Bisa memaafkan, apapun itu. kecuali perselingkuhan...🥺
Darel cukup terkejut saat tubuh Zola ditarik paksa oleh Daries, istrinya itu nampak jelas kesakitan dan meringis sambil mengelus pergelangan tangannya yang memerah karena ditarik oleh Daries. “Ayah, tolong ja-” Darel bangkit dari duduknya. Cuih! Daries meludah tepat di hadapan Darel. hampir saja ludahnya itu mengenai tubuhnya. “Jangan pernah memanggilku dengan sebutan ayah! aku jijik dan tidak Sudi mendengarnya! kau tak pantas menjadi Keluarga Joyokusumo, aku sungguh berterima kasih pada Tuhan telah membukakan hati anakku agar melihat keburukanmu. aku juga tidak perlu mengotori tanganku agar kalian bercerai. karena tanpa aku lakukan, Zola sudah bersedia untuk berpisah darimu!” Darel mengepalkan tangannya, kuat. “Tapi, kami masih saling mencintai. Benar 'kan sayang?” Darel mengalihkan pandangannya pada Zola berharap agar wanita itu menyetujui ucapannya. ditatap seperti itu, membuat Zola kebingungan. disatu sisi, ia begitu mengutuk keras kesalahan Darel yang sudah berani menyelingk
Zola membuka matanya perlahan lalu menoleh ke arah Edgar. “Setidaknya, aku tidak hamil.” Zola kembali mengalihkan pandangannya ke arah depan. helaan napas kasarnya kembali terdengar begitu jelas ditelinga Edgar.“Zola.” tegur Edgar dingin. ada perasaan tak terima dengan jawaban Zola. walaupun ada kemungkinan kecil, bahwa Zola bisa saja hamil karena wanita itu sudah bersuami, nyatanya hal itu membuat Edgar merasa begitu cemburu. seharusnya dua tahun lalu, ia lebih berani dan tidak melepaskan perjodohan yang sudah direncanakan oleh orang tuanya dan orang tua Zola.“Bayangkan saja, jika aku memiliki seorang anak. dan aku berpisah, bukankah aku berdosa membuat anaknya jadi anak yang kekurangan kasih sayang seorang ayah?” Zola kembali menghela napas kasarnya, ia tahu jika perkataannya ini tidak akan pernah ada habisnya. kata seandainya bagaikan benang kusut yang terus menerus hadir dalam pikiran. “Jangan terlalu banyak berpikir. asam lambungmu bis-”“Jangan meremehkan diriku. aku tidak a
Zola menatap heran mobil Edgar yang sudah hilang di balik pagar rumahnya. tidak seperti biasanya, pria itu langsung pergi dan tidak mengucapkan apa-apa. mungkin saja, ucapan Zola tadi membuat suasana hati Edgar tak senang. “Zola?” suara merdu sang ibu membuyarkan lamunannya. saat membalikkan tubuhnya, tidak hanya ada Dania melainkan Isa. pria itu nampak berbeda. mungkin karena Isa tidak memakai kacamata yang biasa digunakan.“Isa?”Pria itu tersenyum sambil membungkuk sedikit. “Isa datang untuk membahas tentang masalah yang ada di Hotel.” Dania memberikan penjelasan.Zola hampir saja melupakan tanggung jawabnya sebagai pemilik Hotel. Ia justru membuat pekerjaan Isa bertambah banyak saja.“Maaf, Isa. aku seharusnya lebih teliti dalam mengemban tanggung jawab sebagai pemilik Hotel,” sesalnya. “Tidak masalah, tapi kali ini aku benar-benar tidak bisa memutuskan dan harus mendapatkan persetujuan mu.” Zola dapat melihat raut wajah Isa yang tidak seperti biasanya. “Jadi, kalian langsung
" Jangan disini, Darel!” Ucap wanita yang memiliki paras ayu dengan potongan rambut sebahu. Wanita itu, kini tengah berada di sebuah toilet sekolah. Walaupun toilet dalam keadaan sepi, tapi wanita itu nampak begitu gelisah. “Kenapa,Rosa? aku sudah lama menunggu momen ini.” Sahut Darel, pria berwajah tampan yang kini tengah menatap lekat wajah wanita yang bernama Rosa. “Ini terlalu berbahaya, Darel. Bagaimana kalau ada orang yang melihat kita berada di dalam toilet?” Rosa berupaya menolak, walau dalam hatinya ia juga berharap bisa berduaan dengan Darel. “Tidak, karena aku yakin mereka semua sedang menikmati puncak pestanya.” Ucap Darel, tak ingin kalah berargumen dengan wanita yang memiliki warna rambut coklat itu. “Bagaimana dengan istrimu?” lagi, Rosa masih bersikukuh dengan pendiriannya. Lebih jelasnya, ingin melihat bagaimana reaksi Darel saat ia menyinggung soal istrinya. Ada jeda sebelum suara pria itu terdengar lagi. Otaknya mulai memikirkan Zola, istri sahnya yang saa
