Niat Gea ingin menonton drakor seharian pun buyar. Kini di otaknya terputar bagaimana caranya menyelidiki hal yang terjadi pada Evan. Tapi bagaimana caranya?“Haruskah aku datang ke kantornya? Tapi ngapain aku ke sana? Apa yang bisa kuselidiki? Apa aku harus menemui Dimas?”Satu orang yang ia pikirkan sekarang adalah Dimas. Gea ingin meyakinkan dirinya kalau semua yang dikatakan Evan itu benar. Karena bisa saja Evan mengada-ada. Tanpa buang waktu, Gea segera berganti pakaian, bersiap untuk menemui Dimas.Wanita berambut pendek itu mengendarai mobilnya secepat yang ia bisa dan setibanya di perusahaan Evan, Gea segera menghubungi Dimas. Ia tidak ingin kehadirannya di perusahaan diketahui oleh Evan karena Gea ingin menyelidiki semuanya sendiri. Ia tidak ingin Evan memberitahu Dimas terlebih dahulu perihal kedatangannya. Bisa jadi mereka berdua bekerja sama untuk mengelabuinya, kan?Untung saja, Gea punya nomornya karena semua yang berhubungan dengan Zaya, ia pasti mengetahuinya, termasuk
“Dasar sial!” Mira yang baru saja bersitegang dengan sekutunya yang berhasil membawanya masuk ke perusahaan Evan, semakin merasa kesal saat melihat pesan yang memintanya mereset ponselnya sekarang juga.Itu pasti karena ia bercerita perihal ponselnya yang tiba-tiba hilang lalu tereset begitu saja saat ia temukan. Alhasil, video yang rencananya akan ia gunakan untuk mengancam Evan sirna tak berbekas. Parahnya, video yang ia simpan di laptopnya juga tak ada lagi karena ketika ia pulang, apartemennya berantakan dan laptopnya hilang dicuri orang.Mira akhirnya tahu kalau semua itu pasti suruhan Dimas atas perintah Evan. Kini, orang yang berada di balik perceraian Evan dan Zaya, terus-menerus mendesaknya agar bisa menjebak Evan, bahkan kalau bisa segera memaksanya menikah dengannya.“Apa kamu pikir aku tak mau melakukan itu? Aku ingin karena aku juga suka pada pak Evan. Aku juga ingin jadi nyonya besar yang kaya raya. Masalahnya aku belum dapat timing-nya karena manajerku menyiksaku denga
“Aku akan menunggumu pulang. Sebentar lagi pasti kamu akan sampai dan aku akan langsung menerkammu saat kamu membuka pintu.”Mira nekat. Ia buru-buru pulang dari kantor setelah jam kerja usai dan tujuannya langsung ke rumah Evan. Wanita genit itu menunggu di sekitar pekarangan rumah Evan dan akan melakukan hal gila, hal yang sama seperti yang ia lakukan saat dipergoki Zaya sesaat ketika pria idamannya itu membuka pintu. Wanita yang selalu berpenampilan seksi itu yakin kalau Evan pasti tak akan bisa menahan godaan darinya karena ia tahu persis atasannya itu sudah puasa cukup panjang. Dengan ciuman panasnya, perempuan binal itu yakin bisa mengajak Evan bermain hingga pagi. Setelahnya, Mira akan meminta tanggung jawab, minta dinikahi sehingga misinya selesai.“Tak sabar rasanya ingin bermain denganmu, Pak Evan sayang.” Mira menggumam riang sambil mulai membayangkan betapa menggeloranya permainan panasnya nanti bersama CEO-nya itu.Namun, setengah jam menanti, lelaki yang ia sukai itu ta
“Hari ini tidak mau diantar, Za?” Zaya tersenyum lembut pada Arga yang saat ini membantunya masuk ke dalam mobil. Sorot mata geli tercetak jelas di wajahnya. “Kok, nanyanya gitu? Kan, aku sudah beberapa hari ini naik mobil sendiri?”Arga terlihat kecewa, tapi sedetik kemudian senyuman tersungging di bibirnya. “Ya, kali aja kamu lelah menyetir sendiri dan mau pulang bersamaku.”Zaya kembali tersenyum geli. Ia menatap serius wajah Arga yang masih berdiri di dekat pintu mobilnya yang belum ia tutup lalu berkata. “Selagi tidak ada masalah dengan kendaraanku dan selagi kita tidak memiliki kegiatan di luar, kurasa aku akan tetap pulang sendiri. Kan, aku juga dari dulu memang sudah mandiri?”“Aku tahu itu. Aku hanya ingin mengajakmu makan mie ayam lagi di tempat kemarin atau ke mana pun yang menunya enak.” Pria itu mengutarakan keinginannya makan malam bersama Zaya.Zaya seketika semringah. “Yang bener, Ga?” Arga menganggukkan kepalanya. “Iya, aku ingin makan di pinggir jalan seperti semal
