Chris memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan berusaha menenangkan diri.Dengan kakinya yang tidak terluka, dia mengait selimut di lantai dengan perlahan dan menutupinya di atas tubuh Milla. Setelah itu, dia menekuk untuk menopang dagunya dan mulai menikmati pemandangan di depannya dengan puas.Saat tertidur, wanita ini benar-benar terlihat seperti seekor kucing malas yang sudah cukup berjemur di bawah sinar matahari. Entah berapa lama dia menikmati pemandangan itu dalam diam, hingga akhirnya Milla menggeliat dan menggerakkan kakinya, lalu membuka mata."Kamu sudah bangun?" tanyanya.Chris buru-buru menarik kembali tatapannya, lalu menaruh tangan di kedua sisi tubuhnya dengan santai. "Baru saja.""Oh."Milla segera memeriksa dirinya sendiri. Syukurlah tidak ada bagian yang terbuka atau memperlihatkan sesuatu yang seharusnya tidak terlihat. Dia lalu bangkit dari lantai dan bertanya, "Gimana lukamu? Hari ini sudah bisa jalan?""Ya." Chris berdeham untuk meredam kegelisaha
"Nenek?" Milla menoleh ke arah Chris dengan kaget. Chris memberi tahu Milla bahwa Tessa telah kembali ke negara kemarin. Mendengar bahwa Milla sedang syuting video promosi untuk pesta sosialita internasional di Kota Cevo, dia langsung datang ke kota itu.Namun begitu sampai, dia tidak menemukan Milla dan merasa sedikit kecewa.Chris segera memberi perintah tegas kepada semua orang agar tidak mengungkapkan berita tentang hilangnya Milla. Mereka hanya boleh mengatakan bahwa hari ini adalah hari libur bagi tim produksi dan Milla pergi menemui teman-temannya.Namun, jika Milla masih belum kembali hari ini, Tessa pasti akan mulai curiga.Meskipun Chris terlihat dingin dan tidak peduli, nyatanya dia begitu berbakti kepada neneknya. Milla memahami perasaannya, jadi dia setuju untuk langsung kembali ke apartemen seperti yang diminta Chris.Tessa sudah lama tidak melihat Milla. Begitu Milla turun dari mobil, wanita tua itu menyambutnya dengan hangat dan langsung menariknya masuk sambil bertany
Saat Chris mulai menyadari kemungkinan itu, Milla yang panik juga tiba-tiba teringat sesuatu.Lebih dari dua bulan yang lalu, dia dan Chris mengalami insiden di sebuah hotel di Parlis. Namun, setelah kejadian itu, siklus bulanan Milla tetap datang tepat waktu!Huff .... Dia menghela napas panjang dalam hati. Tadi dia benar-benar hampir tertipu oleh Tessa. Syukurlah, cuma kekhawatiran tak berdasar."Nenek, bukan begitu. Aku mungkin cuma kurang sehat, bukan hamil," jelas Milla."Kamu mungkin masih terlalu awal untuk menyadarinya," Tessa tetap bersikeras.Milla ingin menjelaskan bahwa dia tidak mungkin hamil karena belakangan ini dia sama sekali tidak pernah tidur dengan Chris. Namun, dia sadar tidak bisa mengatakannya begitu saja .... Bagaimanapun, dia tinggal di Grand Amary dan Tessa pasti menganggap bahwa dia dan Chris tidur bersama setiap malam.Saat melihat Milla terdiam, Chris dan Tessa mengira dia mengakui kebenarannya.Tanpa membuang waktu, Tessa langsung memerintahkan pelayan unt
