...Ketika Kaedyn kembali ke bangsal, dia melihat Elena baru saja hendak turun dari kasur. "Untuk apa yang kamu turun? Bunyikan bel saja kalau kamu butuh sesuatu."Elena masih bisa pusing. Bisa gawat jika dia terjatuh, lalu menabrak sesuatu.Elena sudah punya pengalaman, dia tidak bangun mendadak."Ke toilet."Ketika Kaedyn melihat Elena berjalan perlahan ke toilet, dia awalnya ingin membantu.Namun, mengingat penolakan Elena terhadapnya, Kaedyn pun tidak memapah Elena. Dia hanya mengawasi Elena untuk mencegahnya jatuh.Elena tidak akan bercanda tentang tubuhnya. Dia tidak sendirian sekarang, ada seorang bayi di dalam perutnya.Setelah dia masuk ke toilet, matanya sedikit berair.Perasaan ini dia alami lagi ketika dia dirawat di rumah sakit, tetapi tidak ada kerabat yang membantunya.Elena keluar dari toilet, Kaedyn meletakkan bubur di atas lemari.Dia menoleh ke arah Elena. "Martin sudah membelikan ponsel untukmu, ada di dalam kantong ini. Dokter bilang kamu hanya boleh makan makanan
Janine yang berhasil mengambil rambut Aurora pun kembali ke kamar, kemudian segera mencari plastik untuk menyimpan rambutnya.Dia perlahan menghela napas.Menyeramkan sekali.Briana tiba-tiba berdiri di belakang Janine, membuat Janine ketakutan setengah mati.Janine melihat jam, lalu menelepon Elena, ingin memberi tahu Elena bahwa dia telah mengambil rambut si kembar.Telepon diangkat, kemudian terdengar suara pria.Janine, "?"Apakah dia salah menelepon?"Siapa kamu?""Kaedyn," jawab Kaedyn dengan tenang. "Elena meneleponmu dengan ponselku hari ini. Aku akan pergi ke rumah sakit besok untuk memberitahunya kalau kamu mencarinya.""Oh, oke, terima kasih."Janine menutup telepon, menatap telepon sambil berpikir.Apa yang terjadi? Kenapa Elena menggunakan ponsel Kaedyn untuk meneleponnya?..."Ada orang hilang atau orang mati di Negara Amos setiap hari. Sekarang sini sangat kacau, sulit untuk menemukan seseorang. Nona Elena, harapanmu untuk menemukan seseorang sekarang sangat kecil.""Ter
Saat Janine sedang bertelepon dengan Elena, seseorang mengetuk pintu kamar."Kak El, tunggu, aku akan membuka pintu."Dia pergi untuk membuka pintu, kemudian melihat Briana yang berdiri di depan pintu.Briana tersenyum tipis. "Janine, orang tuamu sedang menunggumu di ruang tamu.""Terima kasih." Janine mengerutkan kening, agak marah. "Siapa yang membiarkan mereka masuk?"Briana pergi sambil tersenyum.Janine menutup pintu, lalu berkata kepada Elena. "Kak El, aku akan turun ke lantai bawah. Sudah dulu ya. Orang tuaku datang."Elena berpesan, "Sekarang Nathan nggak ada. Kamu harus melindungi dirimu sendiri, jangan mendekati si kembar.""Hm, aku tahu. Mereka adalah permata Keluarga Ransford sekarang." Janine menutup telepon setelah mengatakan itu.Dia mengusap wajahnya, keluar dari kamar tidur, lalu turun ke bawah.Di ruang tamu lantai bawah hanya orang tua Janine. Stella pergi menonton peragaan busana, sedangkan Briana serta yang lainnya tidak ada di ruang tamu.Dengan raut dingin, Mina
Kaedyn jarang datang ke kelab, kecuali untuk bertemu klien.Dia mengenakan kemeja putih dan tampak dingin. Beberapa gadis awalnya ingin minum bersama Kaedyn, tetapi mereka tidak berani karena aura Kaedyn yang dingin.Jasnya diletakkan di meja."Tuan Kaedyn, kenapa kamu datang ke kelab siang bolong? Apakah Grup Burchan sudah mau bangkrut?"Bourne meletakkan sikunya di meja, lalu duduk di kursi tinggi. Dia memandang Kaedyn sambil berdecak. "Langka sekali."Dia menoleh ke bartender, lalu memesan minuman. "Koktail, terima kasih."Dua pria bertubuh besar, yang satu tampak liar, satunya lagi tampak dingin. Mereka duduk di bar sambil minum.Kaedyn menyesap pelan-pelan.Sedangkan Bourne meneguk dengan rakus. Dia mengambil gelas anggur, mendongak untuk minum. Dadanya sedikit terbuka, dia seperti pemimpin bandit.Mereka berdua tidak minum banyak, hanya bersantai.Pria tak mungkin minum karena patah hati, itu adalah pengecut.Kaedyn menghabiskan minumannya, mengambil mantelnya lalu pergi.Dia kel
