Semangat Zolaa😁
Keesokan harinya, Zola datang bersama dengan Nadia ke Rumah Sakit. Zola sengaja membawa bubur kacang hijau kesukaan Dessy. “Bagaimana keadaan mama?” tanya Zola saat keduanya sudah berada di kamar pasien tempat Dessy dirawat. Dessy nampak begitu pucat, wanita paruh baya itu hanya menggeleng lemah tanpa menjawab pertanyaan Zola. “Jangan terlalu banyak berpikir, anda pasti akan sembuh dan pulang kembali ke rumah.” Dania mencoba untuk memahami perasaan besannya itu. Dessy mengalihkan pandangannya pada Dania, hatinya begitu terenyuh melihat kedatangan ibu Zola ini. walaupun mereka tidak dekat, karena faktor ketidak setujuan Daries pada pernikahan Zola dan Darel, sejak awal bertemu dengan Dania, Dessy sudah tahu jika wanita yang seumuran dengannya itu berhati baik.Zola menatap sekeliling ruangan tempat Dessy dirawat, dan ia tidak menemukan keberadaan Darel maupun Rosa. seperti bisa menebak pikiran Zola, Dessy meraih tangan menantunya itu.“Mereka sudah pulang. Mama jijik berhadapan denga
Daries Joyokusumo menatap sekeliling rumahnya yang terasa begitu sepi. biasanya, ia akan disambut dengan senyum manis istri tercintanya. Daries sengaja tidak memberikan kabar kepulangannya, untuk memberikan kejutan pada wanita yang amat ia cintai itu. “Dimana istriku?” tanya Daries pada salah satu maid. “Pagi-pagi sekali, Nyonya sudah pergi bersama dengan nona Zola.” Jawab wanita paruh baya yang biasa ditugaskan di bagian dapur. “Zola, pulang?” Wanita itu, mengangguk mengiyakan. “Sejak kapan?” “Sudah tiga hari, ini Tuan.” Daries manggut-manggut, lalu pergi meninggalkan wanita itu tanpa bertanya lagi. pasti ada sesuatu yang terjadi, karena tidak mungkin Zola bisa bermalam berhari-hari di rumah ini. Jika tidak terjadi sesuatu yang benar-benar mendesak. Daries merogoh ponselnya, lalu mencoba untuk menghubungi nomor telepon Dania. saat ini, ia membutuhkan sebuah penjelasan, tentang hal yang terjadi pada Zola. dan tidak butuh waktu lama, panggilannya sudah terhubung dengan istrinya.
Walaupun masih berharap untuk tetap berada di Rumah Sakit, namun Zola harus menyampingkan keinginannya itu. Ia tidak bisa terus-terusan berada di sini, karena situasi yang tidak memungkinkan. bisa saja, Rosa dan Darel datang dan itu akan membuat suasananya semakin tak nyaman. Kali ini, Zola hanya bisa pasrah pada perawat yang ditugaskan untuk menjaga Dessy.Dan disinilah Zola saat ini, ia dan Dania sudah berada di halaman rumah. keduanya baru saja turun dari mobil. “Dari mana kalian?” Zola dan Dania disambut dengan senyum hangat Daries yang tengah duduk santai di ruang tamu. “Ay-” ucapan Zola terpotong saat pandangannya tertuju pada pria yang duduk di samping Daries. “Hai Zola,” sapa Edgar dengan senyum tipisnya.“Edgar, apa yang kau lakukan disini?” Zola tak mampu menahan rasa penasarannya. untuk apa, pria ini datang ke rumahnya.“Zola, duduklah dulu.” Tekan ayahnya yang tampak tidak suka dengan respon Zola saat menyadari keberadaan Edgar.Zola memanyunkan bibirnya, sedikit kesal
“Apa yang sebenarnya kau inginkan, Edgar? apa tidak ada cara lain, sampai-sampai melibatkan ayah dalam hal ini?” tanya Zola frustasi saat keduanya sudah berada di dalam Gazebo yang berada di halaman depan rumah. Zola sengaja meminta izin pada Daries untuk bisa bicara dengan Edgar. “Apa ada yang salah?” Edgar justru membalik kata-kata Zola. hal itu, membuat Zola semakin kesal dan tak terima.“Apa kau mau menjadi orang ketiga di pernikahan ku dengan Darel? ingat Edgar, saat ini aku belum bercerai dari Darel. jadi, kau tidak berhak dan tidak pantas berpikir untuk menjadi suamiku.” Tekan Zola, berusaha untuk tetap ramah, walaupun ia yakin sekarang wajahnya sudah menampilkan raut wajah penuh kekesalan.Edgar terlihat sama sekali tidak terpengaruh oleh kata-kata Zola. pria itu, justru tersenyum manis menatap wajah Zola yang nampak begitu memerah menahan emosi.“Aku jatuh cinta padamu, saat pertama kali aku menyelamatkan dirimu saat akan tenggelam. aku tidak ingin menutupi fakta itu. aku ju
