Elena menunggu beberapa detik sebelum Kaedyn menjawab, "Makan di mana?"Pria ini memandang Elena dengan tatapan aneh.Kaedyn seperti sedang menahan sesuatu.Namun, Elena tidak mencari tahu lebih lanjut karena itu tidak penting.Dia tersenyum manis ketika mendengar jawaban pria itu.Bibir wanita itu dilapisi dengan lipstik cerah. Saat dia tersenyum, bibir merahnya penuh.Pipinya merah merona.Kaedyn membuang muka dengan ekspresi tenang. Hanya dia yang tahu bahwa dia sempat tersentuh.Hanya sebentar.Saat Elena mengalami kecelakaan, dia sangat sedih, tetapi Kaedyn merasa bahwa itu karena mereka sudah bersama selama empat tahun.Hanya masalah terbiasa.Kaedyn berjalan di depan, langkahnya lebar.Elena mengenakan sepatu hak tinggi, tidak nyaman baginya untuk melangkah.Langkah Kaedyn melambat.Elena menyusul pria yang berjalan di depan itu, kemudian tersenyum cerah. "Aku memesan tim obat di Dapur Lezat Sehat. Lambungmu nggak sehat, makanan di sana sehat untuk lambung."Setelah selesai berb
Kaedyn terdiam. "Nggak perlu dibuang."Elena terdiam sejenak "Benar juga."Dia mengenakan jas itu lagi. Tatapan Kaedyn berubah.Saat keluar dari Dapur Lezat Sehat, Elena berkata, "Kalian pergi dulu saja. Aku masih ada urusan. Besok aku baru mengambil mobil yang kutinggalkan di perusahaan.""Hati-hati, kalau ada apa-apa, telepon aku," kata Martin.Elena mengangguk.Kaedyn duduk di dalam mobil sambil melihat Elena yang ceria dan energik. Dia mengatupkan bibirnya, kemudian membuang muka."Ke Perumahan Clurkin."Elena menunggu Kaedyn pergi, lalu mengambil foto selfie dirinya yang mengenakan jas Kaedyn.Dia mengunggah di status WhatsApp dengan tulisan: "Pakaian hari ini terlalu minim, agak dingin."Doreen, kamu harus menikmati hadiah yang kuberikan kepadamu,' batin Elena.Perumahan Clurkin.Doreen sedang memulihkan diri setelah persalinan. Dia mengambil putrinya dari pengasuh, kemudian belajar memberi susu kepada bayinya."Apakah Kae sudah kembali?" Doreen bertanya sambil menatap putrinya d
Elena tahu dia sedang melakukan sesuatu yang sangat berbahaya.Dia melangkah ke dalam jurang.Jika dia tidak hati-hati, dia akan hancur berkeping-keping.Kaedyn telah mencintai Doreen selama bertahun-tahun, sekarang mereka sudah memiliki seorang anak. Sulit untuk membuat Kaedyn benar-benar mengkhianati Doreen.Namun tidak masalah, Elena tidak menginginkan hati Kaedyn.Dia hanya punya satu tujuan.Dia ingin menjadi duri yang menusuk hati Doreen.Dia ingin hubungan Kaedyn dan Doreen penuh dengan kesalahpahaman.Di luar mobil banyak lampu terang.Wanita di dalam mobil itu tampak kesepian dan kedinginan.Elena pergi ke diskotik.Para pria dan wanita membebaskan diri, meliukkan tubuh mereka.Mereka melepaskan sisi liar mereka.Elena lelah menari, jadi dia pergi minum.Dia mengeluarkan ponselnya.Saat ini, Kaedyn dan Doreen seharusnya sedang tidur.Elena menyipitkan matanya, kemudian membuka kontak Kaedyn di WhatsApp, mengirim beberapa pesan."Janine, apa yang harus aku lakukan? Sepertinya a
Nathan yang ada di rumah sakit memasukkan ponselnya ke dalam saku dengan tenang.Karena Elena mengalami diare, dua hari kemudian dia baru mengambil mobilnya dari Grup Burchan.Tentu saja, dia juga sekalian mengembalikan jas itu ke Kaedyn.Ketika Elena tiba di Grup Burchan, dia menelepon Martin terlebih dahulu. "Pak Martin, jas Pak Kaedyn ada padaku. Apakah aku bisa mengembalikannya sekarang?"Martin meminta Elena untuk menunggu sebentar, kemudian menutup telepon, mengetuk pintu kantor Kaedyn sebelum masuk."Pak, Elena bilang ingin mengembalikan jasmu."Kaedyn terdiam sejenak sebelum berkata, "Kamu turun ambil."Elena berada di ruang jamu tamu lantai pertama. Tak lama kemudian, dia melihat Martin keluar dari lift."Elena, Pak Kaedyn sedang sibuk."Elena mengangkat alisnya sambil bercanda, "Apakah Pak Kaedyn takut aku memakannya?"Martin berdeham pelan. Elena, yang dulu dingin, tidak akan membuat lelucon seperti itu.Elena menyerahkan jas itu kepada Martin, kemudian langsung pergi.Marti
