, Oom, tapi kaki aku gak bisa digerakkin. Kaki aku kenapa, Oom?" tanya Arkan dengan suara yang gemetar.

Oom Wisnu terdiam sejenak, mencoba mengambil napas agar bisa mengatakan kenyataan yang akan kembali membuat dunia kepon
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Kedatangan Keluarga Agra

    Tak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kecelakaan yang mengubah hidup Arkan. Berkat terapi intensif yang ia lakukan serta doa yang tiada henti dari keluarga Oomnya itu, keajaiban kecil pun akhirnya datang dalam hidupnya.Kakinya kini sudah bisa ia gerakkan dan melangkah sedikit demi sedikit meskipun kadang sesekali ia kembali terjatuh. Tak hanya itu, sifat cerianya mulai muncul kembali, meskipun masih kekanak-kanakan.Siang itu, Arkan tengah asyik bermain Autobots kesayangannya, bahkan ia pun berpura-pura menjadi Sam, menggunakan panci sebagai pelindungnya dan tak lupa sebuah senapan mainan yang ia pegang.Bunyi "pew pew" dari suara tembakan pun nampak menggema di ruang keluarga, Arkan pun nampak fokus mengarahkan 'senjatanya' pada target dalam imajinasinya.Sementara itu, Tante Adel nampak tersenyum melihat tingkahnya sambil membereskan meja makan mereka."Arkan, kalau udah selesai mainannya, jangan lupa balikin ke lemari kaca ya," ucap Tante Adel setengah berteriak."Siap, Tante

    Last Updated : 2024-11-29
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Penawaran Dari Kakek Gala

    Setelah kepergian keluarga Agra, Tante Adel pun memeluk tubuh Arkan dengan erat."Arkan, dengerin Tante. Tante tau ini itu berat banget. Gak cuma untuk kamu, tapi juga untuk tante. Jujur, tante juga syok waktu tau siapa yang datang. Tapi, Tante harap, kamu mau belajar memaafkan kesalahan mereka. Tante tau kalau ini gak mudah, tapi kamu harus berusaha. Tante yakin, Papa sama Mama gak mau kamu jadi orang pendendam," bujuk Tante Adel lembut.Namun, Arkan tetap menggeleng, rasa sakit itu masih terlalu nyata bahkan terlalu dalam. Dalam hati kecilnya, ia masih butuh waktu yang sepertinya akan sedikit lama untuk melupakan semuanya.Beberapa hari setelah kejadian itu, Tante Adel menerima panggilan lagi dari keluarga Agra. Mereka meminta kesempatan untuk bertemu lagi, kali ini dengan penawaran yang lebih serius. Tante Adel tak bisa memutuskannya sendiri, ia pun harus berkonsultasi dahulu dengan Arkan dan juga suaminya.Pagi itu, semua nampak berkumpul di ruang keluarga, ada Arkan, Yudha, Oom W

    Last Updated : 2024-11-30
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Ancaman Balik

    "Hoalah, jadi begitu toh ceritanya. Terus, gimana sama dendammu sekarang, Mas?" tanya Andri penasaran.Arkan mendesah pelan, lalu menyenderkan tubuhnya pada sandaran ranjang."Udah terbalas sih, hanya aja, entah kenapa aku masih belum rela kalau misalnya dia belum merasakan apa yang aku rasakan dulu," ucap Arkan pelan"Jadi, maksudnya, Mas masih pengin dia lebih menderita lagi?" tanya Andri sambil mengernyitkan dahinya penasaran.Arkan terdiam sebentar lalu menatap wajah istrinya dan langsung mengambil tubuhnya masuk ke dalam pelukannya.Beberapa kali ia nampak mencium pucuk kepalanya takut jika wanitanya ini akan pergi."Kalau menurut kamu, kira-kira Mas harus gimana?" tanya Arkan mencoba mencari saran.Andri menghela napas panjang, lalu membelai lembut lengan suaminya itu."Mas, apa yang ngebuat Mas masih gak rela begitu? Bukannya Kakek udah penuhin janji ke Mas, bikin satu lantai full dengan banyaknya lemari kaca? Dan, Oom Nathan dan Tante Nathalie udah buktiin kalau misalnya merek

    Last Updated : 2024-12-01
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Membuka Luka Lama Kembali

