Walau masih dalam keadaan syok, Zola berusaha untuk berjalan ke arah dimana Isa yang sedang dikelilingi oleh orang-orang. Zola pikir, Isa dalam keadaan tidak sadar. nyatanya, pria itu masih terjaga dan masih tersenyum ke arahnya. dalam kondisi mengerikan itu, Isa masih mampu tersenyum. air mata Zola sudah tak dapat dibendung lagi. “Dasar bodoh!” ucap Zola yang tak dapat didengar oleh siapapun. bibirnya bergerak, tapi tidak bersuara. Isa dibawa ke Rumah Sakit. Zola pun, ikut ke dalam ambulance yang sudah bersiap untuk mengantarkan keduanya ke Unit Gawat Darurat. “Apa yang terjadi Zola!” Zola langsung mendongak mengalihkan pandangannya pada suara yang terdengar menggelegar. Ayah dan ibunya tampak berjalan beriringan dengan raut wajah begitu tegang. “Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Isa sampai tertabrak mobil? apa kalian bertengkar sampai-sampai-” “Mas!” tegur Dania saat keduanya sudah berada di hadapan Zola. wanita cantik itu terlihat tertunduk lesu pada kursi tunggu di Rum
Zola kembali sadar dari tidur panjangnya. hal yang pertama kali ia ingat adalah rentetan peristiwa tabrakan yang menimpa Isa. Zola menatap sekelilingnya, lalu turun dari pembaringan. telapak kakinya terasa dingin saat menyentuh lantai. Ia tidak peduli dengan itu, karena yang ada di benaknya saat ini adalah mengetahui keadaan Isa. “Zola!” Dania terkejut saat menyadari bahwa Zola keluar dari kamar rawatnya. Dania baru saja selesai menunaikan shalat Ashar di mushola Rumah Sakit. untung saja Zola tadi tidak harus mendapat infus, karena jika hal itu terjadi dapat dipastikan Zola akan mencabut selang infus tanpa berpikir panjang. “Kau butuh waktu untuk istirahat, sayang.” Dania membujuk agar Zola beristirahat lebih lama lagi. “Aku ingin mengetahui perkembangan Isa, Bu. aku mohon,” rengek Zola. Dania mengalah, wanita paruh baya itu akhirnya menuntun Zola melintasi koridor Rumah Sakit untuk melihat keadaan Isa. “Zola, kau belum memakai alas kaki!” tegur Dania saat menyadari bahwa Zola
Rosa mengatupkan bibirnya, menahan kesal dengan sikap yang ditujukan sang dokter. melihat situasi yang tidak terlalu baik, Darel mencoba untuk menenangkan Rosa dengan mengelus lembut punggung wanita itu.“Lalu, apa yang harus saya lakukan dok?”“Jika anda masih membutuhkan bantuan, saya. tolong jangan hanya sekedar mendengar dan tidak menerapkan arahan yang saya berikan.” Sahut sang dokter dengan wajah yang tidak bersahabat. bukan tanpa alasan, tentunya karena Darel sendiri susah untuk melakukan arahan yang diberikan oleh dokter Harun.“Tapi, Darel tidak bekerja. lebih tepatnya, dia orgas*e tanpa memasukkannya kedalam milik saya. jadi, secara tidak langsung. kami tidak berhubungan badan.” Rosa masih dengan pendiriannya. dokter Harun yang sudah nampak begitu kesal itu, menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesarannya. “Maksud anda, o*al?” senyum yang menghiasi wajah dokter Harun nampak begitu meremehkan lawan bicaranya. “Apa anda tahu, bukan hanya melalui hubungan seksu*l biasa, tapi den
Edgar memperhatikan wanita cantik yang kini tengah menatapnya dengan intens. tidak seperti biasanya, Zola nampak begitu percaya diri menatapnya. biasanya, Zola akan memilih untuk pergi atau mengalihkan pandangannya jika bertatapan langsung dengan Edgar.“Aku sudah mencari orang yang tepat, yang akan membantumu.”“Bisa kita undur terlebih dahulu? jika kau sudah membuat jadwal pertemuannya, tolong undur satu Minggu lagi. ada hal yang harus aku lakukan,” “Misalnya?” Edgar mengganti posisi duduknya lebih maju, siku tangan kanannya ditempel pada meja menopang wajahnya. dengan begitu, ia bisa lebih jelas lagi menatap wajah wanita cantik itu.“Aku membuat perjanjian dengan ayahku, jangan terkejut mendengar ini.” Peringatan Zola, membuat kedua alis Edgar menyatu.“Aku akan membatalkan rencana bercerai dari Darel. selama enam bulan, itu waktu yang diberikan oleh ayahku.” Lanjut Zola, sambil bersedekap dada.“Kau tidak terkejut mendengar kabar ini?” tanya Zola penasaran dengan ekspresi wajah E
