Kaedyn meminta pengawal untuk menarik Glenna kembali, kemudian menatapnya dengan dingin. "Glenna."Tatapan mata Kaedyn yang dingin membuat Glenna menjadi tenang.Elena menatap Kaedyn tanpa menunjukkan tanda-tanda lemah. "Pak Kaedyn, aku benar-benar berharap kalian bisa berpura-pura nggak kenal ketika bertemu denganku. Aku doakan semoga Pak Kaedyn dan Nona Doreen bisa langgeng.""Ayo, Doreen."Glenna memandang Kaedyn. Kemarahannya yang terkumpul sepanjang malam pun meledak. "Kak, kamu membiarkannya pergi begitu saja? Elena menamparmu!"Brandon mengangkat sebelah alisnya sambil menatap wajah Kaedyn.Oh, bisa-bisanya Kaedyn ditampar.Ini adalah kabar baik.Janine berbalik untuk menatap Glenna lalu berkata, "Tadi kamu menamparku, aku nggak akan mengampunimu. Tunggu saja!""Memangnya hanya kamu yang punya kakak?""Aku juga punya!"Elena tidak bisa menahan diri untuk tidak menopang dahinya. Gadis ini ....Brandon membuang ekspresi gelinya. Dia menunggu sampai Elena dan Janine pergi sebelum m
Janine berbaring di ranjang empuk sembari mengirim pesan ke Nathan untuk mengadu.Setelah mengadu, dia mulai pamer.Janine: "Kasur Kak El sangat empuk!"Nathan, "?"Janine merasa bangga: "Nanti aku akan peluk sambil memeluk Kak El."Nathan hanya merasa bahwa Janine kekanak-kanakan.Akan tetapi, dia belum tidur di ranjang Elena.Nathan mengetik: "Kirim foto El-el saat tidur kepadaku, maka aku maafkan soal kalian pergi menonton pertunjukan kali ini."Janine membaca pesan tak tahu malu dari Nathan, kemudian menatap Elena."Kak El, Kak Nathan memintaku untuk mengambil fotomu yang sedang tidur."Elena masih ingat kejadian di kamar mandi tadi, dia berkata dengan nada dingin. "Apakah dia mesum? Pinjam ponselmu."Dia mengambil ponsel Janine, menekan tombol rekam suara, kemudian memarahi Nathan. "Kamu mesum!"Ketika Nathan mendengar suara tersebut, dia tahu itu adalah Elena.Dia sudah menduga bahwa Janine pasti akan memberi tahu Elena.Dia sengaja.Nathan memang sangat mesum.Elena memarahi Nat
Tak disangka Glenna begitu bodoh.Marcella juga marah. "Kenapa kamu mencari masalah dengan Elena? Kalau kamu nggak mau minta maaf, nggak apa-apa. Kamu cukup minta maaf kepada Janine, bukan Elena."Janine adalah istri ketiga Hugo Ransford, sekaligus sepupu jauh Nathan. Bisa-bisanya Glenna menyinggungnya.Marcella merasa sakit kepala hanya dengan memikirkannya.Kenapa mereka tidak tinggal di ibu kota saja? Untuk apa datang ke tempat ini?Nyonya Besar Burchan mengusap keningnya sambil berkata, "Kae, kalau Glenna nggak mau dengar, kirim saja dia ke luar negeri."Nyonya Besar juga menyayangi cucunya.Namun Glenna terlalu kekanakan, dia harus diberi sedikit pelajaran.Glenna merasa neneknya tidak menyayanginya. "Nenek, Nenek menyayangi Elena yang hanya orang luar, aku ini cucu kandung Nenek.""Cukup, kalau kamu nggak pergi, aku akan mengirimmu ke luar negeri malam ini." Kaedyn sudah kehilangan kesabarannya.Dia menoleh ke arah Nyonya Besar Burchan sembari berkata, "Nenek, aku akan menangani
Elena pergi ke Kediaman Henzel untuk menghadiri pesta ulang tahun Luna Henzel yang kedelapan belas malam ini tanpa membawa hadiah apa pun.Daripada membeli hadiah untuk Luna, lebih baik dia menyimpan uang itu untuk dihabiskan sendiri.Ketika Elena tiba, Luna sedang menyambut teman-teman sekelasnya.Elena tidak membawa hadiah. Zahra mengerutkan kening ketika dia melihatnya. "Kenapa kamu nggak membeli hadiah untuk adikmu? Dan pakaian apa yang kamu kenakan?"Baju bergambar tengkorak hitam, celana kasual, dengan rambut panjang yang tergerai hingga pinggang.Elena yang bertubuh cukup tinggi terlihat sangat energik berpakaian seperti ini.Hanya saja tidak sesuai tempat.Elena tersenyum tipis. "Aku lupa membeli hadiah. Ibu bisa membantuku menyiapkan satu hadiah untuk adik, lagi pula dia nggak tahu."Zahra menyapa para tamu yang lewat dengan senyuman, kemudian memarahi Elena dengan suara pelan dengan gigi terkatup. "Aku akan meminta seseorang untuk membelikan hadiah sekarang. Setelah memotong