    Perlahan, tubuh Tante Nathalie mundur, lalu kembali duduk di sofa disamping sang suami. Oom Nathan memijat pelipisnya, berusaha menenangkan dirinya yang sedikit terguncang.Arkan menoleh kepada Andri yang ada dibelakangnya, seolah meminta saran apa yang akan ia lakukannya kini.Andri segera mengambil lengan sang suami, dan membelainya dengan lembut. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya, hanya menuntun agar Arkan pun duduk tak jauh dari Kakek Gala.Perlahan, suasana yang semula canggung berubah menjadi tegang dan penuh ketidakpastian. Semua yang berada disana nampak terdiam, tak ada yang berani membuka suara."Kamu ... Kamu tidak punya bukti, Arkan!" Tante Nathalie kembali bersuara, meskipun dengan nada bergetar."Kamu, adalah anak yang tidak tahu terimakasih! Harusnya kamu bersyukur sudah di rawat disini, tapi apa balasan kamu, hah?!" sentak Tante Nathalie dengan nada yang tinggi.Arkan tertawa kecil namun tatapannya nampak tajam, seperti pisau yang siap melukai siapapun yang berad

    Last Updated : 2024-12-02
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Terkuaknya Masa Lalu Agra

    Sementara itu, suasana canggung diruang tamu belum juga hilang meski Arkan dan Andri sudah tak berada disana. Bunda Seira nampak menyenggol lengan Ayah Revan, seolah meminta kejelasan atas ucapan Arkan barusan. Keduanya nampak bersitatap sebentar seolah memberi kode lewat matanya. Ayah Revan menghela napas lalu berdehem pelan untuk memecah keheningan yang ada. "Anu, maaf sebelumnya, Kek, maksud Arkan tadi apa ya? Apa benar Agra seorang 'pembunuh' dan siapa yang dibunuhnya?" tanya Ayah Revan dengan sedikit hati-hati. Wajah Oom Nathan dan Tante Nathalie pun kembali pucat karena mendengar pertanyaan itu. Mereka lupa jika disana ada keluarga lain yang tak lain adalah keluarga Andri, sekaligus calon besannya dari Agra. Oom Nathan menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya pelan, lalu mengangguk lemah. "Iya, kejadian itu udah tiga tahun silam sebenernya. Saya pikir, Arkan sudah lupa dan tak akan memperkarakannya kembali, tapi ternyata ...," Oom Nathan tak lagi melanjutkan u

    Last Updated : 2024-12-03
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Keputusan Arsy

    Oom Nathan kembali menghembuskan napasnya panjang lalu tatapannya pun kini beralih kepada Ayah Revan dan Bunda Seira. ia menatap kedua besannya itu, untuk melihat respon apa yang mereka berikan.Namun, kedua besannya tetap bungkam, seolah meminta agar ia melanjutkan ceritanya sampai akhirnya. "Nah, ketika Agra akhirnya sadar, ia pun sempat mengalami kelumpuhan sementara di bagian kakinya, mungkin karena terhimpit itu. Tapi hanya dalam satu bulan dia sudah bisa kembali berjalan. Tapi, ternyata masalah belum selesai sampe situ aja, meskipun kita udah nanggung semua biaya rumah sakit Arkan. Waktu itu, Oomnya Arkan, yang namanya Wisnu itu,yang tadi di telpon Arkan, ngelaporin Agra ke polisi dan menuntut ganti rugi kepada kami," lanjut Oom Nathan."Berarti, kalau gitu Agra pernah di penjara juga dong?" tanya Bunda Seira yang mulutnya sedikit gatal ingin bersuara.Tante Nathalie dan Oom Nathan pun mengangguk bersamaan. Lalu, Oom Nathan kembali melanjutkan ceritanya."Pernah. Tapi, hanya s

    Last Updated : 2024-12-03
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    The Ducking

    Mobil yang dikendarai Arkan mulai melaju meninggalkan garasi rumah Kakek Gala dan perlahan menghilang di kelokan jalan."Dek, mau mampir beli jajan dulu gak? Buat ganjel perut," tawar Arkan begitu mobil mulai keluar dari kompleks dan melewati jalanan raya yang masih sedikit kecil."Emang, kita mau makan dimana?" tanya Andri balik."Senayan City, Dek. Aku pingin kesana," jawab Arkan tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan didepannya.Andri mengusap dagunya pelan. Perutnya sedikit melilit karena belum makan dari pagi, sementara perjalanan ke Senayan masih membutuhkan waktu sekitar 30 menit lamanya -- itu pun jika tidak macet."Hm, boleh, Mas. Tapi, kenapa harus jauh-jauh kesana, sih? Kayak nggak ada tempat makan yang deket aja," gerutu Andri sedikit kesal.Arkan hanya tertawa kecil, menahan tawa karena gerutuan itu."Karena di sana, ada tempat special, Dek. Nanti, setelah dari sana, baru kita ziarah ke Tanah Kusir, ke makam kedua orangtuaku," ucap Arkan yang sukses membuat Andri nam

