Bourne mencubit dagu Elena.Dia melihat wajah Elena dari kiri.Kemudian dari kanan.Elena memasang ekspresi datar. "Boleh lepaskan daguku? Kamu ini melakukan pelecehan di kantor."Bourne melepaskan tangannya dari dagu Elena.Dia membuat sebuah kesimpulan. "Nggak disangka Bu Elena itu budak cinta."Meski tak dihiraukan mantan suaminya, dia tetap mengantarkan bubur cinta.Kalau bukan budak cinta, apa namanya?Elena menarik napas dalam-dalam, mendengus, kemudian menyerahkan dokumen kepada Bourne sembari tersenyum. "Ya, aku ini budak cinta. Jam setengah sepuluh ada rapat."Bourne mengerutkan kening, "Siapa yang mengatur rapat pada jam setengah sepuluh? Ini masih pagi sekali, otakku belum bisa bekerja."Terkadang Elena tidak mengerti kenapa orang seperti Bourne bisa menjadi CEO.Singkatnya, takdir.Bourne memaki. Sekarang masih pagi sekali, dia membawa dokumen pergi dengan cepat.Siang, setelah makan.Elena pergi ke kedai teh susu di seberang Teknologi Jepson untuk membeli segelas teh susu.
Martin membuka pintu mobil, masuk ke jok pengemudi kemudian dia mendengar bosnya berkata dengan nada dingin. "Telepon Bourne, aku ingin berdiskusi dengannya."Bagaimanapun, Elena tidak boleh tinggal di Kota Burgan lebih lama lagi.Kaedyn memikirkan wajah Doreen dan putrinya.Saat Bourne menerima undangan Kaedyn, dia mengangkat alisnya dengan heran.Kaedyn mengundangnya untuk berdiskusi.Langka sekali."Beri tahu atasanmu, Pak Kaedyn, aku bisa jam tujuh malam ini." Bourne menutup telepon....Ketika Janine menerima telepon Elena, dia langsung pergi mencari Elena di ruang privat kelab.Dia masuk ke dalam ruang privat, kemudian melihat sebuah botol anggur kosong di atas meja.Baru satu botol. Untung saja.Kadar alkoholnya tidak tinggi, Elena masih sadar."Kak El, ada apa denganmu?" Janine menyenggol lengan Elena. "Mengusir kesedihan dengan alkohol?"Elena mengangkat alisnya lalu tersenyum. "Bukan mengusir kesedihan, tapi bersenang-senang."Dia hanya tidak tahu mengapa Kaedyn tiba-tiba ing
Bourne: "Kalau aku memecatmu, Pak Kaedyn berjanji akan memberiku 10% keuntungan dari kerja sama proyek baru."Ketika Elena melihat pesan ini, dia hanya membalas: "Aku sangat berharga ya."Dia rasa mungkin terjadi sesuatu yang membuat Kaedyn tiba-tiba ingin mengusirnya dari Kota Burgan.Namun, Elena tidak tahu apa itu.Di sisi lain, Bourne membaca balasan dari Elena. Dia memandang Kaedyn sambil setengah tersenyum. "Aku akan memberimu jawabannya setelah mempertimbangkannya."Bourne menyimpan ponselnya di saku, berdiri, lalu menatap Kaedyn. "Elena mengenalmu benar-benar sial."Ekspresi Kaedyn tetap tenang, tidak berubah.Bourne meninggalkan ruangan itu sambil mencibir.Tepat setelah Bourne pergi, Kaedyn berdiri, mengambil cangkir dari atas meja, kemudian melemparnya ke lantai.Cangkir itu langsung hancur.Martin membuka pintu, masuk, lalu dia melihat pecahan cangkir di lantai, "Pak Kaedyn, Nona Doreen mencarimu."Kaedyn mengusap keningnya sembari berkata dengan nada dingin. "Katakan padan
Leon tidak menimpali."Nona Briana ada di luar. Dia bilang dia ingin mengajakmu ke festival musik."Festival musik merupakan acara musik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Burgan yang hanya diadakan setiap tiga tahun sekali.Briana berada di luar negeri sebelumnya. Dia belum pernah berpartisipasi dalam kegiatan seperti ini. Seorang temannya menyebutnya di grup, jadi dia berencana untuk pergi melihat-lihat.Janine dan Elena juga hadir di festival musik.Dua wanita yang mengenakan ikat kepala rusa itu berjalan melewati kerumunan."Kak El, tempat ini lebih ramai daripada kelab!"Janine harus berbicara dengan keras agar Elena mendengarnya."Ya, cukup ramai.""Aku beri tahu ya, nanti akan ada kegiatan main kembang api."Elena melihat sekilas, kemudian langkahnya berhenti.Di tengah keramaian.Nathan berdiri di samping Briana yang cantik.Briana sangat berani, dia tersenyum sambil ingin memasang ikat rambut di kepala Nathan.Nathan memiringkan kepalanya sehingga Briana gagal memakainy
"Perhatikan baik-baik pria dalam foto itu. Dialah yang menabrak Elena."Mata Kaedyn terus tertuju pada wajah Doreen, dia melihat wanita itu berseru kaget."Kebetulan sekali?""Apakah kamu curiga aku yang menghasut dia untuk menabrak Elena?"Doreen memandang Kaedyn dengan tidak percaya, air matanya pun menetes."Bagaimana kamu bisa mencurigaiku hanya dengan selembar foto? Aku sama sekali nggak mengenal pria ini."Doreen mengatupkan bibir merahnya, kemudian hendak keluar dari kantor. Ketika dia berjalan menuju pintu, dia menahan tangisnya sembari bertanya, "Kenapa aku harus menyuruh seseorang untuk menabrak Elena? Apa untungnya bagiku? Toh kalian sudah bercerai juga."Pintu kantor dibanting hingga tertutup,Kaedyn mengusap keningnya. Dia juga bingung karena poin tersebut.Kenapa Doreen harus menyuruh seseorang untuk menabrak Elena?Bisa jadi ada yang sengaja menggunakan foto ini untuk mempermainkannya.Doreen meninggalkan Grup Burchan, masuk ke dalam mobil, kemudian menekan tombol untuk
Elena tiba-tiba berdiri, kemudian dia menampar wajah Doreen dengan keras.Tamparannya sangat keras.Doreen tertegun, telinganya masih berdengung."Doreen, gadis dalam foto ini kamu, 'kan?" tanya Elena dengan nada dingin. "Kamu menunjukkan foto ini kepadaku untuk memberitahuku kalau kecelakaan itu ada hubungannya denganmu ya?"Doreen memegang wajahnya sambil menjelaskan, "Kecelakaan itu nggak ada hubungannya denganku. Aku hanya ingin memberitahumu kalau aku nggak mengenal pria ini. Ketika aku pergi membeli biola untuk Kae di sana, entah siapa yang kebetulan memotret aku menanyakan jalan kepada pria itu.""Benarkah? Kebetulan sekali."Elena menyahut dengan ekspresi muram.Dia tahu bahwa kecelakaan itu ada hubungannya dengan Doreen.Namun, tidak ada bukti.Biarpun sekarang ada foto, polisi tidak bisa menggunakannya sebagai bukti.Jadi, Elena terbangun dari kecelakaan dengan kebencian dan ingin Doreen perlahan kehilangan semua yang Doreen sayangi.Elena mendekati Kaedyn hanya untuk membuat
Nathan kembali ke Vila De Gaia.Briana sedang duduk di sofa, rambut panjangnya acak-acakan. Dia memegang tespek dengan cemas.Nathan melihat dua garis pada tespek.Hamil.Nathan duduk di sofa, menyilangkan kaki dan terlihat sedikit santai. "Apa pikiranmu?"Ekspresi Briana sedikit bingung, dia menggigit bibir merahnya. "Aku nggak tahu."Nathan melihatnya sekilas lalu berkata, "Besok aku akan membawamu ke rumah sakit untuk pemeriksaan.""Oke". Briana menarik sudut bibirnya. Dia ingin tertawa, tetapi tidak bisa.Anak ini datang terlalu tiba-tiba.Nathan memintanya naik ke atas untuk beristirahat dulu. Begitu Briana mencapai anak tangga pertama, dia tiba-tiba berbalik kemudian berkata, "Aku menginginkan anak ini."Dia mengatupkan bibirnya."Pikirkan baik-baik. Anak itu akan lahir tanpa ayah."Briana mengatupkan bibirnya erat-erat."Selain itu orang tuamu mungkin nggak akan setuju."Nathan menganalisis dengan tenang.Briana tahu bahwa Keluarga Edkins tidak akan membiarkannya hamil di luar n
Meskipun dia belum berhasil membalas dendam, bagaimana mungkin dia tumbang begitu cepat?Elena hanya merasa dirinya tidak cukup kuat.Bourne memasukkan tangannya ke dalam saku celana kemudian melihat Elena sekilas. "Buatkan secangkir kopi untuk bosmu. Kita harus pergi ke Grup Burchan jam sepuluh.""..."Elena mengalihkan pandangan dari Bourne.Dia pergi membuat kopi, membawa masuk, kemudian menaruhnya di atas meja.Bourne mengangkat tangannya untuk membuka kancing kemeja teratas, memperlihatkan kulit kecokelatannya. Dia mengangkat pandangannya lalu berkata, "Bu Elena, kalau kamu nggak mau pergi juga boleh."Elena mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa aku harus nggak mau pergi? Ini pekerjaanku."Usai berbicara, Elena pun keluar dari kantor.Melihat Elena yang tampak biasa saja, Bourne merasa dirinya telah cemas berlebihan.Sesampainya di luar pintu ruang rapat Grup Burchan, Kaedyn sedikit mengernyit saat melihat Elena yang ada di sebelah Bourne. Dia memandang Bourne.Bourne tersenyum semb