Kendati Elena tampak familiar, Roman hanya berpikir sekilas.Pikirannya tertuju pada Sherlly sekarang.Roman bertanya pada Briana dengan bingung. "Kenapa kalian menghadiri perjamuan malam ini?"Sherlly tidak memberi tahu Roman tentang hal ini.Padahal Sherlly tidak pernah suka menghadiri perjamuan.Mata Briana memerah. "Maaf, semua salahku. Aku yang meminta Ibu untuk menghadiri perjamuan kali ini."Melihat kegelisahan Briana, Roman juga tidak bisa menyalahkannya. "Untungnya, kali ini nggak apa-apa. Briana, nggak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Kamu pasti sudah lelah hari ini, pulanglah untuk istirahat.""Aku ingin menemani Ibu.""Ada aku, tenang saja. Pulanglah."Karena ada Roman, Briana juga tak leluasa.Roman meminta Luther untuk mengantar Briana."Oke, aku akan mengantar Briana dulu."Luther dan Briana meninggalkan rumah sakit. Briana duduk di dalam mobil, lalu menutup matanya, menangis.Luther dengan tak berdaya memberi Briana tisu untuk menyeka air mata. "Jangan menangis, Paman
Elena melihat rambut Nathan, kemudian mengedipkan matanya yang berkaca-kaca.Dia tersenyum lagi lalu berkata, "Aku bisa mengatakannya lagi. Hubungan antara kita sudah menjadi masa lalu. Elena dan Nathan sudah menjadi masa lalu."Begitu ucapan Elena terlontar, Nathan langsung menggendongnya.Sopir dan Hardy yang duduk di dalam mobil terkejut.Elena dan Nathan?Adris diselingkuhi?Mereka dengan bijak menoleh ke arah lain.Mereka tidak melihat apa pun.Nathan memasukkan Elena ke dalam mobilnya. "Kalian keluar."Perintah tersebut ditujukan kepada sopir dan pengawalnya.Mobil Nathan sangat aman.Pintu mobil tertutup.Lampu di dalam mobil menyala."El-el, beri tahu aku, apakah Adris mengancammu?"Elena tiba-tiba digendong ke dalam mobil oleh Nathan pun sangat tenang. Dia menyesuaikan posisi duduknya, bersandar di sandaran kursi lalu menyilangkan kaki.Nathan menunggunya berbicara.Elena mengangkat kelopak matanya, melihat Nathan sekilas, kemudian mengalihkan tatapannya. "Nggak."Nathan tidak
Elena turun dari ranjang untuk menuang segelas air. Setelah minum beberapa teguk, dia pun meletakkan gelas.Elena bertanya, "Apakah kamu mengutus seseorang untuk menguntitku?"Adris mengangkat alisnya, tidak menjawab pertanyaan itu. Dia malah membahas Camila. "Aku sudah memasukkan Camila ke taman kanak-kanak."Dia menarik kembali kakinya yang panjang, kemudian mengungkit hal yang menyesakkan dada Elena. "Formulir bagian orang tuanya kosong."Elena menatap Adris melalui layar dengan dingin.Adris terdiam beberapa detik. "Hm? Kamu marah?"Elena tidak menjawab.Dia tahu bahwa Adris sedang memperingatkannya.Elena menutup panggilan video tanpa ekspresi.Adris tertawa, lalu bergumam sendiri. "Emosinya sama seperti Camila."Hari ini Adris mengantar Camila ke taman kanak-kanak. Ketika pulang dari taman kanak-kanak, Camila menemukan bahwa bebek kecilnya hilang. Dia begitu marah hingga tak menggubris Adris sepanjang malam.Gadis itu masih kecil, tetapi sudah bisa mengabaikan Adris sepanjang mal
Pukul tiga sore.Elena membawa buah tangan ke rumah sakit.Briana mendengar seseorang mengetuk pintu, jadi dia pergi untuk membuka pintu. Saat dia melihat Elena, senyumnya langsung menghilang. "Ternyata Nyonya Elena."Elena tidak menyangka akan bertemu Briana. Dia mengangguk. "Aku datang menjenguk Nyonya Sherlly."Briana sebenarnya tidak ingin Elena sering bertemu dengan anggota Keluarga Bronwyn.Sherlly bersandar di kepala ranjang. Ketika dia melihat Elena datang, dia berkata dengan lembut. "Briana, cepat biarkan tamu masuk."Briana menyingkir.Elena masuk sambil tersenyum.Setelah dia masuk, dia menemukan ada dua anak di dalam bangsal. Dia memiliki sebuah tebakan.Elena meletakkan buah tangan di atas meja lalu bertanya, "Nyonya Sherlly, bagaimana perasaanmu hari ini?""Penyakit lama. Maaf karena terjadi hal seperti ini di perjamuan."Sherlly sebenarnya merasa tidak enak.Elena menghiburnya dengan hangat. "Keluarga Kallias sangat senang Nyonya bisa datang ke perjamuan kami.""Duduklah