Pria itu sedang berdiri di samping tempat tidur Milla sambil menatap monitor EKG dengan ekspresi yang sangat fokus."Kamu siapa?" Milla sedikit gelisah dan perlahan bangkit untuk duduk.Menyadari bahwa dia sudah bangun, pria itu lalu tersenyum ramah. "Halo, Bu Milla. Saya mewakili panitia pesta sosialita internasional untuk menjenguk Anda."Milla mengamatinya dengan saksama. Wajahnya tampak lembut dan berwibawa, berpakaian rapi, serta memiliki senyuman yang menenangkan. Penampilannya membuat orang merasa sangat nyaman.Milla mengangguk, lalu bertanya, "Kapan saya menjalani pemeriksaan EKG?" Dia menatap alat yang terpasang di jarinya."Mungkin dokter melakukannya waktu Anda tertidur. Saya juga kurang tahu," jawab pria itu dengan sopan.Melihat buah dan bunga yang diletakkan di dalam kamar perawatannya, Milla tersenyum. "Terima kasih atas perhatiannya. Saya baik-baik saja. Sebentar lagi saya juga akan keluar dari rumah sakit.""Tapi bagaimanapun juga, insiden ini terjadi dalam acara yang
Pelukan ini terasa berat. Chris memeluk Milla erat-erat di dalam dekapannya. Milla hampir tak bisa bernapas, tetapi dia tidak mendorong Chris karena rasa aman di saat ini tak tergantikan.Setelah beberapa saat, Chris akhirnya melepaskannya. Saat itulah Milla melihat matanya yang merah dan agak basah."Kamu kenapa? Kenapa buru-buru sekali? Lukamu sampai terbuka lagi," ucap Milla dengan kening yang berkerut karena khawatir.Chris sama sekali tidak peduli dengan lukanya. Dengan suara lembut, dia bertanya, "Tadi ada yang datang?"Milla mengangguk. "Pihak pesta sosialita internasional mengirim seseorang untuk menemuiku.""Siapa?" Di mata Chris, ada kegelisahan yang tak bisa Milla pahami."Ini," kata Milla sambil menyerahkan kartu nama kepadanya.Chris menatap nama dan nomor telepon di kartu itu, lalu beralih menatap Milla dengan cemas. "Kalau aku nggak ada, jangan sembarangan bertemu dengan orang asing."Milla menatapnya dengan heran. "Aku bukan anak kecil."Sebelum selesai berbicara, Chris
Aneh sekali!Milla mengangkat alis dan membaca berita itu dengan saksama.Foto dalam berita itu agak buram, tetapi wanita di samping Yonatan, Presdir Grup Bakhtiar, memang mirip dengannya. Ini benar-benar konyol bagi Milla.Pantas saja sekarang semua urusan Grup Bakhtiar ditangani oleh Levis. Ternyata ayahnya sedang sibuk menikmati hidup bersama wanita cantik dan tidak mau repot-repot mengurus bisnis.Ketika melihat komentar di bawah berita, ada yang mengatakan bahwa itu pasti Milla, karena pakaiannya mirip dengan yang dia kenakan saat wawancara di pesta sosialita internasional.Namun, ada juga yang mentertawakan rumor itu, berkata bahwa semua orang tahu Grup Jauhari dan Grup Bakhtiar adalah musuh bebuyutan. Bagaimana mungkin putri Grup Jauhari menjadi simpanan Presdir Grup Bakhtiar? Itu terlalu tidak masuk akal!"Bu, menurutmu, apa ini permainan kotor yang sengaja dirancang oleh Grup Bakhtiar?" tanya asistennya dengan khawatir.Milla mengernyit sedikit, berpikir sejenak sebelum menjaw
Dengan mulutnya yang manis, Milla berhasil membuat kedua putri manja itu saling mengenal dengan cepat. Kemudian, dia memasukkan mereka ke dalam satu grup obrolan. Joy pun memberi nama grup itu "Avengers".Setelah menyusun rencana, Agnez kembali ke rumahnya dan menunggu dengan tenang. Sesuai arahan Milla, dia harus sengaja membocorkan informasi bahwa dia telah bertemu dengan Milla, lalu menunggu Grace menghubunginya. Dia tidak boleh mengambil inisiatif agar tidak membuat pihak lawan curiga.Baru sehari menunggu, keesokan harinya saat jam makan siang, seorang pelayan naik ke lantai atas dan melapor, "Nona, Nona Grace datang!""Tepat seperti dugaan!" Agnez langsung teringat kata-kata Milla. Menurut Milla, dengan karakter Grace, dia tidak akan membiarkan Agnez menunggu lebih dari sehari. Benar saja, Grace datang. Milla seperti peramal saja. Agnez semakin kagum padanya."Suruh dia masuk," kata Agnez. Kemudian, dia menoleh ke pelayan dan bertanya, "Kamu sudah hafal dialog yang aku ajarkan ke
