Zola menautkan kedua tangannya, perasaan tak nyaman kembali muncul saat Rabia mulai mengusik rasa yang sebenarnya Zola sendiri belum memahaminya. Kehadiran Edgar yang tiba-tiba, pertengkaran, kejujuran Edgar soal penyelamatan yang pernah ia lakukan dan juga bagaimana Edgar bersikeras untuk menjadikan Zola sebagai istrinya. belum lagi, perjanjian dengan ayahnya soa hubungannya dengan Edgar.“Maaf, jika aku terlalu menuntut dirimu, Zola.” Permintaan maaf Rabia sedikit melegakan hati Zola. “Kau terlihat begitu gugup,” lanjut Rabia sambil tersenyum hangat menatap wajah Zola. “aku juga minta maaf soal perkataan suamiku, semalam. asal kau tahu, Zola…ayahnya Edgar menikahi diriku saat statusku sudah menjadi janda.”Zola menatap tak percaya perkataan yang baru keluar dari bibir wanita yang seumuran dengan ibunya itu. kalaupun benar yang dikatakan oleh Rabia, lantas mengapa semalam ayah Edgar menyinggungnya dengan perkataan seperti itu? bukankah hal itu dapat menyinggung perasaan istrinya sen
Zola sampai di rumah Dessy, tepat saat adzan dhuhur berkumandang. ternyata, wanita paruh baya itu sudah menunggu kedatangan Zola dan juga Edgar. tanpa dijelaskan, kehadiran Doni di rumah ini sudah menjawab semuanya. Pasti Dessy mengetahui duduk persoalannya dari Doni sendiri. Zola memilih duduk di samping Dessy yang kini tengah menatapnya, rindu. "maaf, tidak bisa menemani hari-hari mama di rumah sakit." Ucap Zola, sambil mengelus lembut punggung telapak tangan Dessy. "mama mengerti, jangan dipaksakan jika sudah tidak kuat. mama tidak masalah, jika memang Darel harus menebus kesalahannya di penjara seumur hidupnya. tapi, tolong jangan pernah melarang mama untuk menemuimu," Zola menghambur memeluk tubuh Dessy. begitu berdosa telah memisahkan antara anak dan ibunya, namun bagi Zola itu adalah hal yang terbaik. "apa aku, egois ma?" Zola kian mengeratkan pelukannya. melihat adegan mengharu itu, Edgar dan Doni memutuskan untuk keluar rumah dan berbicara di teras. "maaf, Tuan." Surti d
Tidak ada yang menjamin bahwa pantai menjanjikan hal-hal yang indah.salah satunya, yaitu hal yang dirasa oleh rasa Rossa saat ini. Wanita yang saat ini tengah mengandung anak Darel itu, kini tengah berdiri di bibir pantai, Pandangannya kosong. pantai adalah tempat yang begitu Zola sukai. hal itu Rosa tahu saat mereka masih berteman baik dan dirinya bersama dengan Zola beserta dengan Rumi sering mengunjungi pantai. “Aku membencimu, sama seperti tempat ini. bersiaplah Zola, seumur hidup kau akan merasa bersalah dan akan membenci tempat ini,” Rosa menurunkan kepalanya, menatap pada perutnya. “ Kau akan membenci tempat ini, karena di sini aku akan mati.”***Surti bergegas untuk membaca surat yang ia dapatkan dari laci lemari pakaian Rosa. dengan suara yang sedikit bergetar, ia mulai membaca surat itu dihadapan Zola dan juga Edgar.“sampai akhir hayatku, aku tidak akan pernah merasa puas untuk menyakitimu. sampai akhir pun, jika kematianku adalah jalan satu-satunya untuk membuat hidupmu
Mobil yang dikendarai Doni sudah mulai memasuki area pantai. walaupun hampir pukul tiga sore, pengunjung pantai lumayan ramai. hal itu terlihat dari parkiran motor dan beberapa mobil yang tengah terjejer rapi di halaman parkir. kedua alis Zola saling bertaut saat menyadari ada mobil ambulance dan juga mobil polisi di area pantai. tidak seperti biasanya, aneh sekali. saat kakinya sudah menuruni mobil, beberapa orang tampak berlari menuju pantai dan hal itu kian menambah rasa penasaran Zola. tidak ingin ketinggalan berita, Zola menahan salah satu dari mereka untuk berhenti.“Apa yang terjadi?”“Ada perempuan yang coba Bu*uh diri di Pantai!” jawab pria bertubuh tinggi itu. saat akan kembali akan mengajukan pertanyaan, gerakan tangan Edgar yang menepuk bahu, membuat Zola tersadar dari kebodohannya. Ia gegas mengikuti pria yang tadi sempat ia tanya. kedua mata Zola terbelalak melihat begitu banyak orang-orang yang sudah berkumpul di tepi pantai. beberapa polisi dan juga petugas yang memaka
