Qiyana spontan meronta, berusaha melepaskan diri. Namun, seseorang di belakangnya ini malah mengeratkan kunciannya. Tak sampai di sana, orang itu juga langsung menarik dirinya dari tempat tersebut. Tentu saja Qiyana semakin panik dan berusaha meronta lebih kuat. Tetapi, tenaganya kalah kuat dengan sosok lelaki yang entah kenapa tiba-tiba menariknya ini. “Jangan takut, ikutlah denganku,” bisik orang itu tepat di telinga Qiyana. Setelah mendengar suara yang cukup familiar itu, Qiyana tidak lagi berusaha meronta. Wanita itu diam dan menurut, mengikuti langkah lelaki yang membimbingnya terus melangkah mundur itu. Cukup mengejutkan karena ternyata orang itu membawanya kembali ke kamarnya. Qiyana langsung memutar tubuhnya setelah orang itu melepaskannya. Ternyata dugaannya tidak meleset, memang Kenzo yang tiba-tiba menyeretnya. Terlalu panik membuatnya tidak bisa berpikir jernih tadi. Bahkan, ia tidak menyadari aroma parfum familiar yang menusuk indta penciumannya. “Apa yang kamu lakukan
Qiyana nyaris menjatuhkan ponsel buang baru berhasil ia dapatkan setelah mendengar suara itu. Sontak saja, wanita itu langsung mengangkat kepala. Dan benar saja, suara yang cukup familiar itu memang milik ‘wanita spesial Kenzo'. Tanpa sadar Qiyana malah melangkah mundur. Namun, ia segera berhenti saat menyadari reaksinya terlalu berlebihan. Benar-benar mirip pencuri yang ketahuan oleh pemilik rumah. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Qiyana tak menyangka akan bertemu dengan wanita ini di sini. Ia mengira tamu Kenzo ini telah pulang sejak semalam. Jika dia masih berada di sini sekarang, kemungkinan besar wanita itu memang menginap semalam. Qiyana tidak tahu harus bagaimana. Seharusnya ia tidak boleh bertemu dengan wanita di hadapannya ini. Apalagi dengan keadaan yang tidak kemungkinan seperti ini. Kenzo sudah mewanti-wanti dirinya agar berhati-hati dan tidak berkeliaran. Namun, sekarang dirinya malah bertemu dengan wanita ini. Kenzo pasti marah padanya. “Kenapa tidak menjawab p
Qiyana yang tiba-tiba ditodong dengan pertanyaan seperti itu tentu saja terlonjak hebat. Bahkan, cangkir teh yang ada di tangannya nyaris terjatuh ke lantai. Tubuhnya langsung kaku seketika. Sekarang ia tidak mungkin menghindar. Selama berada di depan Amanda, Qiyana sudah mencoba menjaga sikap agar terlihat seperti seorang asisten profesional. Begitu juga dengan Kenzo yang tidak bertingkah macam-macam. Apa Amanda memang sejeli itu sampai bisa menebak ada sesuatu di antara dirinya dan Kenzo dengan mudah? Sekarang semakin terlihat jelas jika Amanda memang tidak menyukai Qiyana. Entah apa yang akan wanita ini lakukan jika mengetahui dirinya dan Kenzo sudah menikah. Meskipun hanya sebatas kontrak belaka. Qiyana berdeham pelan dan kembali menetralkan ekspresinya. “Mbak Amanda ini bicara apa? Saya tidak mengerti. Tadi pagi kita sudah berkenalan, ‘kan? Saya asisten baru Tuan Kenzo. Tentu saja hubungan saya dan Tuan Kenzo hanya sebatas partner kerja saja.” Qiyana mengulas senyum tipis untu
Belum sempat Qiyana menjawab, Feli sudah merangsek maju dan tiba-tiba menarik keluar kalung yang selama ini ia sembunyikan. Liontin kalung tersebut yang merupakan cincin pernikahannya dengan Kenzo langsung terlihat. “Kamu masih ingin mengelak setelah buktinya ada di sini? Kamu pikir aku bodoh sepertimu sampai tidak tahu apa hubunganmu dengan mantan kekasihku sebenarnya?” tutur Feli dengan sebelah bibir yang terangkat membentuk senyum menyeringai penuh makna. Qiyana langsung mendorong kakak tirinya hingga melepaskan kalung yang terpasang di lehernya. Jantung wanita itu nyaris terlepas dari tempatnya ketika Feli menarik kalung ini. Selama ini ia selalu berhasil menyembunyikannya dari siapa pun. Tidak pernah ada yang mencurigai kalungnya apalagi sampai nekat menariknya. Sejuknya udara yang berhembus di sekitar sana berbanding terbalik dengan atmosfer panas dan tegang yang melingkupi kedua kakak beradik itu, terutama Qiyana. Ia tidak menyangka rahasia besarnya akan terbongkar semuda
