“Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?”Suara bel yang menggema di penjuru ruangan, membuat baik Zaya dan Gea saling berpandangan setelah sama-sama berpakaian rapi, bersiap akan sarapan.“Kamu nggak pesen paket, kan?” Zaya menanggapi pertanyaan Gea barusan sambil menoleh ke arah pintu.“Aku nggak pesan apa-apa. Lagi pula nggak mungkin kurir mengantar paket sepagi ini, Za,” ujar Gea diangguki Zaya.Gadis berambut pendek itu pun langsung melangkah ke arah pintu dan mendapati seorang lelaki sedang membawa sebuah paperbag tengah tersenyum, kemudian bertanya padanya.“Maaf, apa benar di sini kediaman Nona Zaya?”Gea mengangguk. “Iya, Anda siapa?”“Saya kurir, Nona. Ini ada kiriman buat Nona Zaya. Mohon diterima!” Pria itu menyodorkan sebuah paperbag pada Gea. Lalu, tanpa banyak kata, kurir itu undur diri setelah berhasil menyerahkan paket yang harus ia antarkan.“Siapa, Gea?” Zaya yang ikut menyusul ke depan, langsung bertanya pada Gea.Gadis cantik berambut sebahu itu menoleh, setelah seb
Gea membiarkan Zaya menangis untuk meluapkan sesak di dada yang selama ini terpendam. Gadis yang telah menemani hari-hari Zaya sejak zaman kuliah itu sengaja mengurung diri di kamar semalam saat tante Nadia datang dan memanfaatkan waktunya untuk mencari artikel-artikel tentang permasalahan yang dihadapi oleh Zaya dan Evan.Bukan hanya sedikit perceraian yang terjadi karena masalah penampilan, tapi ada banyak kasus yang membuat Gea semakin dalam menggali kasus yang mirip dengan sahabatnya tersebut dan menemukan bahwa memang rumah tangga harus benar-benar dijaga, tidak bisa hanya mengandalkan cinta belaka. Cinta yang di awal terasa begitu menggebu-gebu akan berangsur padam ketika masuk dalam sebuah ikatan pernikahan, bahkan akan berubah menjadi hambar, terutama jika pasangan suami istri tidak membuat inovasi baru dalam rumah tangga mereka yang bisa membuat rasa jenuh itu hilang. Karena pada dasarnya pasangan suami istri akan mengulangi kegiatan yang sama berhari-hari dan akan bertemu
Semua penjelasan Gea tadi pagi akhirnya bisa diterima oleh Zaya. Entah kenapa sifat keras hati yang ia pertahankan beberapa hari ini sirna tak berbekas. Semua untaian kata yang terucap dari bibir Gea merasuk ke dalam kalbunya. Tiba-tiba, timbul rasa bersalah yang luar biasa di dalam dirinya atas kelalaiannya menjaga keutuhan rumah tangganya.Bukan berarti ia tidak benci dengan apa yang dilakukan oleh mantan suaminya, tapi ketika ia telusuri lagi dan ia tonton kembali video serta artikel-artikel yang dikirimkan oleh Gea, barulah ia menyadari sesuatu, bahwa rumah tangga itu harus dibangun bersama bukan hanya salah satu pihak saja. Kesibukannya mengurus rumah tangga serta sibuknya sang suami di luar sana dengan segala godaan serta keindahan yang selalu dilihat berhari-hari, tentu saja membuat suaminya membandingkan antara apa yang ia lihat di kantor dan apa yang ia lihat di rumah. Meskipun begitu, Zaya tidak membenarkan apa yang dilakukan oleh Evan, tapi besar kemungkinan ada juga andil
Evan baru saja sampai ke kantornya. Semalaman ia tidak bisa tidur, terus terbayang wajah sang mantan istri. Sungguh tidak sanggup rasanya kehilangan wanita itu selama-lamanya. Evan selalu berdoa setiap ia mengirimkan hadiah untuk Zaya, berharap Zaya mengingat semua kenangan manis saat bersamanya lalu terketuk pintu hatinya dan mau memaafkannya.“Apa kamu baik-baik saja, Van?”Suara Dimas membuyarkan lamunan Evan yang baru saja akan duduk di kursinya. Pria itu spontan menoleh pada Dimas lalu menyuarakan isi hatinya.“Bagaimana mungkin aku bisa baik-baik saja kalau aku belum bisa berbaikan dengan mantan istriku, Dim. Tidak usah bertanya seperti itu lagi, deh.”Dimas mencebikkan bibirnya. “Aku nanya baik-baik, jawabnya kayak gitu.”“Nggak usah ngambek, deh! Mending buruan cari tahu soal Mira. Aku harus segera mengetahui siapa yang menjebakku. Bila perlu aku akan menyeret orang itu menghadap Zaya. Siapa tahu itu bisa menggugah hatinya.” Evan menegaskan.Dimas menghela napas panjang lalu m