“Nona Zola?” Zola disambut baik oleh maid yang sudah setahun ini bekerja di rumah Darel. wanita paruh baya itu, hampir tidak percaya bahwa istri Darel telah kembali ke rumah ini.“Nyonya belum kembali, terakhir saya-”“Kita bicara diluar, ya bi?” potong Zola dengan senyum hangatnya.“Baik non, maaf saya terlalu bersemangat. tapi…” saat keduanya sudah berada di dalam rumah, wanita bernama Surti itu nampak ragu untuk meneruskan ucapannya.“Ada apa, bi? apa terjadi sesuatu selama saya pergi?” Surti mendongak ke atas, seperti memperhatikan sesuatu.“Kamar anda dan Tuan Darel saat ini sudah digunakan oleh wanita itu. Nyonya Dessy belum mengetahui hal ini, kalau tahu beliau pasti marah. sedangkan saya, mana bisa berbuat sesuatu.” Jelasnya sambil menundukkan kepala.“Mereka ada dikamar?”Surti mengangguk, mengiyakan lalu menggenggam erat kedua tangan Zola. “Maaf jika saya tidak sopan, tapi apa tidak lebih baik anda pergi dari sini? saya takut, jika mereka berbuat nekad!”Zola melepas genggam
“Kau tidak boleh melewati batasan yang sudah aku buat.” Ucap Zola, saat Rosa akan menarik kursi untuk duduk di ruang makan.“Apa maksudmu?” tanya Rosa dengan mimik wajah tak suka. Darel hanya menundukkan kepalanya, tidak berani menatap langsung pada wajah Rosa.“Kau hanya boleh berada di ruang tamu, dapur dan juga kamarmu. selain itu, kau tidak boleh menginjakkan kaki di ruangan lainnya. jika kau memang ingin makan, silahkan bergabung bersama dengan para maid. Meja makan ini, diperuntukkan bagi keluarga Mananta. sedangkan kau, belum resmi menjadi anggota keluarga ini.” Sahut Zola dengan tenang. makan malam yang biasa Rosa lakukan bersama dengan Darel mendadak berubah menjadi menegangkan. “Jangan kelewat batas Zola! aku adalah calon istri Darel, kau tidak bisa melakukan hal ini padaku. sebenarnya apa rencanamu kembali lagi ke rumah ini, hah!”“Apa kau lupa, aku pernah berkata. bersiaplah untuk menjadi bahan bakar Neraka pernikahan ku dengan Darel. ini baru permulaan, jika kau tidak se
“Bagaimana kondisi mama?” Zola meletakkan sendok makannya diatas piringnya. selera makannya mendadak hilang begitu saja.“Dokter menyarankan agar memasang ring pada jantungnya.” Darel melakukan hal yang sama, bahkan makanannya belum tersentuh sama sekali. sejak tadi, ia hanya meminum air putih yang dituangkan Zola.“Separah itu?” Darel menyeringai, seperti orang yang tidak percaya bahwa istrinya mengkhawatirkan kondisi Dessy.“Lalu, apa yang kau jawab? kau pasti langsung menyetujui untuk pemasangan ring jantung mama .” Tebak Zola yang terdengar begitu tidak sabar dan tidak ambil pusing dengan ekspresi wajah Darel.“Belum.” Jawabnya singkat namun hal itu membuat Zola begitu kesal dengan langkah yang diambil oleh Darel.“Kenapa tidak langsung menyetujui untuk pemasangan ring?” “Aku dalam keadaan tidak sehat dan tidak mungkin langsung bisa mengambil keputusan. keuanganku juga tidak terlalu bagus. aku butuh uang yang banyak untuk biaya operasinya, sedangkan aku juga perlu membiayai pengo
“Kau dan pegawaimu adalah karyawan teladan di Hotel ini.” Sarkas Edgar dengan tatapan yang tak terbaca.Zola tidak terlalu menanggapi, wanita cantik itu memilih untuk ikut duduk di sofa Lobby Hotel dan berusaha untuk meyakinkan Edgar agar mengganti posisi duduk mereka di ruang meeting. sempat terjadi perdebatan, namun akhirnya Edgar menyerah dan menyerahkan berkas pada Doni. pria itu, lantas lalu berjalan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Darel.“Sepertinya kau memerankan karakter istri yang berbakti pada suami.” Kata Edgar saat Darel dan Isa sudah meninggalkan keduanya. tidak memberikan kesempatan untuk Zola menjawab, Edgar kembali berkata. “ Mungkin lima belas menit lagi, mereka akan datang. sudah kau siapkan kamarnya?”Zola mengangguk mengiyakan, “Aku sudah bentuk team khusus untuk hal ini. jadi, kau tenang saja.”Edgar menatap kembali ke arah meja Lobby Hotel. “ Kau belum merubahnya,”Zola mengarahkan pandangannya sama seperti Edgar. ah, benar saja. meja Lobby itu, dulu