“Hai, Zola!”Zola menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap wajah seseorang yang tadi memanggil namanya. Kedua alisnya bertaut saat menyadari siapa yang telah menyapanya. Walaupun tidak ingin berurusan dengan wanita yang kini tengah menatapnya penuh minat itu, namun Zola tak dapat langsung menolak kehadiran wanita itu. Ia tidak ingin Rosa curiga, jika dirinya tengah menghindari situasi bersama dengannya.“Apa kabar?” tanya Rosa dengan sikap seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu antara dirinya dan Darel.Zola menarik kedua sudut bibirnya, berusaha untuk tetap tersenyum.“Baik, seperti yang kau lihat. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di Hotel Suamiku?” Zola sengaja menekan kata suami, agar Rosa bisa sadar akan posisinya.“Aku dapat panggilan telepon, untuk bekerja disini.”Zola menyipitkan matanya, mencoba untuk memahami situasi dan pernyataan Rosa.“Siapa?” tanyanya dengan perasaan yang tak menentu. “Darel,”***Zola membanting pintu masuk ruangannya. Tidak peduli dengan
Setelah insiden ciuman paksa oleh Darel, Zola memutuskan untuk pergi dari Hotel. Tidak peduli dengan rentetan kata kesal yang keluar dari mulut Darel. Ia takut jika moodnya yang sudah semakin berantakan akan Ia lampiaskan kepada orang lain. Zola mengendarai mobil tanpa arah tujuan. Ingin pulang, tapi ia sedikit takut menghadapi mertuanya. Jahatkah? Tidak, justru Zola sangat terbantu memiliki mertua yang begitu baik padanya. Kesal, akhirnya Zola memutuskan untuk pergi ke Pantai. Ya, Pantai merupakan tempat ternyaman menurutnya.Setelah memarkirkan mobilnya, Zola bergegas menuju ke jejeran tempat makan dan minum yang sudah disediakan oleh pihak pengelola Pantai. Zola menikmati air kelapa muda yang begitu menyejukkan tenggorokannya. “Zola?” Zola menoleh, melihat ke arah pria yang baru saja memanggilnya. Pria dengan rambut hitam serta wajah yang begitu tampan itu, nampak jelas tersenyum manis pada dirinya.Zola mengarahkan jari telunjuknya pada wajahnya. Ia takut saja, jika ada kesalah
“Sudah ada perkembangan?” tanya pria berwajah tampan yang kini tengah menelpon seseorang. Jari telunjuknya ia ketukkan di meja, seperti tengah meresapi jawaban yang ia dapatkan saat ini.“Terus cari tahu, hal sekecil apapun jangan sampai terlewatkan!” Pria itu, tidak lain adalah Edgar Valden. Seorang Pebisnis muda tampan yang sudah sangat terkenal di kancah internasional. Pemilik Hotel bintang lima terbanyak di Indonesia dan memiliki beberapa Hotel di luar Negeri. Saat ini Edgar sedang mencari tahu soal wanita yang telah mencuri perhatiannya sejak beberapa tahun terakhir. Namun, ia harus memendam rasa itu, ketika wanita yang ia suka lebih memilih pria lain. Zola Maharani. Ya, wanita cantik itu telah mengisi hati Edgar. Beberapa bulan ini, Edgar juga sudah memperhatikan gerak-gerik suami Zola yang begitu mencurigakan. Dan benar saja, Edgar dapat mengetahui perselingkuhan Darel dari informan yang sudah ditugaskan untuk mencari tahu kehidupan Darel. “Sebentar lagi, Zola. Kau akan j
“Sayang, akhirnya kau datang juga!”Rosa menghambur memeluk tubuh Darel. Pria itu tak lantas membalas pelukan sang wanita. Pikirannya masih tertuju pada tubuh lemah Zola yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Ia sengaja datang ke rumah Rosa, untuk memberitahu keadaan Zola.“Rosa, ada yang ingin aku katakan. Ini tentang Zola, sepertinya kita harus menunda pernik-” Darel tidak dapat meneruskan ucapannya, karena bibir tebal Rosa sudah berhasil membungkamnya. Rosa sengaja tidak ingin mendengar rangkaian kata Darel yang akan menyinggung soal Zola. Ia tidak peduli, apa yang terjadi pada wanita sombong itu.Awalnya, Darel seperti hendak menolak ciuman Rosa. Namun, lama kelamaan, pria itu merasa tidak kuat. Ia menyambut lidah Rosa yang sudah menerobos masuk kedalam mulutnya. Tidak hanya sekedar ciuman, lebih dari itu. Keduanya telah terbang menuju lautan kenikmatan yang mampu membuat tubuh keduanya menempel satu sama lain. Gerakan-gerakan tersebut dapat menghasilkan erangan panjang yan