Elena bangun di pagi hari.Dengan rambut acak-acakan, hal pertama yang dia lakukan adalah mencari kabar Nathan.Tidak ada kabar Nathan hari ini.Dia telah menghubungi orang-orang di Negara Amos untuk bantu mencari, tetapi tidak ada kabar juga hari ini.Elena melamun sejenak, kemudian dia bangun untuk mandi.Hari ini, dia akan membuat KTP baru.Dia mengambil kartu keluarga di laci.Ketika Elena membuka laci, dia melihat beberapa kartu ATM.Dua di antaranya adalah miliknya, satunya lagi adalah pemberian Nathan.Pada hari Elena diculik, semua kartu yang dia bawa hilang. Untungnya, dia tidak terbiasa membawa semua kartu.Elena sibuk dengan pikirannya sendiri.Setelah sarapan sederhana, dia berkendara untuk membuat KTP baru. Dia harus menunggu sepuluh hari untuk mendapatkannya.Setelah makan semangkuk mi di luar pada siang hari, Elena pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan.Rumahnya masih perlu dibersihkan.Dia menyibukkan dirinya.Malamnya, demi nutrisi, Elena memilih untuk masak
Elena mengerutkan kening. "Tuan Kaedyn, bolehkah aku meminta satu hal darimu?""Katakan."Di belakang Elena adalah gerbang.Dia tidak bisa melangkah mundur lagi meski dia ingin.Dia dengan tenang mengangkat pandangannya, lalu berkata, "Berapa biaya untuk menyelamatkanku dari tempat itu? Aku nggak bisa membalas budimu, tapi aku bisa mengganti uangnya."Setelah mendengar apa yang dikatakan Elena, Kaedyn terkekeh dengan suara yang sedikit dingin. "Apakah aku menyelamatkanmu agar kamu mengganti uangnya?"Wajah Elena penuh dengan kebingungan. Dia bertanya dengan serius. "Kalau begitu kenapa kamu tiba-tiba berbaik hati menyelamatkanku?"Kaedyn merasa tenggorokannya tercekat.Berdasarkan sikap defensif Elena terhadapnya saat ini, jika Kaedyn berani mengatakan bahwa dia ingin mengejar Elena lagi, Elena pasti akan langsung mengamuk.Kenapa ada wanita yang begitu sulit dihadapi?Frustrasi.Suasana terasa mencekam sesaat.Kaedyn merapikan lengan bajunya, lalu berkata dengan raut dingin. "Dua ribu
"Elena sepertinya hamil.""Aku melihat Kakak menemaninya ke rumah sakit beberapa hari yang lalu."Ketika Glenna mengucapkan kalimat pertama, Marcella tidak memberikan reaksi apa pun.Elena bukan lagi menantu Keluarga Burchan, kehamilannya tidak ada hubungannya dengan mereka.Namun, kalimat kedua Glenna ada kaitannya."Glenna, apa yang baru saja kamu katakan?"Marcella tidak percaya dengan apa yang dia dengar, dia meletakkan cangkir tehnya."Aku melihat Kakak menemani Elena ke rumah sakit beberapa hari yang lalu. Setelah aku meminta seseorang untuk mencari tahu, hari ini baru diketahui kalau Elena hamil."Wajah Glenna cemberut. Elena benar-benar terus membayangi mereka."Apa yang kamu bicarakan?" Ekspresi Marcella kurang baik, dia berkata dengan nada tegas. "Jangan bicara sembarangan seperti itu di luar."Glenna cemberut, lalu dia berkata, "Ibu, aku hanya mengatakannya kepada Ibu. Jangan khawatir, aku nggak akan bicara sembarangan di luar. Bagaimana kalau Ibu tanya pada Kakak?"Marcella
Stella hanya mengingatkan beberapa hal sebagai bantuan, tetapi dia tidak perlu berusaha keras untuk membantu Briana.Briana bukanlah orang idiot. Dia berterima kasih atas kebaikan Stella.Status Briana agak mencanggungkan karena dia dan Nathan belum menikah. Namun untungnya, Briana adalah putri dari Keluarga Edkins di Kota Burgan, latar belakang keluarganya lumayan terpandang.Janine sedang menonton TV di ruang tamu dengan bantal di dalam pelukannya, sementara Stella dan yang lainnya menunggu waktu untuk pergi ke jamuan amal.Stella teringat Glenna, lalu dia bertanya pada Briana. "Apakah kakak sepupumu, Bourne, sudah punya pacar?""Nggak, kedua kakak sepupuku nggak punya pacar." Briana penasaran mengapa Stella menanyakan hal ini."Cucu perempuanku, Glenna, sudah usianya untuk menikah. Aku berencana mencarikan pria untuknya."Hanya bantu mencarikan. Stella tidak mengatakannya terlalu jelas.Briana tiba-tiba sadar. Ternyata demi Glenna.Kakak sepupunya pasti tidak menyukai wanita seperti
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat