Stella hanya mengingatkan beberapa hal sebagai bantuan, tetapi dia tidak perlu berusaha keras untuk membantu Briana.Briana bukanlah orang idiot. Dia berterima kasih atas kebaikan Stella.Status Briana agak mencanggungkan karena dia dan Nathan belum menikah. Namun untungnya, Briana adalah putri dari Keluarga Edkins di Kota Burgan, latar belakang keluarganya lumayan terpandang.Janine sedang menonton TV di ruang tamu dengan bantal di dalam pelukannya, sementara Stella dan yang lainnya menunggu waktu untuk pergi ke jamuan amal.Stella teringat Glenna, lalu dia bertanya pada Briana. "Apakah kakak sepupumu, Bourne, sudah punya pacar?""Nggak, kedua kakak sepupuku nggak punya pacar." Briana penasaran mengapa Stella menanyakan hal ini."Cucu perempuanku, Glenna, sudah usianya untuk menikah. Aku berencana mencarikan pria untuknya."Hanya bantu mencarikan. Stella tidak mengatakannya terlalu jelas.Briana tiba-tiba sadar. Ternyata demi Glenna.Kakak sepupunya pasti tidak menyukai wanita seperti
"Ibu kenapa Ibu tiba-tiba menanyakan tentang kehamilan Elena lagi?"Glenna pergi ke arena pacuan kuda dan tidak melihat sosok Bourne, dia cukup bosan sekarang.Saat ini dia menerima panggilan telepon dari Marcella, kebetulan bisa mengusir kebosanannya."Nggak ada salahnya sedia payung sebelum hujan."Marcella mendengarkan nasihat ibunya, dia tidak berencana melakukan apa pun.Glenna mendengus lalu berkata, "Menurutku janin dalam perut Elena bukan anaknya Kakak. Entah milik pria mana."Ketika Brandon dan beberapa temannya berjalan melewati belakang Glenna, dia kebetulan mendengar kata-kata Glenna.Elena hamil?Brandon mengernyit."Tuan Muda Brandon, kenapa kamu nggak memasang taruhan hari ini?"Mereka datang untuk menonton pacuan kuda sekaligus memasang taruhan.Brandon juga mengirim orang ke Negara Amos untuk mencari Nathan. Dia tak mungkin punya suasana hati untuk taruhan.Glenna berbalik, lalu melihat Brandon dan yang lainnya, tetapi tidak ada Bourne.Dia kembali menghadap ke depan,
"Aku terus merasa ada yang mengawasiku."Elena mengusap keningnya dengan lelah. Dia tidak bisa tidur nyenyak selama dua malam, suaranya sangat serak.Dia berkata kepada Bella dengan tak berdaya.Bella adalah dokter wanita yang menangani Elena ketika dia dirawat di rumah sakit sebelumnya.Bella mengerutkan kening ketika mendengar pernyataan Elena.Dia memeriksa tubuh Elena.Setelah pemeriksaan, Bella memandang Elena yang tampak pucat sekaligus lelah.Sebelumnya, pria tampan itu mengatakan bahwa ayahnya anak Elena telah tiada.Bella merasa kasihan. Dia menyadari bahwa Elena mungkin perlu menemui psikiater.Dia berkata dengan lembut kepada Elena. "Nona Elena, aku mendaftar psikiater untukmu. Demi kebaikanmu dan anakmu, aku sarankan untuk melakukan pemeriksaan. Karena kamu sedang hamil, aku nggak bisa meresepkan obat tidur untukmu."Elena tertegun sejenak, lalu dia tersenyum tak berdaya. "Oke, terima kasih."Dia mungkin harus menemui psikiater.Bella telah mendaftarkannya. Elena meninggalk
Kondisi Elena tidak memungkinkan dia untuk menyetir, jadi dia naik taksi.Ada beberapa taksi yang diparkir di seberang jalan.Saat Elena hendak menyeberang, seseorang tiba-tiba mencekal lengannya.Kaedyn mengerutkan kening. "Elena, sekarang lampu merah."Dia menatap wanita yang ada di depannya. Elena memakai masker, tetapi matanya merah.Elena perlahan mengangkat tatapannya, menahan ketidaknyamanannya. "Terima kasih."Tadi Elena melamun.Kaedyn merasa kondisi Elena sangat buruk, jadi dia tidak melepaskan lengan Elena. "Mau ke mana? Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu. Kamu sudah boleh melepaskanku." Elena menarik lengannya, tetapi gagal. Dia pun mengernyit.Tatapan Kaedyn dalam. "Aku antar. Martin juga ada di dalam mobil."Elena melihat Kaedyn sekilas. Karena kurang istirahat, dia menjadi emosian. "Nggak perlu. Lepas. Apakah kamu nggak mengerti bahasa manusia?"Mengingat Kaedyn telah menahannya di lampu merah tadi, Elena menghela napas dalam hati. "Maaf."Kaedyn menatap Elena lama seka
