Setelah Doreen selesai bertelepon dengan Kaedyn, dia memikirkan suara wanita yang familier tadi.Dia menggendong anaknya, kemudian pergi ke arena pacuan kuda.Elena tersenyum saat melihat Doreen muncul sambil menggendong anaknya.Lihatlah, Doreen sudah cemas."Kae, apakah ini putrimu?"Elena memandang bayi dalam gendongan Doreen, lalu bertanya dengan suara lembut."Si kecil ini imut sekali."Elena mengulurkan tangan untuk menyentuh anak itu, tetapi Doreen menghindar, tidak membiarkan Elena menyentuh anaknya."Dia sedang tidur. Lama nggak berjumpa, Elena." Doreen menghela napas. "Kasihan sekali Joshua."Elena bertanya dengan bingung. "Joshua?"Kaedyn berkata, "Doreen, biar aku yang gendong saja."Dia sedang menyuruh Doreen untuk tidak mengatakannya.Doreen mengangguk, menyerahkan anak itu kepada Kaedyn, kemudian tersenyum lembut.Tadi dia menyebut nama Joshua, tetapi Elena tidak menunjukkan reaksi sedih.Kaedyn, Doreen dan anak mereka berdiri bersama, pemandangan itu sangat hangat dan m
"Oke, terima kasih, Kak El." Janine meninggalkan dapur, kemudian duduk di sofa untuk menonton TV sambil menunggu.Setelah Janine pergi, Elena tersenyum tak berdaya.Kemampuan aktingnya sangat bagus. Bisa-bisanya semua orang mengira dia masih mencintai Kaedyn.Keterampilan memasak Elena sangat bagus. Mereka berdua makan dengan kenyang."Kak El, lusa ada sebuah pesta lelang. Bisakah kamu menemaniku?""Oke, apa yang ingin kamu dapatkan?""Berlian Hati Biru."...Dua hari kemudian, Elena dan Janine pergi ke pesta lelang.Elena tidak mengenakan pakaian seksi kali ini karena tidak cocok untuk acara pelelangan.Mereka telah tiba di pelelangan. Begitu mereka turun dari mobil, sebuah mobil berwarna perak juga terparkir di depan.Sopir keluar dari mobil, kemudian membuka pintu.Nathan keluar dari mobil.Pria itu mengenakan kemeja hitam, dengan beberapa kancing teratas terbuka. Dia tampak sangat santai.Pintu lain mobil terbuka, lalu seorang wanita yang mengenakan gaun ketat keluar dari mobil.Wa
Nathan menatap Janine, kemudian berkata dengan suara rendah, "Kalau kamu mau, tanya pada Briana."Nathan menatap Elena sekilas, kemudian berjalan keluar.Ketika Janine mendengar jawaban Nathan, dia sangat kesal. Dia menyusul mereka, kemudian berdiskusi dengan Briana. "Nona Briana, aku mau membeli Berlian Hati Biru dengan harga dua kali lipat. Bolehkah?"Janine dengan santainya akan mengeluarkan uang dua kali lipat harga berlian ini. Briana tidak bodoh. Gadis ini pasti memiliki latar belakang yang baik. Selain itu, Janine juga mengenal Nathan.Briana ragu sejenak, lalu dia menatap Nathan. "Kak Nathan, siapa dia?""Adik sepupu."Ternyata adik sepupu.Briana tersenyum, matanya berbinar. "Dik, ini hadiah ulang tahun dari Kak Nathan. Aku punya koleksi berlian merah muda. Aku bisa memberikannya kepadamu, bagaimana?"Janine bukanlah tipe orang yang tidak tahu malu. Karena berlian itu adalah hadiah ulang tahun Briana, maka dia tidak akan meminta paksa."Nggak perlu, terima kasih."Briana terse
Separuh tubuh Elena mencuat dari pagar, terlihat agak berbahaya.Sebuah mobil berwarna perak lewat, berhenti, lalu melaju mundur.Mata gelap Nathan menatap wanita yang separuh tubuhnya terentang dari pagar itu. Dia menjentikkan puntung rokok, kemudian membuka pintu mobil dan keluar. "Mau terjun?"Ketika Elena mendengar suara itu, dia berbalik, lalu terkejut melihat Nathan.Dia terdiam sejenak. "Tuan Nathan."Nathan menatap Elena dengan lekat, kemudian menyapa dengan sama asingnya. "Nona Elena.""Sangat nggak aman bergelantungan di pagar malam begini." Suara Nathan terdengar malas.Elena tertegun sejenak, lalu tersenyum. "Kamu pikir aku akan terjun dari sini? Bagaimana mungkin?"Elena meletakkan sikunya di pagar lalu tertawa terbahak-bahak.Nathan mengangguk. "Kalau begitu aku salah paham, maaf."Jendela mobil diturunkan, kemudian suara wanita terdengar dari dalam mobil. Briana melihat ke luar jendela sembari berteriak, "Kak Nathan, waktunya sudah mau sampai."Mata Briana menatap Elena