Pada hari jadi pernikahannya, Elena Wimbrow pergi ke dokter kandungan sendiri.Di rumah sakit, dia melihat suaminya memeluk wanita lain.Wanita itu bersandar di dalam pelukan suaminya sembari berkata, "Kaedyn, terima kasih sudah menemaniku ke rumah sakit."Kaedyn menyayangi wanita itu, dia menyuruh Elena pergi membeli cokelat.Elena tiba-tiba tersenyum, lalu memindahkan tangannya dari perutnya.Kebetulan dia ingin melakukan aborsi di rumah sakit lain....Kali ini Elena datang ke rumah sakit untuk melakukan aborsi.Dia mengambil nomor antrean, kemudian mengantre.Ada beberapa pasang suami istri di sekeliling. Semua ibu hamil ditemani oleh suami mereka.Hanya Elena yang datang untuk melakukan aborsi, itu agak menyedihkan.Dua bulan yang lalu, Elena menemani Kaedyn pergi dinas.Mereka menghadiri sebuah perjamuan.Elena mabuk. Begitu dia bangun di pagi hari, hanya ada dia sendiri di dalam kamar hotel.Kamar hotel itu penuh dengan aroma percintaan.Pakaian berserakan di lantai.Ada pakaian
Elena menghentikan mobil di pinggir jalan. Dengan tenang, dia menyangkal pertanyaan hamil dari Kaedyn. "Aku nggak hamil, hanya sedikit nggak enak lambung beberapa hari terakhir."Kaedyn bersandar di lemari pakaian, lalu dia mencibir dengan tatapan datar. "Sebaiknya kamu nggak membohongiku, Elena. Sekarang nggak zaman menjadi istri orang kaya dengan cara hamil."Jantung Elena seperti tercubit. Bisa-bisanya Kaedyn berpikir serendah itu tentang dirinya.Elena menyentuh perut datarnya sambil berujar dengan nada datar, "Bagaimana mungkin aku hamil, Pak Presdir? Malam itu kita menggunakan kondom, seharusnya kualitasnya bagus, nggak bocor."Kaedyn mengangkat kelopak matanya.Dia mengadakan rapat sepanjang pagi.Begitu siang, Elena membawa secangkir kopi ke kantor Kaedyn.Elena juga meletakkan dokumen tentang Evaristo Entertainment yang Kaedyn minta beberapa hari lalu di atas meja pria itu.Pandangan Elena melintas dari dokumen tentang Evaristo Entertainment itu.Dari dulu hingga sekarang indu
Kaedyn berdiri bersama mantan pacarnya, wanita itu memeluk lengannya.Dia hanya melihat Elena diganggu oleh pria lain.Ada yang bilang kalau seorang pria benar-benar mencintaimu, dia akan posesif terhadapmu.Di bawah cahaya kuning yang hangat, Elena merasa hatinya seperti terkoyak.Nicholas mengira Elena berbohong padanya, jadi dia pun melontarkan ejekannya. "Pak Kaedyn sedang menemani wanita cantik itu. Jangan mencoba berbohong padaku. Sekretaris Elena, bagaimana kalau kita mengobrol di tempat lain?"Elena memandang Kaedyn lalu dia bertanya dengan nada tenang, "Pak Kaedyn, Tuan Nicholas bertanya apakah Bapak sudah bosan dengan saya?Elena menatap Kaedyn dengan tenang.Dia menunggu jawaban pria itu.Kaedyn menggandeng tangan Doreen, kemudian berjalan melewati Elena.Pada saat itu, Elena mengerti bahwa jawaban Kaedyn tidak lagi penting.Doreen berbalik lalu menjelaskan dengan senyum cerah, "Kak Nicholas, hubungan antara Kae dan Sekretaris Elena hanyalah atasan dan bawahan. Jangan bicara
Kaedyn meminta Martin untuk mengantar Elena kembali ke Perumahan Sorenson dulu.Elena duduk di dalam mobil sambil melihat dua orang yang berpelukan di luar cafe itu melalui jendela.Sepertinya Kaedyn sedang menghibur Doreen.Sudut bibir Elena terangkat. Dia merasa sedih sekaligus lega.Saat Elena meminta Glenna untuk membuat janji temu dengan Doreen tadi malam.Dia sudah menduga bahwa Glenna pasti akan memberi tahu Kaedyn tentang pertemuannya dengan Doreen di Kafe Holen.Sesuai dugaan Elena.Semua itu ada di dalam rencananya.Martin mengendarai mobil. Ketika mereka berhenti di lampu merah, dia menoleh ke arah Elena lalu bertanya, "Sekretaris Elena, kamu begitu pintar, untuk apa kamu membuat Bos marah?"Mereka telah kerja bersama selama lima tahun.Martin menyaksikan betapa Elena merawat Kaedyn dengan sepenuh hati.Demi menjaga perut Kaedyn dengan baik, Elena belajar memasak setiap malam setelah pulang kerja.Elena telah mengembangkan keterampilan memasaknya hingga sebanding dengan koki