    Last Updated : 2024-12-04
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Kenangan Bersama Bu Vani

    "Dek, kamu kenapa? Nggak mau yah makan disini?" tanya Arkan saat menyadari bahwa ada keraguan di wajah Andri.Andri menatap wajah suaminya sebentar yang nampak begitu bersemangat, meskipun ada sedikit penyesalan di wajahnya. Ia segera menarik napasnya pelan dan mengangguk."Adek nggak apa-apa kok, Mas. Yuk, masuk, adek udah laper juga nih. Pingin ngerasain Bebek Peking yang viral itu," ucap Andri sedikit antusias.Melihat sang istri yang kembali bersemangat, Arkan pun tersenyum lalu mengangguk dan segera masuk ke dalam restoran itu.Suasana restoran itu sedikit sepi, mungkin karena memang belum jam makan siang. Andri dan Arkan pun segera menuju sudut restoran, tempat favorit Andri dahulu.Saat hendak menuju sudut, seorang pelayan laki-laki menghampiri mereka berdua, dan sedikit terkejut saat melihat Andri disana."Kak Yani? Ini beneran Kak Yani kan," sapa pelayan itu dengan senyum yang begitu lebar.Andri membalas senyuman itu dengan sedikit canggung, lalu mengalihkan pandangannya pad

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Keraguan Arsy

    Arsy terdiam sambil menatap layar monitor yang menampilkan bagian dalam perutnya."Selamat ya, Bu Arsy. Ibu benar-benar hamil. Ini sudah terlihat kantung janinnya dan usia janin diperkirakan sudah masuk minggu ke 7," ujar sang dokter dengan ramah.Tak lama, layar monitor pun berubah menampilkan detak jantung."Nah, ini detak jantungnya si dedek, kedengaran kan, Bu?" tanya dokter sambil tersenyum.Arsy hanya mengangguk pelan, matanya masih terpaku pada layar monitor itu yang menampilkan garis tak beraturan itu.Setelah proses pemeriksaan USG selesai, Arsy pun kini sudah boleh kembali duduk di kursinya."Apa ada yang ingin ditanyakan, Bu Arsy?" tanya sang dokter kembali sebelum mengakhiri sesi konsultasi mereka berdua."Sepertinya tidak ada, Dok, terimakasih banyak ya," jawab Arsy lirih."Baik, kalau begitu, ini resep obat dan vitamin untuk ibu. Jangan lupa diminum, dan jangan sampai stress ya, Bu. Usia kehamilan trisemester awal sangat rentan stress. Jika mual, dan tak bisa makan, maka

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Rumah Oom Wisnu 2

    Arkan merasa gamang, saat harus mengambil keputusan saat ini.Sebenernya, ia tidak terlalu suka disini, meskipun memang suasananya sejuk dan dekat dengan kantor, baik kantornya maupun kantor Kakek Gala, tapi disini banyak anak-anak yang mungkin bisa berisik dan mengganggu mereka, apalagi jika Arkan membawa lemari kacanya yang berisi mainan koleksinya. Berbagai pikiran buruk pun langsung berkecamuk disana.Tapi, begitu melihat Andri yang begitu antusias, ia pun sedikit bingung harus bagaimana.Arkan menghembuskan napasnya kasar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Oom Wisnu."Ya udah, Oom, karena Andri suka sama rumahnya, jadi aku ambil rumah ini aja, ya. Oom bisa urus surat-suratnya, kan? Aku gak mau jika suatu saat ada permasalahan antara aku dan Yudha, terus ungkit-ungkit rumah ini," ujar Arkan kemudian.""Kamu yakin, Kan, ambil rumah ini? Kalau soal surat-surat gampang nanti Oom urus. Tapi, kalau gak salah harga rumah ini lebih rendah dibanding rumahmu, itu gimana? Berarti Oom ha

