"Dua-duanya enak," kata Elena sambil tersenyum. "Tapi terlalu sering makan bisa bosan."Bourne mendengus dingin. "Kamu seharusnya mengatakan kalau makanan di Teknologi Jepson lebih enak daripada makanan Grup Burchan."Elena tersenyum lalu berkata, "Hm, makanan di Teknologi Jepson lebih enak.""Begitu, dong!"Mereka mengobrol dengan nada santai dan tampak rukun.Kaedyn mendengarkan dengan ekspresi dingin.Ketika mereka tiba di restoran, ada dua bos di meja yang sama. Elena yang memegang piring ingin duduk di samping Martin di meja sebelah.Bourne memanggil Elena. "Bu Elena, sini makan bersama."Bos sudah memerintah, Elena hanya bisa membawa makanannya ke samping Bourne.Bourne melihat makanan di piring Elena, kemudian bertanya, "Banyak sekali?"Bukankah semua perempuan itu menjalankan diet?Elena melihat Bourne sekilas. "Kebetulan hidangan hari ini adalah kesukaanku."Dia mendorong piringnya ke depan Kaedyn lalu berkata, "Pak Kaedyn, berikan aku bawangnya. Kamu nggak suka bawang, 'kan?"
Elena membuka pintu mobil, kemudian duduk di jok samping pengemudi.Jack menyalakan mobilnya. "Nona Briana dan Tuan Nathan tampak serasi."Elena melihat vila yang perlahan menghilang dari pandangannya melalui kaca spion. Matanya memerah, dia berbisik, "Mereka memang serasi."Jika dua orang ingin bersama untuk waktu yang lama, mereka harus serasi.Lukisan itu telah diantar, Elena perlu memberi tahu Bourne.Di ujung telepon, napas Bourne terengah rendah.Elena tak bisa berkata-kata. "Maaf mengganggu. Lukisannya sudah diantar."Bourne meminta Minnie, yang duduk di atasnya, untuk berhenti dulu, kemudian berkata dengan suara serak. "Hm, besok pagi aku ada urusan, jadi nggak ke kantor.""Oke." Elena menutup telepon.Menjadi sekretaris Bourne sebenarnya tidak sulit.Malam hari.Janine menyeret Elena ke KTV.Kedua wanita itu mengenakan atasan yang memperlihatkan pusar dan celana pendek. Layaknya kakak beradik, mereka memesan ruang privat, kemudian berjoget ria sambil bernyanyi di dalam.Janine
Kaedyn membalas: "Ya."Elena mengirim emoji senyum dan: "Sepertinya ingatanku perlahan pulih, terima kasih."...Setelah bangun pagi, Elena memasak bubur labu dan millet.Bubur labu kuning dan millet baik untuk lambung.Elena mengupas labu kuning, mencuci millet, kemudian masukkan ke dalam panci dan menambah air, lalu tunggu hingga mendidih.Saat dia merias wajah dan berganti pakaian, bubur millet sudah hampir matang.Elena mencari kotak makan termos, memasukkan bubur labu dan millet ke dalam kotak makan, lalu meninggalkan seporsi bubur labu dan millet di dalam panci untuk Janine.Elena menelepon Martin ketika dia keluar.Ketika Martin menerima telepon Elena, dia mengira sesuatu terjadi pada Elena. Akan tetapi, ternyata Elena memintanya untuk mengantarkan bubur labu dan millet kepada Kaedyn."Pak Martin, tolong tanya Pak Kaedyn apakah rasanya sama dengan yang aku masak dulu. Aku sedang mencoba mengembalikan ingatanku."Dulu, ketika tinggal di Perumahan Sorenson, Elena akan memasak sara
Hari ini, Elena memasak bubur ayam.Elena mengantar kotak makan termos berisi bubur ayam ke Grup Burchan sebelum menelepon Martin."Elena, Pak Kaedyn bilang kamu boleh langsung mengantarnya ke kantornya."Elena agak terkejut. "Oke, terima kasih."Dia mengemudikan mobilnya ke tempat parkir, kemudian keluar dari mobil sambil membawa kotak makan itu.Setelah naik lift, pintu lift terbuka, Elena menyapa asisten sekretaris yang menjadi rekan kerjanya sebelumnya."Bu Elena, tunggu. Kebiasaan adalah hal yang mengerikan. Nona Elena, Pak Kaedyn memintamu untuk menunggu di kantor," ucap Molly Talula, asisten sekretaris, sambil membuka pintu untuk Elena."Terima kasih." Elena tersenyum.Dia masuk ke kantor, lalu melihat sekeliling.Molly membawakan secangkir kopi untuk Elena, kemudian keluar.Elena tidak menunggu lama hingga pintu terbuka. Seorang pria masuk dengan diikuti oleh Martin.Kaedyn menggantung jasnya di gantungan, kemudian menatap Elena dengan dingin.Elena tidak berdiri. Dia bukan sek
