Keesokan siangnya.Elena pergi ke Victoria Residence untuk mencari Janine.Dia membeli dua kotak makan siang dan teh susu dalam perjalanan.Berdasarkan pemahaman Elena tentang Janine, Janine mungkin baru tidur.Elena mengeluarkan kunci untuk membuka pintu lalu masuk. Janine melihatnya, kemudian dengan gembira mendekat untuk mengambil makan siang. "Hari ini suhunya 30 derajat lebih, di luar sangat panas.""Ya, panas sekali. Aku mandi dulu, kamu makan dulu."Barang-barang Elena di Victoria Residence belum dipindahkan semua, masih ada pakaiannya di tempat ini.Setelah Elena keluar dari kamar mandi, dia kebetulan mendengar Janine bertelepon dengan seseorang sambil makan."Kak El sudah membeli makan siang untukku." Ketika Janine melihat Elena keluar dari kamar mandi, dia berkata kepada Bourne yang ada di ujung telepon. "Aku mau makan, sudah dulu ya, dah ...."Setelah menutup panggilan telepon, Janine tampak berpikir keras.Elena duduk. Dia membuka kotak makan siangnya, lalu menatap Janine.
Pintu mobil ditutup, mobil melaju pergi.Felicia tertegun sejenak....Pertemuan Elena dengan Felicia hanyalah sebuah gangguan kecil.Ketika mobil melewati butik pria, Elena meminta sopir untuk menghentikan mobilnya.Butik khusus ini ada tiga lantai.Tiba-tiba terlintas dalam benak Elena bahwa dia belum pernah membelu hadiah untuk Nathan.Elena keluar dari mobil dengan perasaan bersalah, kemudian masuk ke butik. Dia melihat-lihat, lalu memutuskan untuk membeli kemeja untuk Nathan."Elena?" Martin berjalan ke bawah dan kebetulan melihat Elena yang sedang memilih kemeja. "Kebetulan sekali."Elena menoleh, lalu menyapa Martin.Kaedyn sedang bertelepon. Dia berjalan di belakang Martin, matanya tertuju pada Elena, kemudian dia melihat kemeja pria yang ada di tangan Elena.Elena memilih sebuah kemeja, lalu membawanya ke konter kasir.Setelah membeli pakaian, dia merasa terlalu sederhana, jadi setelah berpikir, dia pun memesan sebuah restoran.Elena mengirim pesan untuk Nathan: "Tuan Nathan,
Doreen pergi merekam acara "Teroboslah" hari ini.Kali ini acaranya diadakan di Danau Margo.Setiap peserta yang berpartisipasi dalam acara harus mendayung perahu ke seberang dengan dayungnya masing-masing.Perahu Doreen tenggelam di tengah danau.Untungnya, dia bisa berenang.Para kru juga menyiapkan penyelamat.Saat Doreen naik ke daratan, riasannya sudah luntur.Ada paparazi yang berjongkok di tepi danau untuk melaporkan berita. Mereka mengambil foto Doreen yang riasannya luntur.Wendy menahan amarahnya. Dia membungkus Doreen dengan jaket. "Apa-apaan tim acara ini? Apakah perahunya nggak diperiksa dulu?"Dia membawa Doreen ke dalam mobil terlebih dahulu."Hari ini terjadi hal seperti ini, jangan rekam lagi. Agak sial."Doreen pun berkata dengan marah, amarahnya perlahan naik.Dia tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini pada hari pertamanya bekerja.Tepat pada saat ini, Nyla menelepon.Doreen awalnya tidak ingin mengangkatnya karena mengira mereka masih ingin menanyakan tentan
Di Negara Amos beriklim hutan hujan tropis.Cuacanya bisa sepanas tiga puluh enam derajat malam ini.Kulit Adris yang awalnya cerah pun menjadi belang setelah berjemur beberapa hari di tempat itu.Warna kulitnya sudah mendekati cokelat.Dia bersembunyi di sebuah rumah dalam gang di Negara Amos yang kacau, kesabarannya telah mencapai batas.Adris mendengarkan kebisingan penduduk lokal berbicara di luar. Sangat berisik di tengah malam. Jemari lentiknya menjepit sebatang rokok.Kakinya yang bersilang diletakkan di atas meja tua yang rendah. Dia telanjang dada karena kepanasan, kalung gigi gajah berwarna putih menggantung di lehernya.Tempat terkutuk.Apa daya, Adris harus beradaptasi.Bahkan ketika dia ingin mencari wanita untuk melampiaskan kebutuhan biologisnya, dia harus menyalakan lampu yang terang.Si bajingan Nathan juga harus datang menikmati kesenangan di sini.Adris bertelepon dengan Kaedyn, seolah-olah mereka memiliki hubungan yang baik. "Setelah Nathan datang, aku akan senang.