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Rumah Oom Wisnu

    Saking asyiknya mereka bercengkrama, hingga tanpa sadar mereka pun sudah tiba di daerah tempat tinggal Oom Wisnu."Oom, ini kavling-nya yang mana ya? Arkan lupa," ujar Arkan sambil tersenyum samar.Oom Wisnu tertawa pelan, ternyata, keponakannya itu sudah lupa jalan kerumahnya."Masih di depan, Kan. Nanti perempatan belok kiri, gak jauh dari situ," ujar Oom Wisnu memberi petunjuk.Arkan hanya manggut-manggut sambil memelankan laju mobilnya. Kawasan ini sedikit sempit, hanya cukup untuk dua mobil saja, mana di beberapa ruas jalan nampak mobil terparkir sembarangan juga."Ck, kalau gak mampu beli garasi, setidaknya mbok gak usah beli mobil kek. Emang, ini jalanan mbahmu yang bisa di jadiin parkiran," gerutu Arkan sedikit sebal.Oom Wisnu tak menanggapi gerutuan itu, hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya pelan. Memang benar, kesadaran disini masih sedikit tipis, jika malam tiba, maka sisi jalan sebelah kiri akan berisi banyak mobil, membuat jalanan yang sempit semakin sempit saja.

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Perjalanan ke Rumah Oom Wisnu

    Sekitar pukul 10.00 WIB, Andri dan Arkan telah bersiap untuk pergi ke rumah Oom Wisnu, tinggal menunggu kapan Oom Wisnu akan berangkat saja."Mas, ini gak masalah kalau misalnya kita langsung pergi? Aku gak enak sama Tante Adel, soalnya di rumah gak ngapa-ngapain. Dari tadi subuh, aku langsung masuk kamar, terus baru keluar tadi jam 9an," ucap Andri tak enak hati.Arkan menggeleng pelan lalu membelai lembut rambut sang istri, "nggak apa, Dek. Namanya juga tamu, pasti dia maklumin kalau misalnya kamu nggak ngapa-ngapain," ujarnya berusaha menenangkan gemuruh di hati Andri.Andri mendengus pelan, perasaannya masih tetap sama, ia tak enak karena dia tidak melakukan apapun di rumah itu.Tak ingin berdebat dengan Arkan, ia pun memilih untuk keluar dari kamar itu duluan, meninggalkan Arkan yang masih sibuk untuk berkemas.Begitu keluar kamar, suasana disana nampak sepi, hanya terdengar suara televisi yang menampilkan animasi si botak dari negri sebrang saja.Andri celingukan mencari siapa y

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Olahraga Pagi

    Andri dan Naima berteriak sambil mundur dua langkah. Dan saat keduanya berbalik dan hendak lari, tiba-tiba tangan Andri terasa ada yang mencengkram dengan kuat."Aaa, Naima tolong!" ujar Andri panik dan tak lama ...Bugh!"Berisik banget sih, Dek! Kamu ngapain sih?!" seru seseorang yang tak lain adalah Arkan sambil memukul kepala Andri menggunakan sejadah kecil."Ma -- Mas Arkan?" tanya Andri, suaranya sedikit bergetar, seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya.Andri dan Naima perlahan berbalik, memastikan suara itu benar-benar milik Arkan atau bukan.Dan benar, Arkan berdiri dengan alis terangkat dan ekspresi bingung campur kesal. Sementara di belakangnya, nampak Oom Wisnu yang berdiri sambil menahan tawa. Wajah pria paruh baya itu tampak terkekeh geli melihat situasi yang entah kenapa terlihat sedikit lucu baginya."Mas Arkan dari mana?" tanya Naima kali ini dan mendapat anggukan dari Andri.Kedua wanita itu masih sedikit syok sambil berpegangan tangan seolah masih takut denga

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Siapa Yang Datang?

    Andri menggelengkan kepalanya pelan, lalu menatap lurus ke depan.Sekelebat bayangan masa lalu kembali berputar, bagai proyektor yang mereply film itu.Andri menghembuskan napasnya lalu menggeleng pelan."Kita tidur aja, yuk. Udah malem," ajak Andri mengalihkan pembicaraannya.Naima menggeleng pelan, bibirnya nampak mengerucut karena Andri tak jadi cerita."Mbak mah, ih, bikin aku kepo aja," gerutu Naima kembali.Andri hanya terkekeh pelan lalu mengacak rambut sang adik dan memilih untuk merebahkan dirinya saja."Mbakk," rajuk Naima sambil menggoyangkan lengan Andri Namun, Andri tetap menggeleng, dan memilih untuk memejamkan matanya saja.Melihat itu, Naima kembali cemberut, rasanya ia belum ngantuk, tapi mau bagaimana lagi, Andri dan juga Tante Adel sudah terlelap lebih dahulu.***Keesokan paginya, Andri terpaksa bangun karena guncangan yang cukup keras di tubuhnya."Andri, bangun, Ndri," ujar Tante Adel dengan nada panik.Dengan kepala yang sedikit terasa berdenyut, akhirnya Andri