Bourne melihat sekilas, dia membaca dokumen itu. Tidak ada yang salah dengan dokumen, jadi dia meletakkannya di pangkuannya untuk menandatanganinya.Paha liat Bourne menempel pada celana bahan.Celana Bourne sedikit ketat karena otot kuat yang dia kembangkan baru-baru ini.Pria itu mencibir. "Belikan aku celana bahan baru setelah pulang kerja."Pekerjaan Elena juga termasuk menyiapkan pakaian untuk bos lajangnya.Saat dia bekerja untuk Kaedyn sebelumnya, Elena juga menyiapkan pakaian Kaedyn. Mengingat Kaedyn, Elena pun teringat percakapan tidak menyenangkan antara mereka pagi ini."Nanti aku ukur dulu."Elena mengembalikan rokok itu kepada Bourne, mengambil dokumen yang telah ditandatangani, lalu keluar dari kantor.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia mengambil pita pengukur, lalu masuk ke kantor Bourne.Bourne berdiri dengan sangat kooperatif. Dia mengulurkan tangannya untuk diukur Elena. Membeli celana tentu saja juga harus membeli baju.Elena mengukur lingkar dada, pinggang, ser
Ketika Elena mendengar Bourne memanggilnya, dia menggesek kartunya untuk membayar, mengambil struk, kemudian berjalan mendekat."Bu Elena, sepupuku ingin membelikan pakaian untuk Tuan Nathan. Tolong beri dia referensi."Setelah mengatakan itu, Bourne tiba-tiba merasa bodoh."Tunggu, Bu Elena mungkin nggak bisa membantumu. Mereka hanya bertemu beberapa kali."Kenalnya Nathan dan Elena tidak pernah diungkapkan kepada orang, jadi Bourne tidak mengetahuinya.Briana memandang Bourne sambil tersenyum. "Kak Bourne, jangan khawatir. Nona Elena dan Kak Nathan saling kenal. Mohon bantuannya, Nona Elena. Aku benar-benar nggak tahu harus memilih ukuran apa."Elena mengangguk. Dia tidak membantu memilih warna atau jenis pakaian, dia hanya memilih ukuran."Nona Briana bisa menjadikan ukuran ini sebagai patokan.""Terima kasih.""Sama-sama, aku pergi dulu kalau begitu."Bourne ingin menemani sepupunya berbelanja, jadi Elena pulang dulu. Pakaian yang dia beli akan diantar ke rumah Bourne.Elena mengem
Pria itu hilang.Mungkin sudah pergi.Elena mengembalikan helm dan motor kepada pemuda itu. "Terima kasih.""Kak, boleh minta kontakmu?"Elena tersenyum, masuk ke dalam mobil, melambaikan tangannya, kemudian pulang.Nathan menyerahkan helm kepada Leon, kemudian menyalakan rokok sambil masuk ke mobil.Leon melihat lengan bosnya dengan tidak berdaya.Tangannya belum sembuh masih bisa balap motor.Mereka melihat mobil Elena di tengah jalan, kemudian mengikutinya ke Gunung Linnea.Tak disangka Elena akan balap motor.Umumnya perempuan kurang pandai mengendarai sepeda motor berat karena beratnya sulit dikendalikan.Nathan duduk di dalam mobil sembari melihat Elena yang masuk ke dalam mobil.Dia mengambil rokok dari mulutnya."Bos, Nona Briana mencarimu." Leon mengingat panggilan yang baru saja dia terima, kemudian memberi tahu Nathan.Briana membeli pakaian dan tidak sabar untuk membawanya untuk Nathan....Elena kembali ke rumah.Janine belum kembali. Elena memeriksa ponselnya, lalu menemu
Bourne mencubit dagu Elena.Dia melihat wajah Elena dari kiri.Kemudian dari kanan.Elena memasang ekspresi datar. "Boleh lepaskan daguku? Kamu ini melakukan pelecehan di kantor."Bourne melepaskan tangannya dari dagu Elena.Dia membuat sebuah kesimpulan. "Nggak disangka Bu Elena itu budak cinta."Meski tak dihiraukan mantan suaminya, dia tetap mengantarkan bubur cinta.Kalau bukan budak cinta, apa namanya?Elena menarik napas dalam-dalam, mendengus, kemudian menyerahkan dokumen kepada Bourne sembari tersenyum. "Ya, aku ini budak cinta. Jam setengah sepuluh ada rapat."Bourne mengerutkan kening, "Siapa yang mengatur rapat pada jam setengah sepuluh? Ini masih pagi sekali, otakku belum bisa bekerja."Terkadang Elena tidak mengerti kenapa orang seperti Bourne bisa menjadi CEO.Singkatnya, takdir.Bourne memaki. Sekarang masih pagi sekali, dia membawa dokumen pergi dengan cepat.Siang, setelah makan.Elena pergi ke kedai teh susu di seberang Teknologi Jepson untuk membeli segelas teh susu.
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat