Kata-kata Ana terlalu kasar.Namun, wanita tua itu setuju. "Perempuan harus mencintai diri sendiri, jangan selalu berpikir untuk mengandalkan jalan pintas."Elena melirik wanita tua itu lalu tersenyum tipis. "Kamu adalah orang yang baik."Setelah itu, dia memandang Ana. "Nyonya Ana, tolong sampaikan kata-kata itu kepada putrimu. Suruh dia lebih mencintai diri sendiri."Ana memelototi Elena. "Kamu ...."Kaedyn juga memasang ekspresi dingin. "Nyonya Ana, tolong lebih menjaga kata-katamu.""Tuan Kaedyn, kamu adalah pria yang sangat sopan. Bisa-bisanya kamu masih membela mantan istri."Ana tersenyum. "Baiklah, Nona Elena, aku dengan baik hati menasihatimu, tapi kalau kamu nggak mau mendengarkan, lupakan saja." Dia menoleh ke arah asistennya. "Ayo kita pergi. Sore masih ada janji."Begitu Ana pergi ....Pria itu berjalan menuju Elena sambil tersenyum. "El-el, tagihannya sudah lunas. Ayo kita pergi."Ana, yang sudah pergi, berbalik. Begitu melihat Nathan, ekspresinya langsung berubah.Dia ta
Elena tiba-tiba tertarik belajar melipat origami dari video pendek yang dia tonton.Tidak ada kertas yang dia inginkan di rumah.Dia berjalan ke balkon.Sang pria sedang menjemur pakaian di balkon.Dia memegang pakaian dalam, lalu menggantungkannya di gantungan dengan ekspresi datar.Elena datang ketika dia sedang menggantung pakaian dalam.Dia menoleh ke arah Elena, kemudian mengangkat sebelah alisnya.Elena tidak mengatakan apa-apa. Dia menunggu pria itu selesai mengeringkan pakaian, lalu mereka berjalan ke ruang tamu.Nathan pergi menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri. Dia tidak mengambil inisiatif untuk bertanya kepada Elena.Lagi pula, dilihat dari gerak-gerik Elena, pasti ada yang dia inginkan.Beberapa saat kemudian, setelah dia menghabiskan setengah gelas air, wanita itu akhirnya berkata, "Tuan Nathan, pergilah ke toko alat tulis, belikan origami untukku. Ukurannya kira-kira seperti ini."Elena menunjukkan layar ponselnya. "Beli yang ukurannya seperti dalam video ini."N
Bourne terdiam sesaat. Dia mengusap keningnya. "Maaf."Briana tinggal di Kediaman Ransford, berarti peluangnya untuk bersama Janine sangat kecil.Elena mengerutkan kening, lalu menutup telepon.Nathan melihat ekspresi Elena. Suasana hati ibu hamil buruk akan memengaruhi perkembangan janin. Dia mengusulkan, "Mau keluar?"Kini kondisi tubuh Elena sudah pulih, kondisi janin juga normal. Tidak masalah keluar untuk menghirup udara segar.Asalkan bukan berolahraga atau berjalan kaki terus-menerus.Elena mengangkat pandangannya, melihat jam. Sekarang pukul tiga. "Ke mana?"Nathan menyimpan kartu, lalu menyimpannya di laci. "Pergi ganti bajumu. Kamu akan tahu begitu kita sampai."Nathan juga tidak tahu harus pergi ke mana. Dia hanya berbasa-basi tadi. Nanti dia akan mencari di internet."Oke, aku akan ganti baju."Elena mengganti pakaian dengan sangat cepat sekarang. Dia mengganti gaun longgar, mengoleskan pelembab di wajahnya, mengikat rambut, kemudian mengambil jaket tipis, keluar.Pria itu
Kediaman Utama Edkins.Ana dan Emily sedang mendiskusikan perjalanan mereka ke ibu kota. Keluarga Edkins tidak boleh mempermalukan Briana. Mereka tentu harus memberikan hadiah yang bagus untuk si kembar.Setelah selesai berdiskusi, Ana menyesap tehnya beberapa kali, kemudian dia bertanya, "Kak Emily, apakah kandidat istri Bourne sudah ditentukan?"Emily menghela napas, dia juga merasa pusing. Tak satu pun dari kedua putranya ingin menikah. "Belum. Wanita yang menurutku baik, anak itu nggak suka.""Sebenarnya aku punya seorang kandidat." Ana meletakkan cangkir tehnya. Dia ragu sejenak sebelum berkata, "Menurutku Glenna baik."Emily seketika tak bisa berkata-kata. "Dia nggak bisa."Ana tersenyum sambil berkata, "Aku tahu kamu akan menolak. Ada alasan kenapa aku menyarankan Glenna. Kak Emily dengarkan saja."Emily mengangguk, membiarkan Ana lanjut berbicara."Latar belakang Keluarga Burchan setara dengan Keluarga Edkins, kita tahu hal itu. Aku bisa melihat kalau dia sangat menyukai Bourne