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Dua Hati

    Yudha kembali menghisap rokoknya dan menawarkan kepada Arkan di sana."Mas nggak ngerokok, Yud. Lah, tadi kamu kenapa pindah ngerokoknya?" tanya Arkan penasaran."Tadi ada Mama di sini. Kasian dede bayi kalau misalnya ada asep rokok," jawab Yudha.Arkan hanya mengangguk lalu kembali memanggang beberapa potong daging di atas sana. Suara bara yang terkena lelehan minyak kembali terdengar membuat malam itu kembali hangat.Keheningan pun akhirnya pecah karena getaran ponsel Yudha yang sedikit mengganggu. Yudha melihat siapa yang menelponnya dan langsung berdecak kesal.Tak ingin terlalu lama bergetar,ia pun segera mengangkat panggilan telpon itu."Jangan hubungin aku sekarang. Naima nginep di rumah," bisik Yudha setengah berbisik.[ ... ]"Gak usah ngadi-ngadi deh!" gerutu Yudha seraya menutup telponnya dan melemparnya ke sembarang arah.Yudha menghisap rokoknya kuat-kuat berusaha meredakan amarah yang sepertinya bergejolak di dadanya."Punya cewek lagi, Yud?" tanya Arkan sedikit penasar

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Ijin Menginap

    "Tante, boleh ya?" rajuk Naima lagi, kali ini suaranya terdengar lebih memelas dari sebelumnya.Tante Adel menghela napas panjang. Wajahnya memancarkan keraguan, sementara matanya diam-diam melirik ke arah Oom Wisnu, seolah meminta jawaban tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun.Oom Wisnu balas menatapnya, memahami kegelisahan yang tersirat. Beberapa detik berlalu dalam keheningan. Akhirnya, Oom Wisnu mengangguk perlahan, memberi tanda persetujuan."Kasih aja, Ma, udah malem juga.Tapi, harus kamu yang ijin sama orang tuanya Naima jangan Yudha," ujar Oom Wisnu pada akhirnya.Tante Adel tersenyum tipis, meski rasa ragu belum sepenuhnya hilang."Ya udah, karena udah dapet ijin dari Papanya Yuda, kamu boleh nginep disini. Tapi ... inget, kamu tidur sama Tante di kamar utama, dan gak boleh ada di kamar Yudha, paham?" tanyanya Tante Adel akhirnya.Mendengar ucapan itu, raut wajah Naima yang tadi sempat sayu pun kembali berbinar."Makasih, Tante. Tante emang pengertian banget," jawab Naim

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Barbeque-an

    Malam mulai menyapa, Andri dan Arkan tampak betah berada di rumah itu. Rumah yang penuh kenangan baginya, sehingga membuat mereka seolah kembali ke masa lalu, mengingat momen-momen sederhana yang pernah ia lalui.Sekitar pukul 20.00 WIB, saat sedang asyik bercengkrama di ruang keluarga sambil menonton Tv, Yudha dan kekasihnya pulang entah dari mana dan membawa banyak tentengan."Yuhuuu, Tante, Oom, ayok kita barbaque-an," ujar Naima--Kekasih Yudha saat keduanya tiba."Eh, ada Mas Arkan dan Mbak Andri juga tah? Udah lama disini, Mas, Mbak?" tanya Yudha ramah seraya menyalami mereka berempat."Lumayan, dari tadi sore. Cie, adek gua sekarang udah gede, udah ngerti pacaran nih yee," goda Arkan kepada sang adik.Yudha hanya tertawa pelan mendengar ledekan itu, sementara Naima nampak salah tingkah dibuatnya."Ah iya, tadi kamu bilang apa? Barbeque-an? Ayo, gas, dimana?" tanya Arkan mengalihkan pembicaraannya dengan nada yang penuh semangat."Iya, Mas. Mama tadi WeA katanya pingin barbeque-

DMCA.com Protection Status