Qiyana ingin menanyakan apa yang Feli maksud sebenarnya, namun kakak tirinya itu sudah melangkah cukup jauh. Wanita itu mulai menduga-duga, jangan-jangan sebenarnya Feli mengetahui sesuatu. Selain fakta tentang pernikahan rahasianya dengan Kenzo. Gemuruh yang saling bersahutan tiba-tiba terdengar dan membuat Qiyana tersentak dari lamunannya. Namun, wanita itu tak sempat mencari tempat untuk berteduh karena hujan deras lebih dulu mengguyur bumi. Meskipun sudah berusaha memacu langkah secepat mungkin keluar dari area pemakaman, tetap saja sekujur tubuh Qiyana terlanjur basah kuyup. Karena jarak tempatnya berada dengan area parkiran tempat ini masih cukup jauh, terpaksa ia berteduh di sebuah gubuk yang kebetulan ada di pinggir area pemakaman tersebut. Qiyana memeluk tubuhnya sendiri sembari menggosok kedua tangannya. Ia hanya mengenakan blouse berlengan panjang dan itu tidak cukup untuk menghalau hawa dingin yang menerpa. Ditambah lagi pakaiannya juga sudah mulai basah. “Apa lebih bai
Qiyana mengernyitkan keningnya mendengar suara seseorang yang familiar dari rekaman yang dikirim oleh orang asing itu. Niatnya untuk langsung menghapus rekaman tersebut dirinya urungkan. Qiyana mematikan rekaman suara tersebut sejenak sebelum kembali menyalakannya. Ia mengulang rekaman itu dari awal dan memasang telinganya lebar-lebar untuk mendengarkan apa yang ada di sana sebenarnya. “Aku sudah mulai menjalankan rencana itu. Aku yakin sebentar lagi aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan.” Suara Kenzo yang sangat familiar ditelinga Qiyana langsung terdengar dan kali ini wanita itu merasa tidak mungkin salah mendengar. Ketegangan di wajah Qiyana semakin terpampang jelas. Wanita itu kembali mencekal tombol off setelah mendengar kata-kata ambigu yang Kenzo katakan. Entah kenapa, firasatnya tiba-tiba berubah menjadi tidak enak. Qiyana yakin tujuan orang ini mengirimkan rekaman ini hanyalah untuk memorak-porandakan pertahanannya. Namun, ia juga ingin mengetahui apa yang sebenarnya
“Apa? Coba katakan sekali lagi,” balas Kenzo setelah tersadar dari keterkejutannya. Qiyana memejamkan matanya sejenak, membiarkan air mata kembali menetes dari kedua sudut matanya. “Aku ingin kamu menceraikan aku sekarang juga! Biarkan aku pergi dari sini! Jangan pernah mengganggu hidupku lagi!” Sejak menerima rekaman suara dari seseorang yang misterius itu, Qiyana tak berhenti mengutuk dirinya sendiri. Meskipun nasi sudah menjadi bubur, ia masih tetap ingin berusaha memperbaiki kesalahan besar yang dirinya lakukan. Pertama-tama, tentu saja ia harus lepas dari Kenzo dulu. Qiyana tidak mau seolah-olah turut andil menghancurkan perusahaan yang susah payah ayahnya bangun hanya karena kebodohannya. Wanita itu ingin memperbaiki semuanya sebelum terlambat dan semakin menyesal. Kenzo yang semula masih berdiri di tengah-tengah ruangan, kini memacu langkah mendekati Qiyana yang berdiri di samping ranjang. “Cerai? Jadi, kamu lebih mempercayai rekaman itu? Kamu tidak mau mendengar penjelasank
Qiyana tersentak dengan mata terbelalak. Ponsel yang berada di tangannya nyaris tergelincir ke bawah jika ia tak sempat menahan. Wanita itu langsung bangkit dari posisinya dan membuka paksa topi yang supir taksi itu kenakan. “Ke-kenzo? Bagaimana mungkin?!” gumam Qiyana setengah tergagap. Manik matanya spontan berpendar menatap sekitarnya. Dan sekarang ia baru menyadari kalau taksi online palsu ini sedang berada di tengah jalan yang bersisian dengan hutan. Entah di mana tempat ini berada, dan sudah jelas seharusnya bukan jalan ini yang mereka lewati. Setelah nyaris satu jam berada di mobil ini, Qiyana baru menyadari kalau Kenzo lah yang mengendarai mobil ini. Entah di mana keberadaan supir taksi online yang seharusnya mengantarnya ke tempat tujuan itu. Semoga saja supir itu dalam keadaan baik-baik saja sekarang. Kobaran amarah terpancar dari kedua mata Qiyana. Padahal ia merasa sudah berhasil mengendap-endap keluar dari rumah besar itu tanpa kendala. Bahkan, langsung menghampiri tak