Siapa pun yang mendengar hal ini pun sudah mengerti.Ketika Elena sedang makan makanan ringan, dia memperhatikan bahwa beberapa saudara jauhnya memandangnya dengan aneh.Tatapan menghina.Dia terdiam, lalu meletakkan camilan.Mengganggu.Setelah Luna selesai memotong kue, Elena memberi Luna hadiah yang telah disiapkan Zahra, kemudian meninggalkan Kediaman Henzel.Kecuali Zahra jatuh sakit, kalau tidak, Elena tidak akan datang ke Kediaman Henzel lagi.Luna melihat sosok Elena yang pergi.Dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan: "Sudah boleh, Nona Glenna."...Elena dibangunkan oleh alarm di pagi hari.Pagi-pagi.Dia pergi untuk membuka pintu, lalu melihat Joshua. Kekesalan karena diganggu pun menghilang.Joshua melihat wajah Elena, lalu mendapati bahwa dia baik-baik saja. Joshua masuk dengan tongkat sembari berkata, "Kak El, aku membelikanmu sarapan."Elena duduk di sofa, menyipitkan mata sambil menguap. Dia masih ingin tidur. "Aku akan menyimpannya untuk makan siang."Joshua me
Glenna dengan senang hati membagikan tangkapan layar orang-orang yang memarahi Elena kepada Doreen.Glenna juga ikut berkomentar."Kak Doreen, apakah Elena sedang bersembunyi dan menangis? Apakah dia akan dilempari telur saat dia keluar?"Glenna sekarang dikurung di rumah, tidak bisa pergi kemana-mana. Setelah dia menghubungi Janine, dia akan meminta maaf.Sekarang dia sangat senang melihat Elena menjadi musuh publik.Benar-benar definisi bahagia di atas penderitaan orang lain.Doreen tersenyum sambil berkata, "Dia baru saja menelepon kakakmu, mungkin ingin kakakmu membantu menjelaskan.""Akankah kakakku membantunya?"Glenna cemberut kesal."Aku yang menjawab panggilannya. Dia seharusnya nggak akan menghubungi kakakmu lagi dalam waktu dekat," kata Doreen dengan lembut."Kak Doreen, kamu baik sekali.""Ngomong-ngomong, Luna nggak akan membocorkanmu, 'kan?""Jangan khawatir, dia nggak berani."...Doreen berkata bahwa Kaedyn sedang sibuk, jadi Elena menutup telepon.Karena Kaedyn tidak s
"Kamu nggak tahu apa yang telah kamu lakukan? Tunggu saja kamu!"Ketika Keluarga Henzel mengadakan pesta ulang tahun, ada banyak orang yang hadir. Elena mengeluarkan uang untuk menemukan penyebab masalahnya.Elena tampak galak.Dia sama sekali tidak akan menangis sedih.Nathan tersenyum tipis, berbalik lalu keluar untuk menyeka lantai.Setelah dia membersihkan lantai, dia pergi mandi.Elena mendengar Nathan memanggilnya untuk mengambilkan handuk. Sudut bibir Elena pun berkedut."Nggak ada!""Pakai kembali baju dan celanamu."Pintu kamar mandi terbuka.Pria itu mengenakan celana boxer hitam, tubuhnya telanjang dan berotot. Dia memegang pakaiannya. "Bajuku kena cat merah.""Kamu yakin nggak ada? Aku nggak keberatan untuk telanjang.""..."Nathan memang berani.Elena mencarikan handuk yang lebih besar untuk pria itu.Ketika Nathan keluar dari kamar mandi, dia memeluk Elena yang sedang membaca berita, lalu berbaring di kasur."Apa menariknya berita ini? Ayo tidur bersamaku."Sekujur tubuh
Nathan merapikan seprai.Elena juga dimandikan oleh Nathan, kemudian diganti pakaian bersih.Elena memaksa Nathan untuk melilit pinggangnya dengan selimut kecil.Selimut bunga-bunga kecil.Mereka berdua duduk di sofa.Elena memaki Nathan dengan banyak kata di benaknya. Akhirnya yang keluar hanya satu kalimat. "Sebenarnya apa isi otakmu?"Mana ada orang yang begitu pulang negeri, bertemu dan langsung melakukannya.Apakah Nathan tidak kelelahan?Nathan hanya terkekeh melihat Elena marah karena malu. "Tentu saja isinya kamu.""Nggak ada wanita lain."Nathan menambahkan dengan suara serak.Elena, "..."Pria itu merokok, kemudian menyodorkan ponselnya ke hadapan Elena.Sombong sekali."Bayar."Elena sangat terkejut. Apakah urat malu Nathan sudah putus?"Nggak mau, seharusnya kamu yang membayarku."Bukan Elena yang mengajak Nathan melakukan itu.Nathan menyipitkan matanya, lalu berkata dengan suara serak. "Kalau begitu aku yang menafkahimu."Kali ini Elena terdiam."Apa maksudnya?" tanya Ele