Sebenarnya awalnya Briana tidak berpikir untuk memberi tahu Hugo tentang kehamilan Elena.Namun, dia merasa bahwa mengatakannya lebih untung ketimbang tidak mengatakannya.Hugo memandang Briana, lalu tersenyum. Dia seperti orang tua yang enak diajak berdiskusi. "Briana, apa yang ingin kamu lakukan?"Keturunan Keluarga Ransford sangat sedikit, jadi Hugo tentu tidak akan membiarkan anak Nathan mengembara di luar.Ketika Briana mendengar Hugo bertanya padanya, dia tertegun sejenak sebelum berkata dengan ragu. "Aku nggak tahu.""Kalau begitu, kita tunggu Nate pulang, biar dia mengambil keputusan sendiri. Kita akan berpura-pura nggak tahu tentang kehamilan Nona Elena." Hugo mengambil susu khusus orang tua itu. "Sudah larut sekali, cepat istirahat.""Oke, Paman Hugo juga cepat istirahat."Briana keluar dari ruang kerja, kemudian menutup pintu ruang kerja dengan senyuman tipis tercetak di bibirnya.Tentu saja Briana tahu bahwa Hugo tidak akan melakukan apa pun meski dia mengetahui kehamilan E
Ada yang ingin mengerjainya.Elena mengerutkan kening. Dia berencana mengunjungi psikiater di rumah sakit lain.Dia tidak percaya bahwa dia menderita paranoid.Kaedyn melihat Elena yang berusaha menenangkan diri. "Itu ular hijau, nggak beracun. Tunggu aku di luar."Kaedyn memegang jasnya, hendak masuk ke dalam rumah.Elena menarik lengan baju Kaedyn. "Tunggu, untuk apa kamu masuk? Aku akan menunggu ahli penangkap ular."Pria itu menunduk, melihat dua jari yang menarik lengan bajunya.Hanya dua jari, gerakan yang sangat jaga jarak."Dia nggak beracun. Aku akan menangkapnya. Setelah ahli datang, ia mungkin sudah masuk ke dalam kamar."Kaedyn mengatakan fakta dengan nada dingin.Elena merasa merinding saat memikirkan adegan itu.Bayangkan, dia sedang tidur, lalu tiba-tiba seekor ular muncul di atas kasur.Elena segera melepaskan jarinya dari lengan baju Kaedyn.Kaedyn tersenyum tipis, kemudian menyerahkan jasnya kepada Elena.Dia berjalan pelan-pelan menuju pot pohon uang.Elena memegang
Elena memperingatkan dirinya untuk tidak bersikap paranoid. Pasti ada yang ingin mengerjainya selama ini.Dia tidak sakit.Kaedyn menatap dua orang yang berpelukan itu dengan tatapan dingin.Matanya bertemu dengan mata Nathan.Mereka membuang muka dengan datar.Kaedyn mengambil jas, keluar dari ruang tamu dengan ekspresi dingin, lalu pergi....Nathan melepaskan Elena, tangannya memegang tangan Elena, tatapannya penuh kasih sayang. "El-el, maaf."Elena awalnya ingin memarahi Nathan.Apa yang menimpa Elena selama ini membuat akumulasi depresinya sudah mau meledak.Namun, mengingat Nathan berhasil bertahan hidup dari bahaya ....Elena hanya memasang ekspresi dingin, tidak memarahi Nathan.Dia mengulurkan tangannya dengan marah, matanya merah. "Baguslah kamu pulang."Elena berbalik, menggigit bibirnya.Nathan menduga Elena sedang marah, jadi dia memeluk Elena dari belakang, kemudian meletakkan dagunya di bahu Elena. "Maaf, nggak akan terjadi hal seperti ini lagi. Aku jamin.""Masalahnya s
Tepat ketika Nathan hendak menciumnya.Elena pura-pura batuk, lalu menoleh ke samping.Meskipun dia siap mengakui bahwa dia menderita paranoid, Elena tetap merasa ada yang janggal.Secara logika, jika dia melihat Nathan kembali, dia seharusnya akan mencium Nathan dengan panas."Gawat, hari ini panas sekali. Apakah aku akan demam?" Elena mengerutkan kening sambil menarik napas.Nathan menatap Elena dengan lekat. Dia merasa menyesal karena Elena tak hanya kehilangan berat badan, tetapi kondisinya juga terlihat buruk. "El-el, jangan lupa, aku seorang dokter. Besok aku akan membawamu ke rumah sakit untuk diperiksa.""Jangan besok, lain hari saja. Besok aku akan menghadiri perayaan ulang tahun teman," jelas Elena.Sebenarnya dia akan menemui psikiater besok pagi, lalu pergi ke rumah Martin untuk menghadiri perayaan ulang tahun Jenny sore hari.Nathan mengerutkan kening. Dia jelas tidak setuju. "Apakah kamu harus pergi? Kondisimu terlihat sangat buruk sekarang.""Hm, harus. Kondisiku buruk k