"Bu Elena, apakah menurutmu Pak Kaedyn akan terkejut melihatmu hari ini?"Elena meletakkan kopi sembari menjawab, "Nggak tahu."CEO Teknologi Jepson bernama Bourne Edkins, putra tertua Keluarga Edkins.Elena meminta sopir untuk menjemputnya pukul satu. Bourne duduk di kursi sambil menatap Elena.Elena mengenakan rok merah yang memeluk pinggulnya dan kemeja putih dengan dua kancing teratas terbuka. Dia benar-benar berbeda dengan Elena yang sebelumnya dingin dan serius.Sekarang Elena tampak seperti sekretaris centil.Tentu saja, meski Elena kehilangan ingatannya, dia memiliki kemampuan belajar yang kuat. Hanya satu minggu di Teknologi Jepson, Bourne sudah sangat puas dengan kinerja Elena.Dia tiba-tiba mendekati Elena, kemudian berbicara di telinga Elena sambil mengangkat alisnya. "Parfum apa yang kamu pakai? Baunya enak."Elena menutup telepon, menoleh tanpa menjauhkan tubuhnya. Dia mengangkat alisnya sambil tersenyum. "Eau de toilette-nya Dvlgari."Bourne mengangguk. "Belikan sebotol
Dia melirik ke arah Kaedyn. Mereka berdua selalu berselisih. Jika mereka tidak kerja sama, mereka tidak akan duduk bersama untuk bicara.Kaedyn melirik Bourne dengan dingin.Bourne menarik kursi, mendekati Kaedyn. "Apakah Pak Kaedyn keberatan kalau aku mengejarnya?"Bourne tidak memiliki prinsip "tidak berhubungan dengan wanita teman". Hubungan antara laki-laki dan perempuan itu tergantung masing-masing.Kaedyn berkata dengan suara rendah. "Kamu nggak bisa mendapatkannya."Bourne mendengus dingin. "Bagaimana kamu tahu aku nggak bisa mendapatkannya? Aku jauh lebih baik daripada kepribadianmu yang dingin."Bos lain tersenyum, tidak menyela topik pembicaraan.Kaedyn tersenyum tipis. "Dia tahu kamu punya simpanan."Bourne" "..."...Elena kembali dari membeli rokok. Dia mengambil satu untuk Bourne, menekan korek api, kemudian membungkuk untuk menyalakan rokok Bourne.Gaun merah memeluk pinggulnya yang menggoda.Kaedyn bersandar di kursi, memegang sebatang rokok di antara ujung jarinya tanp
Bourne dan Kaedyn memiliki gaya kerja yang berbeda.Kaedyn tidak melakukan apa pun selain bekerja sepanjang hari, sementara Bourne bisa menggabungkan kerja dan istirahat.Elena duduk di sofa sambil bermain gim memotong semangka di ponselnya.Pintu kamar tidur terbuka.Bourne yang tahu menyeimbangkan kerja dan istirahat, sedang bermesraan dengan simpanannya, Minnie.Sebagai sekretarisnya, Elena menunggu Bourne di sofa untuk menghadiri pesta bersama bosnya itu.Dia cukup berdedikasi.Bunyi derit kasur di kamar akhirnya berhenti.Elena tanpa sadar melihat arloji di pergelangan tangannya.Belum terlalu malam.Bourne menjepit rokok di bibirnya. Dia tampak dingin ketika membungkuk untuk mengambil celananya dari lantai, kemudian memakainya.Dua lengan ramping memeluk lengan Bourne. Suaranya lembut ketika bertanya, "Apakah kamu tinggal malam ini?"Minnie memandang tubuh berotot pria itu, lalu mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.Bourne mengencangkan ikat pinggangnya, menjauhkan tangan Minnie
Elena tersenyum sembari membalas, "Nona Briana."Bourne dan Brandon duduk, Elena berdiri di belakang sofa, tidak mengganggu obrolan mereka.Di tempat seperti ini, Elena yang hanya merupakan seorang sekretaris, tidak boleh duduk bersama mereka.Brandon melihat kalung yang dipegang Briana. "Kenapa kamu nggak memakainya?""Kalian datang terlalu cepat. Aku hendak meminta Kak Nathan membantuku memakaikannya." Nada Briana terdengar manis dan manja, tetapi tidak menyebalkan. "Sayang sekali."Brandon merasa geli. "Apakah aku punya kehormatan membantu Nona Briana memakaikan kalung itu?""Nggak mau." Briana memutar matanya ke arah Brandon, kemudian menarik lengan baju Nathan. "Kak Nathan, bantu aku pakaikan, oke?"Elena berdiri di belakang sofa. Dia mendengar kata-kata manja Briana, lalu melirik ke arah Nathan.Kerah pria itu sedikit terbuka. Dia meletakkan rokoknya di dalam asbak, kemudian mematikannya. "Aku mau ke kamar mandi."Briana tidak berkecil hati, dia mengangkat bahu. "Kak Nathan benar
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat