Elena pamit kepada Larsen dan yang lainnya sebelum mengikuti Martin ke mobil lain."Elena, kamu baik-baik saja?"Martin awalnya mengira Kaedyn menyukai Elena, tetapi apa yang terjadi selama ini membuatnya berpikir bahwa dia mungkin salah.Kaedyn selalu mencintai Doreen."Ya." Elena tersenyum tulus. "Kalau mereka akhirnya menikah, aku akan mengucapkan selamat kepada mereka."Martin menyadari bahwa Elena serius, dia pun turut senang. Dia tersenyum dan berkata, "Baguslah kalau kamu sudah melepaskannya, toh pria ada di mana-mana."Sekitar pukul tujuh malam, mobil tiba di hotel.Elena mengucapkan selamat malam kepada Martin, kemudian menggesek kartunya untuk masuk ke dalam kamar.Saat lampu dinyalakan, dia terkejut karena melihat pria itu duduk di sofa. Elena segera menutup pintu.Nathan membuka matanya, kemudian dia berkata dengan suara serak, "Sudah pulang.""Kenapa kamu datang ke Kota Orlik? Bukan, bagaimana kamu masuk?"Nathan bersandar di sofa, tangannya dengan santai bertumpu pada san
Kaedyn tadi mendengar manajer Doreen mengatakan bahwa dia melihat seorang pria masuk ke dalam kamar Elena.Dia menelepon Martin untuk memeriksa keamanan Elena.Wajah Elena penuh dengan pertanyaan. "Aku baik-baik saja. Apakah terjadi sesuatu?"Martin menjelaskan, "Manajernya Doreen melihat seorang pria masuk ke dalam kamarmu, jadi Kae meneleponku untuk memeriksanya.""Oh, nggak apa-apa. Pria itu temanku."Setelah mengetahuinya dan melihat Elena baik-baik saja, Martin pun melapor kepada Kaedyn.Ketika Martin datang untuk melapor ke Kaedyn, Doreen tidak ada di ruang tamu."Sekretaris Elena bilang, pria itu temannya.""Teman?" Kaedyn mengulangi kata itu, lalu dia berkata dengan nada dingin, "Oke, pergilah istirahat, Pak Martin. Terima kasih."Martin jelas menyadari ketidaksenangan Kaedyn, tetapi dia pergi tanpa berpikir terlalu banyak.Di sisi lain.Elena memanggil Nathan. Melihat pria itu tidak keluar dari kamar mandi, Elena pun membuka pintu kamar mandi. "Ka .... Ah!"Dia berseru, lalu s
Nathan sangat tinggi, tingginya sekitar 189 sentimeter.Tinggi Elena adalah 170 sentimeter.Elena mengulurkan tangannya, berjinjit, lalu memeluk leher Nathan.Nathan mengangkat sebelah alisnya. Dia mungkin kasihan dengan Elena yang harus berjinjit.Jadi, Nathan bersikap kooperatif dengan membungkuk.Tatapan Nathan yang dalam menatap mata Elena."Tuan Nathan, kamu ingin menjadi simpananku? Kakak Simpanan?"Nafas Elena mendekati Nathan, bibir merahnya tidak benar-benar menyentuh pria itu.Ada sedikit jarak di antara mereka.Tatapan Elena penuh kasih sayang.Suaranya lembut.Nathan mendengus.Hanya Elena yang berani menggodanya, lalu ingin menarik diri.Nathan menekan Elena ke dinding, mencekal pergelangan tangan wanita itu. Napasnya menerpa wajah Elena.Cahaya kuning redup di atas menyinari Elena hingga dia menyipitkan matanya.Elena mengangkat lehernya.Matanya melihat handuk Nathan."Coba panggil 'kakak simpanan' lagi, hm?""Kalau kamu nggak mau nggak bisa bangun besok pagi, bersikapla
Elena berkata dengan tenang, "Terima kasih."Saat Kaedyn dan Elena melakukan panggilan video dengan sang nenek, Doreen duduk di sisi lain sofa, menghindari kamera video.Dia melirik Elena yang duduk di sebelah Kaedyn, lalu menunduk, mendengarkan percakapan mereka."Kae, El, kalian telah bekerja keras selama ini. Apakah anggota keluarga almarhum telah ditenangkan?"Neneknya Kaedyn juga khawatir dengan kebakaran yang terjadi di pabrik Taman Sains dan Teknologi di Kota Orlik.Saham perusahaan kini sedang anjlok, tetapi untungnya tidak terus menurun."Semua anggota keluarga setuju untuk menerima kompensasi dan bantuan, tetapi ada anggota keluarga almarhum yang sedikit sulit dihadapi." Kaedyn menoleh ke arah Elena.Elena menambahkan, "Orang-orang yang diutus ke sana menemukan kalau istri Tuan Carroll kurang sehat, kerabat mereka nggak bisa diandalkan. Kalau istrinya meninggal, walaupun ada kompensasi yang begitu besar, putri mereka mungkin nggak akan hidup senang."Akhir-akhir ini media men