Bangau kertas dengan berbagai warna terlihat cukup bagus.Elena terkejut. "Tuan Nathan, aku tidak menyangka kamu bisa melipat ini. Sungguh mengejutkan."Dia juga tidak menyangka bahwa dia memiliki keterampilan seperti ini. "Aku akan membuatkanmu bunga."Pria itu tiba-tiba menghentikan gerakannya ketika bunga lipatannya sudah setengah jadi.Tunggu.Kenapa dia harus melipat benda konyol ini?Elena mendesaknya. "Cepat lipat, nanti aku akan melihat bunga lipatanmu."Setelah itu, Elena berjalan menuju meja rias, mengambil sebotol pelembab untuk dipakaikan pada wajahnya.Lampu besar di kamar tidur menyala, cahayanya sangat terang. Pria itu menoleh ke arah meja rias. Dia melemparkan bunga yang setengah jadi ke atas meja. "Aku akan mandi. "Dia tidak mau melipat lagi.Pria itu mengintrospeksi perilakunya. Dia tidak perlu bertindak sejauh ini demi menyenangkan orang lain.Suara gemericik air segera terdengar dari kamar mandi.Elena dengan pelan menutup botol pelembap. Dia berjalan ke sofa, kemu
Panggilan telepon dari Hugo menyadarkan Elena.Pintu dibanting hingga tertutup.Pria itu diusir dari kamar tidur."..."Bukankah wanita ini sangat mencintai Nathan? Kenapa dia menyerah begitu saja hanya karena ditentang oleh orang tua?Seulas senyum muncul di wajahnya, dia mengetuk pintu, lalu berkata dengan sedih. "El-el, apakah kamu nggak mencintaiku lagi? Apakah kamu ingin memberikanku kepada Briana?"Elena merasa tak berdaya. Apa kaitannya? Dia mengerucutkan bibirnya, lalu berteriak ke arah pintu. "Kaki ketiga ada di tubuhmu. Kalau kamu ingin lari ke wanita lain, aku juga nggak bisa mengendalikannya. Aku mau tidur, jangan ganggu. Pokoknya, aku nggak mau pergi ke ibu kota!""..."Keesokan harinya ketika bangun, Elena mandi, lalu menggosok matanya sambil keluar dari kamar tidur. Dia melihat bangau kertas yang menggantung di seluruh rumah.Pikirannya langsung sadar."Aku begadang sepanjang malam untuk melipat bangau kertas." Nathan berjalan ke arah Elena, merangkul bahunya, kemudian m
Pria itu tersenyum, kemudian memegangi kaki Elena, memakaikan sepatu.Setelah itu, dia menjelaskan, "Malam ini kita tinggal di Kediaman Ransford, besok kita tinggal di luar."Artinya, Elena hanya perlu menahannya selama satu malam."Hm."Elena tidak berminat melanjutkan topik ini dengan pria itu. Mereka sudah tiba di Kediaman Ransford, apakah dia masih bisa mundur?...Saat ini, di ruang tamu Kediaman Ransford, Briana terus melihat ke arah pintu.Stella tersenyum sembari berkata, "Dia seharusnya sudah mau tiba."Briana, yang mengenakan gaun warna-warni, tersenyum menawan.Tidak lama kemudian, mereka mendengar suara langkah kaki.Seorang pria dan seorang wanita melangkah masuk. Pria itu merangkul wanita itu.Briana berdiri, lalu berjalan mendekat sambil tersenyum. "Kak Nathan."Dia mengangguk datar pada Elena. "Nona Elena."Tata kramanya dijaga.Elena tersenyum tipis.Nathan melihat Briana sekilas dengan acuh tak acuh, lalu menoleh ke arah Michael, berkata, "Siapkan sarapan yang cocok u
Menghadapi permintaan maaf Briana, Elena dengan tenang menerimanya, kemudian dengan ekspresi datar berkata, "Oh, benarkah? Kalian berdua pernah bersama sebelumnya? Apakah kamu yakin?"Briana mengernyit. "Nona Elena, kamu ... lupakan saja. Kamu nggak percaya, aku juga nggak berdaya."Ketika Elena mendengar kata-kata tersebut, dia merasa lucu. Dia terkekeh, bersandar di sofa, dengan malas menyentuh perutnya sambil berkata dengan santai. "Oh, lupakan saja kalau begitu. Aku nggak percaya juga."Briana tidak menyangka Elena sama sekali tidak merasa marah."Nona Briana, aku mendengar dari Nathan kalau anakmu adalah anaknya Atlas." Kata-kata Elena sebenarnya juga mengandung unsur penyelidikan."Sebenarnya aku dan Atlas sudah lama putus." Briana tersenyum malu-malu. "Apakah anak-anakku milik Kak Nathan atau bukan, jawabannya akan terungkap pada perayaan seratus hari. Nona Elena, kata-kataku mungkin lebih lugas, kamu mungkin nggak suka mendengarnya. Ada satu hal yang harus kamu ketahui, aku ada