Seminggu telah berlalu di mana Zaya terus-terusan menerima aneka hadiah, baik di kediaman Gea maupun di meja resepsionis di hotel tempat ia bekerja. Sesekali, Zaya menyembunyikan kado-kado yang diberikan oleh Evan dari Arga untuk menjaga perasaannya. Namun terkadang di momen tertentu, Arga memergokinya dan itu membuat Zaya tidak bisa berkutik. Jika demikian, biasanya Arga akan menasihatinya agar tak terlena dengan trik Evan.Satu minggu itu pula, Zaya terus berpikir ulang tentang wacana dan keinginan di hatinya untuk mulai mempertimbangkan Evan kembali. Saat ini pun perasaan bimbang masih terus mendominasi. Ada juga perasaan takut semua akan berulang. Itu terus mencengkeram jiwanya hingga pada akhirnya di pagi itu ia mendapatkan sebuah kotak yang cukup besar di atas mejanya yang membuat batinnya trenyuh.Kebetulan Arga belum datang sehingga ia leluasa untuk membuka kotak yang cukup besar itu di atas meja di ruangannya dan ketika ia membukanya hatinya benar-benar tersentuh.“Astaga, in
Sudah seminggu ini Evan mengirimi aneka hadiah pada mantan istrinya mulai dari aneka makanan, minuman, aksesoris dan lain sebagainya. Seminggu itu pula, Evan terus mengikuti Zaya sejak berangkat dari rumah Gea hingga sampai di hotel kakak tirinya.Begitu pun di saat pulang, Evan buru-buru meninggalkan kantor, langsung menuju hotel. Lelaki itu berharap Zaya tersentuh karena hadiah yang ia kirim dan mau menghubunginya. Namun, semua perjuangannya semingguan ini tampaknya tak membuahkan hasil. Alih-alih sukses, ia malah harus menyaksikan Zaya dan Arga semakin akrab, sampai-sampai tak melewatkan makan malam bersama setiap hari. Di titik putus asa yang dirasakan oleh Evan, pria itu memutuskan memberi hadiah sederhana, yaitu album foto-foto kenangannya dan Zaya berikut lagu favorit mereka dan pasrah menanti reaksi Zaya.“Kumohon, tergugahlah, Sayang! Aku sudah tak sanggup lagi menahan sesak di dadaku ini,” gumam Evan sambil terus menatap ke arah pintu hotel di mana Zaya baru saja masuk.Per
Aroma parfum yang menguar dari tubuh Evan saat pria itu memeluk Zaya, sungguh menenteramkan jiwa. Telah lama Zaya tak merasakan pelukan hangat ini. Kini, berada dalam dekapan sang mantan suami, Zaya merasa sedikit tenang. Isak tangis serta sedu sedan wanita cantik itu perlahan mereda.Beban yang mendera hatinya selama beberapa bulan ini seakan terangkat. Rasa cintanya pada Evan memang tak bisa ia bunuh. Pada akhirnya, Zaya tak sanggup menekan perasaannya lagi.“Aku tak akan menyakiti perasaanmu lagi, Sayang. Aku janji tak akan mengulangi semua yang pernah membuatmu terluka. Andai kamu tahu betapa tersiksanya aku setiap malam memikirkan hubungan kita. Aku menyesali semua kebodohanku. Maafkan aku!”Suara Evan entah kenapa terdengar merdu di telinga Zaya. Sungguh, ia tak mau memikirkan masa lalu lagi. Matanya saat ini terpejam, terus menikmati pelukan hangat Evan yang membuatnya tenang. Persetan dengan semuanya. Zaya tak peduli lagi. Wanita itu sudah cukup sesak selama berpisah dengan ma
Sebenarnya Evan cukup kecewa mendengar kata-kata yang terucap dari bibir Zaya. Bagaimana tidak, hampir dua bulan penuh ia stres memikirkan semua permasalahannya, terkait kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dan Zaya.Selama itu pula, Evan tidak nyenyak tidur, selalu terbayang-bayang akan mantan istrinya tersebut. Belum lagi perasaan takut kalau kakak tirinya akan merebut Zaya dari hidupnya dan itu menambah penderitaannya. Kini setelah semuanya terurai, bisa-bisanya Zaya memintanya untuk menjalani semuanya pelan-pelan, tetap jauh darinya, tak bisa secepatnya serumah lagi.Namun, Evan juga tahu jika ia memaksakan kehendaknya, maka sudah bisa dipastikan Zaya akan merasa tertekan, terdesak, dan ia akan mengalami hal yang buruk kembali, yaitu Zaya kembali mundur dan tidak ingin melanjutkan hubungan dengannya lagi. Apa boleh buat, tampaknya Evan harus banyak bersabar.“Sebenarnya aku tidak mau seperti ini. Aku sungguh merindukanmu, Sayang.”“Maaf, aku tidak bisa menjanjikan lebih. Aku