Zola memilih untuk pergi. Ia merasa rumah bukanlah tempat yang tepat saat ini. Kejadian pagi ini, sudah begitu menguras tenaganya. permasalahannya dengan Darel belum selesai dan kini, ia harus dihadapkan pada kenyataan terkait rencana ayahnya untuk menikahkan dirinya dengan Edgar, pria masa lalu yang sama sekali tidak ia inginkan. Dan disinilah Zola sekarang, menikmati keindahan pantai. hembusan angin pantai membuat rambutnya sedikit berantakan dan hal itu justru menarik perhatian para pengunjung pantai, terlebih para prianya. wajah cantik Zola begitu menghipnotis orang-orang yang berada disekitar pantai. Zola memutuskan untuk melepas flat shoes berwarna hitam, lalu berjalan menuju ke arah deburan ombak yang begitu menenangkan. Zola begitu senang dengan suasana pantai. Hamparan pasir putihnya, air laut yang jernih dan tentunya ombaknya. Tuhan begitu maha baik dengan menciptakan semuanya. jadi selagi bisa, Zola akan terus menikmati keindahan alam ini. Zola memilih untuk duduk di bibir
Darel cukup terkejut saat tubuh Zola ditarik paksa oleh Daries, istrinya itu nampak jelas kesakitan dan meringis sambil mengelus pergelangan tangannya yang memerah karena ditarik oleh Daries. “Ayah, tolong ja-” Darel bangkit dari duduknya. Cuih! Daries meludah tepat di hadapan Darel. hampir saja ludahnya itu mengenai tubuhnya. “Jangan pernah memanggilku dengan sebutan ayah! aku jijik dan tidak Sudi mendengarnya! kau tak pantas menjadi Keluarga Joyokusumo, aku sungguh berterima kasih pada Tuhan telah membukakan hati anakku agar melihat keburukanmu. aku juga tidak perlu mengotori tanganku agar kalian bercerai. karena tanpa aku lakukan, Zola sudah bersedia untuk berpisah darimu!” Darel mengepalkan tangannya, kuat. “Tapi, kami masih saling mencintai. Benar 'kan sayang?” Darel mengalihkan pandangannya pada Zola berharap agar wanita itu menyetujui ucapannya. ditatap seperti itu, membuat Zola kebingungan. disatu sisi, ia begitu mengutuk keras kesalahan Darel yang sudah berani menyelingk
" Jangan disini, Darel!” Ucap wanita yang memiliki paras ayu dengan potongan rambut sebahu. Wanita itu, kini tengah berada di sebuah toilet sekolah. Walaupun toilet dalam keadaan sepi, tapi wanita itu nampak begitu gelisah. “Kenapa,Rosa? aku sudah lama menunggu momen ini.” Sahut Darel, pria berwajah tampan yang kini tengah menatap lekat wajah wanita yang bernama Rosa. “Ini terlalu berbahaya, Darel. Bagaimana kalau ada orang yang melihat kita berada di dalam toilet?” Rosa berupaya menolak, walau dalam hatinya ia juga berharap bisa berduaan dengan Darel. “Tidak, karena aku yakin mereka semua sedang menikmati puncak pestanya.” Ucap Darel, tak ingin kalah berargumen dengan wanita yang memiliki warna rambut coklat itu. “Bagaimana dengan istrimu?” lagi, Rosa masih bersikukuh dengan pendiriannya. Lebih jelasnya, ingin melihat bagaimana reaksi Darel saat ia menyinggung soal istrinya. Ada jeda sebelum suara pria itu terdengar lagi. Otaknya mulai memikirkan Zola, istri sahnya yang saa
“Hai, Zola!”Zola menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap wajah seseorang yang tadi memanggil namanya. Kedua alisnya bertaut saat menyadari siapa yang telah menyapanya. Walaupun tidak ingin berurusan dengan wanita yang kini tengah menatapnya penuh minat itu, namun Zola tak dapat langsung menolak kehadiran wanita itu. Ia tidak ingin Rosa curiga, jika dirinya tengah menghindari situasi bersama dengannya.“Apa kabar?” tanya Rosa dengan sikap seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu antara dirinya dan Darel.Zola menarik kedua sudut bibirnya, berusaha untuk tetap tersenyum.“Baik, seperti yang kau lihat. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di Hotel Suamiku?” Zola sengaja menekan kata suami, agar Rosa bisa sadar akan posisinya.“Aku dapat panggilan telepon, untuk bekerja disini.”Zola menyipitkan matanya, mencoba untuk memahami situasi dan pernyataan Rosa.“Siapa?” tanyanya dengan perasaan yang tak menentu. “Darel,”***Zola membanting pintu masuk ruangannya. Tidak peduli dengan