Doreen berdiri dengan satu kaki di luar bangsal. Dia melihat melalui jendela.Dia melihat Kaedyn sedang berbicara dengan Elena.Kecemburuan membuncah di hatinya.Dia mengetuk pintu.Manajernya membantu Doreen duduk di kursi roda, membuka pintu bangsal, lalu masuk."Sekretaris Elena, terima kasih banyak telah menyelamatkan Kae hari ini." Doreen meletakkan kotak makan di nakas. "Aku membawakan makanan untuk kalian."Elena memandang Doreen sambil berkata, "Terima kasih. Siapa pun itu, aku akan menolongnya."Jadi, Elena tidak melakukannya untuk Kaedyn.Doreen tidak memercayai apa yang dikatakan Elena.Dia merasa bahwa Elena masih mencintai Kaedyn.Memikirkan hal ini, Doreen hanya merasa tertekan.Terutama ketika dia mendengar Kaedyn telah mengatur pesawat pribadi guna mengantar Elena kembali ke Kota Burgan untuk memulihkan diri.Hal ini membuat Doreen sedikit gelisah.Terkadang firasat wanita lebih sensitif dibandingkan pria yang tidak sensitif secara emosional.Doreen tidak mau mengakui b
Elena berkata dengan lemah, "Kalau saat itu orangnya kamu, aku juga akan mengulurkan tangan."Tindakan Elena untuk menyelamatkan orang itu dilakukan secara refleks. Selain itu jika sesuatu terjadi pada Kaedyn, Elena tidak tahu apa yang akan terjadi dengan pengobatan adiknya.Elena tidak menyelamatkan Kaedyn karena Elena mencintainya.Namun, sepertinya tidak ada memercayainya."Media ini suka menulis sembarangan."Perkataan Elena sebelumnya mereda sebagian amarah Nathan.Nathan tidak pernah menyangka bahwa suatu hari dia akan menjadi simpanan wanita yang sudah menikah, bahkan merasa sedikit cemburu tanpa alasan.Setengah amarahnya yang tersisa akan Nathan lampiaskan pada Elena lain kali."Kaedyn mengatur penerbangan untuk membawaku kembali ke Kota Burgan besok."Ketika Nathan mendengarnya, dia tersenyum. Dia mengeluarkan ponselnya lalu langsung menelepon seseorang. "Atur penerbangan ke Kota Burgan untukku malam ini."Dia menutup telepon, kemudian tatapannya menjadi gelap. "Aku akan meng
Pesawat tiba di Kota Burgan tepat pukul delapan malam.Elena meminum obat penghilang rasa sakit yang memiliki efek mengantuk.Tidak lama setelah pesawat lepas landas, dia tertidur.Nathan melihat Elena sudah tertidur. Nathan takut Elena menyentuh tangannya yang terluka saat tidur, jadi dia menggenggam jemari wanita itu.Kapan pun Elena bergerak, Nathan akan mengetahuinya.Elena masih tidur ketika pesawat mendarat.Nathan dengan hati-hati menggendongnya turun dari pesawat.Dua barisan pengawal berjaga di luar. Leon berjalan mendekat dengan hormat lalu merendahkan suaranya ketika berkata, "Bos, Tuan Besar sudah mengatur orang untuk datang ke Kota Burgan."Tatapan Nathan tampak tenang. "Hm."Di dalam mobil, Leon tidak berani melihat ke jok belakang, jadi dia menaikkan penghalangnya.Di jok belakang.Nathan membiarkan Elena untuk duduk di atas pangkuannya.Dia memeluk wanita itu.Elena sebenarnya sedikit terjaga ketika dia digendong ke dalam mobil, tetapi otaknya masih pusing, jadi dia tid
"Untuk terakhir kalinya."Elena meletakkan teleponnya sambil menyahut.Nathan mengalihkan perhatiannya dengan hal lain. Dia membelai rambut Elena dengan malas. "Aku akan membantumu mencuci rambutmu malam ini."Elena meliriknya dengan curiga. "Nggak perlu, kamu bisa mencari seorang gadis untuk membantuku."Elena tidak begitu percaya bahwa Nathan bisa mencuci rambut panjang perempuan.Dia takut kesakitan."El-el, apakah kamu nggak percaya padaku?" Nathan mengangkat sebelah alisnya, kemudian menyingsingkan lengan bajunya. Dia seperti akan mencuci rambut Elena sekarang. "Aku sangat pandai mencuci rambut panjang.""Apakah kamu sering mencuci rambut perempuan?"Elena tampak bertanya-tanya.Kalau tidak, bagaimana mungkin Nathan pandai melakukannya?Nathan mengetuk kepala Elena dengan jari telunjuknya sambil tersenyum tipis. "Hentikan pikiran di kepalamu. Dulu aku sering mencuci rambut panjangnya Meryl.""Kamu punya adik perempuan? Kakak yang baik."Elena juga menginginkan seorang kakak lelaki