Setelah Doreen selesai bertelepon dengan Kaedyn, dia memikirkan suara wanita yang familier tadi.Dia menggendong anaknya, kemudian pergi ke arena pacuan kuda.Elena tersenyum saat melihat Doreen muncul sambil menggendong anaknya.Lihatlah, Doreen sudah cemas."Kae, apakah ini putrimu?"Elena memandang bayi dalam gendongan Doreen, lalu bertanya dengan suara lembut."Si kecil ini imut sekali."Elena mengulurkan tangan untuk menyentuh anak itu, tetapi Doreen menghindar, tidak membiarkan Elena menyentuh anaknya."Dia sedang tidur. Lama nggak berjumpa, Elena." Doreen menghela napas. "Kasihan sekali Joshua."Elena bertanya dengan bingung. "Joshua?"Kaedyn berkata, "Doreen, biar aku yang gendong saja."Dia sedang menyuruh Doreen untuk tidak mengatakannya.Doreen mengangguk, menyerahkan anak itu kepada Kaedyn, kemudian tersenyum lembut.Tadi dia menyebut nama Joshua, tetapi Elena tidak menunjukkan reaksi sedih.Kaedyn, Doreen dan anak mereka berdiri bersama, pemandangan itu sangat hangat dan m
"Oke, terima kasih, Kak El." Janine meninggalkan dapur, kemudian duduk di sofa untuk menonton TV sambil menunggu.Setelah Janine pergi, Elena tersenyum tak berdaya.Kemampuan aktingnya sangat bagus. Bisa-bisanya semua orang mengira dia masih mencintai Kaedyn.Keterampilan memasak Elena sangat bagus. Mereka berdua makan dengan kenyang."Kak El, lusa ada sebuah pesta lelang. Bisakah kamu menemaniku?""Oke, apa yang ingin kamu dapatkan?""Berlian Hati Biru."...Dua hari kemudian, Elena dan Janine pergi ke pesta lelang.Elena tidak mengenakan pakaian seksi kali ini karena tidak cocok untuk acara pelelangan.Mereka telah tiba di pelelangan. Begitu mereka turun dari mobil, sebuah mobil berwarna perak juga terparkir di depan.Sopir keluar dari mobil, kemudian membuka pintu.Nathan keluar dari mobil.Pria itu mengenakan kemeja hitam, dengan beberapa kancing teratas terbuka. Dia tampak sangat santai.Pintu lain mobil terbuka, lalu seorang wanita yang mengenakan gaun ketat keluar dari mobil.Wa
Nathan menatap Janine, kemudian berkata dengan suara rendah, "Kalau kamu mau, tanya pada Briana."Nathan menatap Elena sekilas, kemudian berjalan keluar.Ketika Janine mendengar jawaban Nathan, dia sangat kesal. Dia menyusul mereka, kemudian berdiskusi dengan Briana. "Nona Briana, aku mau membeli Berlian Hati Biru dengan harga dua kali lipat. Bolehkah?"Janine dengan santainya akan mengeluarkan uang dua kali lipat harga berlian ini. Briana tidak bodoh. Gadis ini pasti memiliki latar belakang yang baik. Selain itu, Janine juga mengenal Nathan.Briana ragu sejenak, lalu dia menatap Nathan. "Kak Nathan, siapa dia?""Adik sepupu."Ternyata adik sepupu.Briana tersenyum, matanya berbinar. "Dik, ini hadiah ulang tahun dari Kak Nathan. Aku punya koleksi berlian merah muda. Aku bisa memberikannya kepadamu, bagaimana?"Janine bukanlah tipe orang yang tidak tahu malu. Karena berlian itu adalah hadiah ulang tahun Briana, maka dia tidak akan meminta paksa."Nggak perlu, terima kasih."Briana terse
Separuh tubuh Elena mencuat dari pagar, terlihat agak berbahaya.Sebuah mobil berwarna perak lewat, berhenti, lalu melaju mundur.Mata gelap Nathan menatap wanita yang separuh tubuhnya terentang dari pagar itu. Dia menjentikkan puntung rokok, kemudian membuka pintu mobil dan keluar. "Mau terjun?"Ketika Elena mendengar suara itu, dia berbalik, lalu terkejut melihat Nathan.Dia terdiam sejenak. "Tuan Nathan."Nathan menatap Elena dengan lekat, kemudian menyapa dengan sama asingnya. "Nona Elena.""Sangat nggak aman bergelantungan di pagar malam begini." Suara Nathan terdengar malas.Elena tertegun sejenak, lalu tersenyum. "Kamu pikir aku akan terjun dari sini? Bagaimana mungkin?"Elena meletakkan sikunya di pagar lalu tertawa terbahak-bahak.Nathan mengangguk. "Kalau begitu aku salah paham, maaf."Jendela mobil diturunkan, kemudian suara wanita terdengar dari dalam mobil. Briana melihat ke luar jendela sembari berteriak, "Kak Nathan, waktunya sudah mau sampai."Mata Briana menatap Elena