Edgar langsung mengantar Zola pulang ke rumahnya. wanita cantik itu masih dalam keadaan tertidur saat Edgar menggendongnya masuk ke dalam kamar. mungkin karena kelelahan dari kejadian semalam, membuat Zola begitu tidak mampu menahan rasa kantuknya. Edgar juga sudah mendapat kabar bahwa identitas orang yang tenggelam di Pantai itu benar adalah Rosa. wanita itu memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini. cara yang ia pikir akan menghancurkan kehidupan Zola, tapi Rosa lupa jika masih ada dirinya yang akan terus berjuang untuk menyembuhkan semua rasa luka yang ada pada diri Zola. setelah memastikan Zola benar-benar nyaman dengan posisi tidurnya, Edgar meninggalkan kamar wanita itu.“Masih tetap tidur?” Dania nampak begitu khawatir dengan keadaannya putrinya itu. Merasa harus berbicara dengan ibu Zola, Edgar memutuskan untuk bergabung duduk di ruang tamu keluarga Joyokusumo.“Seperti yang anda tahu, semuanya sudah berakhir. saya yakin, ayah Zola akan mengurus perceraian Zola
“Kau belum menjawab pertanyaan ku!” Darel nampak begitu tidak sabar dengan jawaban yang ditunggunya. Doni juga terlihat begitu acuh, pria itu melihat ke arah polisi yang mulai kembali ke meja kerjanya yang tidak terlalu jauh dari meja mereka. tempat ini memang sudah diatur agar bisa diawasi, jadi Doni harus berhati-hati dalam bersikap.“Zola akan mencabut laporannya,tapi dengan satu syarat,”Darel menahan diri, ia mencoba untuk mendengarkan perkataan yang nantinya akan keluar dari mulut pria yang kini menemuinya.“Tanda tangani surat perceraian ini dan kau akan bebas. dengan catatan, kau akan pergi jauh dari kehidupan Zola. sebenarnya, sama saja kau berada didalam jeruji besi itu atau pergi jauh artinya pun sama. bedanya, kau tidak dapat menemui orang-orang dimasa lalu mu, termasuk ibumu.”“Kalian sudah merencanakan ini lama, benarkan?” “Aku tidak peduli dengan isi pikiranmu itu, cukup tanda tangani dan semua akan beres. kami juga sudah menyiapkan segalanya, termasuk penerbanganmu ke
Daries Joyokusumo duduk dengan kaki kanan yang menumpu pada kaki kirinya. pria paruh baya itu terlihat tenang, namun siapapun pasti akan paham bagaimana kedua bola matanya menatap tajam pada Zola yang saat ini tengah terbaring lemah diatas kasurnya dengan bantuan selang infus. dokter yang menangani Zola mengatakan bahwa Zola terlalu lelah dan stres, hal itu membuat kesehatannya turun drastis.“Seharusnya langsung ceraikan saja, jadi kejadiannya tidak seperti ini.” Kata Daries saat dokter yang menangani Zola sudah pergi meninggalkan kamar Zola.“Kenapa tidak kita bawa ke rumah sakit, saja?” tanya Dania yang penasaran karena Daries bersikeras agar Zola dirawat di rumah saja.“Apa kau tidak tahu, jika wartawan sudah mulai mengendus kehidupan pribadi Zola termasuk kesehatannya? aku tidak peduli jika mereka memberitakan soal rumah tangga Zola dan Darel. tapi ini, lebih parah dari itu semua.”Dania mengerutkan keningnya, sedikit ragu dengan pernyataan sang suami. “Bicara yang jelas, mas. j
“Kenapa tiba-tiba bertanya soal Isa?” Dania tanpa sadar melepaskan genggaman tangannya pada Zola. hal itu justru membuat Zola semakin yakin, bahwa ada sesuatu yang disembunyikan ibunya. gerak tubuh Dania tanpa sadar membuat Zola berpikir sejauh ini.“Karena dia datang dalam keluarga kita, yatim piatu dan ayah terlihat begitu…” Zola menggigit bibir bawahnya, merasa tidak nyaman untuk mengutarakan pendapatnya.“Tanpa ibu sadari, aku memperhatikan wajah ayah dan Isa yang hampir begitu mirip seperti ayah dan anak.” Zola memperhatikan gerak bola mata ibunya yang nampak bergerak gelisah, tak mampu menatapnya.“Zola, saat ini kondisimu sedang tidak dalam keadaan baik. lebih baik, kau istirahat saj-”Zola mencengkram erat tangan sang ibu, menggeleng pelan berharap agar Dania tidak lagi meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Ia ingin mengakhiri semuanya, dan hal itu dimulai dari jawaban yang akan keluar dari bibir sang ibu.“Aku mohon Bu, katakan yang sebenarnya. aku tidak butuh dikasihani