Agnez mengangkat kepala, mengikuti arah pandang Grace, lalu langsung mengernyit. "Itu dia ....""Sudah selarut ini, apa yang dia lakukan di hotel milik Grup Bakhtiar?" Mata Grace langsung berkilat tajam.Dia sebenarnya sudah berencana menyingkirkan Milla di ladang bunga Kota Cevo. Tempat itu cukup terpencil dan sepi. Orang-orang yang dia gunakan juga adalah orang-orang kepercayaannya. Jadi, meskipun Keluarga Jauhari menyelidiki nanti, mereka tidak akan menemukan bukti yang mengarah padanya.Grace mengira rencananya sudah sempurna. Siapa sangka, tiba-tiba muncul kabar bahwa Milla diselamatkan oleh seseorang dan kembali dalam keadaan baik-baik saja. Hasil ini benar-benar membuat Grace murka.Sekarang, Grace teringat berita tentang Presdir Grup Bakhtiar yang memelihara seorang wanita simpanan. Dia merasa dirinya menemukan jalan menuju dunia baru! Ini merupakan kesempatan emas untuk menghancurkan Milla!Meskipun tidak bisa mengambil nyawanya sekarang, Grace bisa menghancurkan reputasi Mill
"Maksudmu apa?" tanya kapten itu kepada Milla."Dilihat dari ekspresimu, aku rasa tebakanku benar, 'kan?" Milla melanjutkan dengan tatapan tegas, "Kalau begitu, tolong jelaskan. Kalau sidik jariku sengaja ditinggalkan oleh pelaku di senjata itu, apa benar alat yang digunakan adalah bahan yang terbuat dari karet silikon?"Kapten itu mengangkat senjata, mendekatkannya ke hidung, lalu mengendus. Yang dia cium hanya sedikit bau logam terbakar akibat aliran listrik, tak ada aroma lainnya ...."Benar, untuk menyalin sidik jari memang biasanya menggunakan karet silikon. Tapi karena baunya khas, teknik profesional biasanya sudah menyiasatinya, jadi nggak akan meninggalkan aroma," jelas kapten itu dengan ragu. "Tadi sudah kucium, nggak ada aroma apa-apa. Kalian coba juga."Beberapa polisi lain pun meneruskan senjata itu dan mengendusnya. Semuanya menggeleng dan berkata, "Nggak ada bau karet sama sekali.""Kalian nggak bisa menciumnya, bukan berarti aku juga nggak bisa," ujar Milla dengan tenang
"Bu Milla, penahanan secara terpisah memang nggak mengizinkan orang luar mendampingi ...." Polisi itu mengerutkan dahi dan menyela."Aku sedang membahas syarat yang lain," kata Milla dengan nada tenang.Aura yang dipancarkannya langsung membuat orang-orang di sekelilingnya, termasuk para polisi merasa terintimidasi. Tak ada yang menyangka, gadis muda yang baru saja dituduh sebagai pembunuh Maalih berdasarkan bukti yang begitu kuat, justru menjadi orang pertama yang bisa menenangkan diri.Namun, kenapa dia terlihat begitu tenang? Bahkan berani menegosiasikan syarat?"Ini adalah kasus pembunuhan dan juga sebuah konspirasi. Meskipun sekarang aku ini tersangka utama, aku ingin mengajukan syarat untuk ikut menyaksikan proses investigasi," jelas Milla."Kamu nggak punya hak itu." Polisi itu menolak.Milla tidak menyerah. "Tapi sejauh yang kutahu, negara ini juga nggak memberi hak kepada para tamu di ruangan ini untuk menyaksikan pengumpulan bukti, 'kan? Kalian tetap memberi mereka izin. Seka
Satu jam yang lalu, Chris baru saja keluar dari ruang istirahat Milla dan pergi ke rumah sakit.Dia tidak memercayai bawahannya sepenuhnya. Orang-orang dari Keluarga Yunanda bukan orang biasa. Jika bawahannya sampai melakukan kesalahan dan gagal mendapatkan hasil tes DNA, Milla bisa langsung menjadi target Keluarga Yunanda!Keluarga Yunanda bagaikan rawa, entah berapa banyak darah dan tulang kerabat yang telah terkubur di sana. Jadi, Chris memutuskan untuk mengawasi sendiri prosesnya.Namun, begitu tiba di sana, dia tiba-tiba mendapat laporan dari Wilson. "Pak, ada masalah besar! Di pesta makan malam Keluarga Yunanda tiba-tiba ada aksi penyerangan! Maalih meninggal! Sekarang Bu Milla jadi salah satu tersangka ...."Napas Chris memburu. Urusan di rumah sakit terpaksa diserahkan lagi pada bawahannya. Dia segera kembali ke mobil dan menyetir dengan kecepatan tinggi.Ketika dia kembali ke aula pesta di pulau, polisi sudah selesai mencocokkan sidik jari dan hasilnya cocok dengan milik Milla
Tak lama kemudian, kantor polisi terdekat mengirimkan petugas untuk datang ke pulau dan melakukan penyelidikan, sekaligus membawa tim forensik.Di bawah pengaturan polisi, para tamu yang bersedia meninggalkan pulau bisa mengantre dengan tertib untuk menjalani pemeriksaan badan. Bila tidak ditemukan masalah, mereka diizinkan pergi.Karena kasus ini tergolong khusus di mana korban adalah seorang konglomerat lokal, sementara para saksi dan tersangka adalah tokoh-tokoh besar setempat, kantor polisi pun mengerahkan banyak personel untuk membuka penyelidikan langsung di pulau. Untuk sementara, semua terduga dilarang meninggalkan pulau.Setengah jam kemudian, hasil otopsi dari tim forensik selesai. Hasilnya kurang lebih sesuai dengan analisis dokter di pulau. Di sisi lain, pihak polisi juga menemukan taser yang disembunyikan di dalam tanah di area taman bunga."Mohon semuanya tetap tenang. Kami telah menemukan senjata yang digunakan. Setelah pemeriksaan, diketahui bahwa senjata ini menembakka
"Kamu sedang menyindir aku dan Pak Khavin adalah pelakunya?" Kali ini, Kepala Keluarga Sudarso, Hilman, menyipitkan mata dan berdiri sambil menatap tajam ke arah Milla."Aku nggak bicara begitu." Milla sudah menduga akan ada reaksi seperti ini. Dia menanggapinya dengan tenang, "Kebenaran dari kejadian ini tetap harus menunggu pemeriksaan lebih lanjut dari polisi dan tim forensik. Ini juga menyangkut perbedaan durasi setrum dan pelacakan asal senjata. Aku cuma menganalisis salah satu kemungkinan saja.""Tapi, jelas-jelas kamu membela Keluarga Yunanda dan Keluarga Dolken, sementara Keluarga Sudarso dan Keluarga Domani malah diseret ke dalam masalah ini!"Hilman tetap tidak terima dan terus menyudutkan Milla. "Kalau nggak, kenapa hanya kamu saja yang sibuk bicara di sini, sementara orang lain diam saja? Kamu murid Graham. Hari ini kamu juga mewakili Keluarga Yunanda memenangkan dua ronde pertandingan!""Pasti kamu punya kepentingan pribadi! Jangan-jangan kamu ini kaki tangan dari pelaku u
Di atas panggung, Graham terbaring di tandu darurat yang baru saja dibawa masuk. Dia perlahan mulai memulihkan kembali kontrol atas otot-ototnya. Milla dan asistennya setia berjaga di sisinya.Milla merasa seluruh bulu kuduknya meremang. Dia tahu bahwa membawa senjata di negara ini memang legal, tetapi dia tidak menyangka akan menyaksikan langsung kasus yang menyebabkan kematian. Lebih mengerikan lagi, pelakunya sempat berdiri sangat dekat dengan dirinya dan Graham!Mata bening Milla sedikit terangkat, menelusuri seisi panggung dengan tajam.Alfie duduk tegak di kursi rodanya, sama sekali tidak bergerak sejak awal. Maalih sudah meninggal dan tubuhnya telah dibawa turun oleh pelayan keluarganya.Dua keluarga lain di atas panggung adalah Keluarga Sudarso yang bergerak di bidang baja dan Keluarga Domani yang berawal dari bisnis farmasi. Kedua kepala keluarga itu kini berdiri dengan ekspresi bingung, merasa tertekan di bawah tatapan tajam kepala pelayan Maalih."Kami sudah melapor ke polis
Milla buru-buru menyembunyikan rasa cemasnya dan menenangkan Graham, "Guru, jangan khawatir. Kali ini benar-benar cuma mati lampu biasa."Sekitar satu menit kemudian, lampu di aula jamuan kembali menyala.Manajer aula menjelaskan dengan malu, "Mohon maaf sebesar-besarnya, tadi terjadi pemadaman listrik yang tak terduga. Sistem kami sudah otomatis menyalakan genset cadangan dan dipastikan nggak akan terjadi lagi. Silakan dilanjutkan.""Kita lanjutkan saja," ujar Alfie yang statusnya paling tinggi di antara para kepala keluarga yang hadir di atas panggung.Namun, begitu mereka saling menoleh, ekspresi masing-masing berubah kaget."Maalih!""Guru?""Apa yang terjadi?"Milla, Alfie, dan dua kepala keluarga lainnya berseru bersamaan.Milla segera memeluk tubuh Graham dan memeriksanya. Dia melihat tubuh pria tua itu lemas dan kaku di kursinya, bahkan sudut bibirnya tampak sedikit berkedut."Cepat panggil dokter!" teriak Milla sambil memegangi tubuh Graham. Asisten Graham yang duduk di bawah
"Mm ...."Belum sempat mendapat jawaban, yang datang malah sebuah ciuman yang begitu mendominasi. Milla terkejut sejenak, tubuhnya menegang. Dia buru-buru mendorong pria di atasnya.Gerakan Chris pun sedikit terhenti, tetapi dia tetap menatap mata jernih Milla dari jarak yang begitu dekat. Dengan napas yang cepat dan kuat, dia berucap, "Maaf."Penolakan yang hendak Milla ucapkan seketika tertelan oleh kata itu dan tatapan penuh perasaan milik Chris. Tanpa sadar, dia membiarkan dirinya dicium. Tubuh mereka perlahan bergerak ke arah sofa di dalam ruangan."Ini cuma ruang istirahat ...." Milla menyuarakan kekhawatirannya di sela ciuman."Wilson jaga di luar," balas Chris dengan tenang, menjawab keraguannya.Mereka akhirnya sampai di sofa. Namun, dari luar tiba-tiba terdengar suara Wilson yang berjaga di depan pintu."Pak Chris, pihak Keluarga Yunanda mengirim undangan makan malam. Mereka ingin tahu apa Pak Chris akan hadir malam ini?"Gerakan Chris sempat terhenti, satu tangan besarnya ma
Chris menutup pintu pelan-pelan, lalu duduk di ruang istirahat sebelah.Beberapa saat kemudian, Wilson kembali melapor, "Pak, dugaanmu benar. Pelayan itu keluar dari ruang istirahat dan langsung menemui Pak Alfie. Setelah itu, kepala pelayan Keluarga Yunanda mengirim orang ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA.""Tapi, seluruh proses dilakukan mereka sendiri tanpa campur tangan orang luar. Barang yang pelayan itu ambil dari tubuh Nyonya di ruang istirahat nggak sempat kutukar. Jadi, aku langsung atur orang di pusat. Rencananya dia akan mengambil tindakan di tahap akhir."Chris mengangguk. "Yang penting hasil yang Keluarga Yunanda terima bukan hasil yang mereka inginkan. Kamu boleh pakai cara apa pun.""Baik, Pak." Wilson menerima perintah, lalu bertanya lagi, "Kenapa Pak Chris nggak masuk?""Jarang-jarang dia bisa tidur dengan tenang." Chris menjawab, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis."Pak, Keluarga Yunanda tahu soal kedatanganmu. Mereka ingin mengundangmu ke paviliun atas