Ketika Doreen melihat Kaedyn, dia menjelaskan sambil tersenyum masam. "Aku hanya ingin menggendong anak, tapi pengasuhnya melarangku. Apakah aku nggak boleh menggendong anak sendiri?""Berikan Freya kepadaku." Kaedyn mengulurkan tangan untuk mengambil Freya.Doreen memeluk Freya erat-erat, membalikkan tubuhnya ke samping, matanya berkaca-kaca. "Kae, bisakah kita bicara? Bisakah kamu membantuku demi anak kita?"Kaedyn memandang Doreen dengan tatapan dingin. "Kamu bukan ingin menggendong anak, tapi ingin menemuiku untuk meminta bantuanku."Doreen benar-benar tidak percaya bahwa Kaedyn akan menilainya seperti itu. "Bukan ....""Nggak penting." Kaedyn tidak ingin beromong kosong dengan Doreen. "Penjelasanmu nggak penting. Serahkan anaknya kepadaku."Doreen mungkin tahu bahwa Kaedyn tak akan membantunya.Dia menunduk untuk menatap anak yang ada di dalam gendongannya.Doreen menyerahkan Freya kepada Kaedyn, kemudian berjalan kembali ke mobilnya. Dia membuka pintu mobil, masuk lalu berkata ke
Pada pukul tujuh malam, Nathan pulang membawa sebuah akuarium kecil.Ada dua ikan kecil di dalam akuariumnya.Elena sudah selesai memasak makan malam. Dia pergi mandi dan keramas. Sebelum rambutnya dikeringkan, dia mendengar suara langkah kaki."El-el, Tuan Nathan-mu sudah pulang."Elena menggantung handuk di kepalanya, mengenakan sandal, lalu berjalan keluar dari kamar mandi.Dia mengenakan piama hitam bertali spaghetti, kulitnya yang terekspos tampak sangat putih.Nathan memegang akuarium dengan kedua tangannya sambil mencari tempat yang cocok untuk meletakkannya.Dia melihat ke arah Elena. "Akuariumnya diletakkan di sebelah TV. Bagaimana menurutmu?""Kenapa kamu tiba-tiba ingin memelihara ikan?" Elena melihat akuarium berisi dua ekor ikan mas kecil biasa yang ada di tangan Nathan. "Taruh di atas meja kopi saja."Nathan menyerahkan akuarium itu kepada Elena. "Kebetulan lewat. Untukmu."Dia berencana membeli sesuatu untuk Elena setelah pulang kerja setiap harinya.Dua ikan kecil terse
Nathan akhirnya menjilat pemabuk itu sampai puas, kemudian dia membujuk Elena untuk kembali ke kamar."Air." Elena berbaring di kasur dengan tangan dan kaki terentang lebar, meminta air.Nathan keluar untuk mengambilkan segelas air hangat.Setelah kembali ke kamar, dia melihat Elena telah menelanjangi dirinya.Pembuluh darah berdenyut di dahi pria itu.Nathan berjalan ke samping kasur, membungkuk, membantu Elena bangun, kemudian membiarkannya minum air."Buku mulut, minum.""Oh."Elena berhenti minum setelah minum dua teguk. Dia mengangkat tangannya, lalu meletakkannya di bahu Nathan.Nathan meletakkan satu lengan di samping Elena, meletakkan gelas dengan tangan lainnya.Cahaya di dalam kamar terang.Elena membuka matanya, menatap pria yang ada di atasnya. Jika dilihat dengan lekat, tatapan Elena masih tampak linglung.Rahang Nathan mengeras, jakunnya naik turun, tatapannya gelap.Mereka sudah saling menyalakan api gairah saat di halaman tadi."Tidurlah dengan nyenyak. Jangan minum min
Kala itu, Nathan juga berusia lima belas tahun. Dia dengan malas meletakkan tangannya di belakang kepalanya sambil berkata, "Adikku, Nelly."Adris memandang Nelly. "Dia adalah gadis genius legendaris keluargamu itu. Halo dik, namaku Adris."Demi melindungi Nelly, Keluarga Ransford jarang mengizinkannya tampil di jamuan makan ataupun depan umum.Namun, Adris juga mendengar bahwa putri Keluarga Ransford kurang sehat, sering sakit.Nelly melihat Adris sekilas dengan ekspresi datar. "Halo, aku Nelly."Adris mengusap kepalanya dengan malu sembari tersenyum.Karena ada Nelly, Adris dan Nathan menjadi pergi bermain basket hari itu.Nelly duduk di samping, mengeluarkan sebuah buku dari ranselnya, kemudian membacanya.Setiap kali Adris menembakkan bola ke dalam keranjang, dia melihat ke arah Nelly. Dia bertanya pada Nathan dengan suara rendah. "Adikmu keluar hanya untuk membaca?"Nathan bertanya balik. "Kamu keberatan?""Nggak!"Nelly tidak selalu mengikuti Nathan keluar.Namun, mereka bertiga