“Kenapa dia selalu tidak mau mengangkat panggilan dariku?”Nadia menggumam kesal sambil terus berusaha menghubungi Arga. Wanita paruh baya itu sungguh ingin bertemu dan berbincang soal kedekatan putra tirinya kembali dengan Zaya. Awalnya, Nadia pasrah dan tak menginginkan Zaya kembali rujuk dengan Evan lagi dan mempertimbangkan merestui Arga untuk memperistri Zaya yang tentunya akan mengembalikan posisi Zaya sebagai menantunya. Meski itu akan menyakiti Evan, setidaknya mantan menantu yang sangat ia sayangi itu akan kembali statusnya menjadi putrinya, menjadi menantu kesayangannya.Namun, semua itu berubah kala ia mendapatkan laporan dari Dimas beberapa waktu lalu tentang indikasi penjebakan yang dialami Evan. Nadia langsung berpikir ingin mendamaikan Zaya dan putranya lagi dan dengan sangat terpaksa ia harus memberi teguran pada putra sambungnya untuk berhenti mendekati Zaya.“Dia sengaja tidak mau menerima panggilan dariku,” gumam Nadia yakin.Wanita itu lalu mengetik pesan di layar
“Wah, coba dari dulu kamu nggak pilih-pilih makanan, Ga. Pastinya aku akan ajak kamu berburu kuliner enak di spot-spot favoritku dan Gea.”Zaya keceplosan. Sambil menikmati soto ayam favoritnya, bibirnya tak sengaja berseru kegirangan melihat Arga makan begitu lahapnya. Hatinya senang dan masih tak percaya melihat kenyataan kalau lelaki kaya itu bisa sangat merakyat seperti sekarang.Arga menyeruput teh manisnya pelan-pelan pasca menghabiskan dua mangkuk soto ayam dan soto daging sapi yang terasa begitu lezat di lidahnya, baru kemudian tersenyum menatap Zaya yang tengah menatapnya dengan raut semringah.“Andai aku tahu seenak ini, tentu dulu aku tak akan tiba-tiba membawamu ke restoran pilihanku. Aku jadi menyesal, kenapa aku tidak menanyakan padamu mau makan di mana kala itu.”Zaya mengulas senyuman indah di bibirnya. Ia merasa geli membahas masa lalunya dengan suasana santai seperti sekarang tanpa ada perasaan kesal yang tersisa. Padahal, awal pertemuannya kembali dengan Arga masih
“Aku benar-benar malas masuk ke sana.”Lima belas menit sudah, Arga menunggu di dalam mobilnya sambil memandangi rumah sang mama tiri. Ada keraguan di hatinya untuk turun dan menyapa sang mama, terlebih melihat mobil Evan telah terparkir di pekarangan, menandakan rivalnya itu juga ada di dalam sana. Setelah mengantar Zaya kembali ke hotel dan memastikan mobilnya baik-baik saja, lelaki itu akhirnya melajukan mobilnya ke kediaman sang mama. Namun, rasa enggan mulai menyergap jiwa kala ia sampai di halaman rumah mama tirinya yang luas itu.“Kalau bukan Zaya yang meminta, aku benar-benar malas,” gumam Arga lagi. Pria itu mulai melepas sabuk pengaman lalu menyeret langkahnya masuk ke dalam rumah.Setibanya di depan pintu, Arga sudah disambut adik tirinya yang menatapnya dengan garang.“Jauhi Zaya! Jangan berpikiran untuk memikatnya karena aku akan segera rujuk dengannya lagi!” Evan tak ragu menyuarakan keinginannya untuk memperingatkan sang kakak tiri yang semakin lama semakin mengesalkan
Nadia benar-benar geram kala melihat kedua putranya sedang bersitegang, bahkan kedua-duanya terlihat sudah babak belur. Pastinya mereka sudah saling menghajar satu sama lain. Nadia tidak pernah menduga putra tirinya akan datang malam itu juga karena itu ia berdiam diri di kamar dan tidak menyangka kalau akan mendengar suara keributan di ruang tamu. Benar saja, wanita itu melihat pertengkaran antara kedua putranya.Arga segera menjauhi Evan yang masih terlihat ingin memukulnya lalu mendekati sang mama. Pria itu meraih tangan mama tirinya, kemudian mengecup punggung tangannya lalu menyapanya dengan ramah.“Apa kabar, Ma?”Nadia trenyuh. Biar bagaimana pun Arga tetaplah putranya, putra yang dibawa suaminya saat menikahinya karena sang mama telah meninggal dunia. Dengan menahan rasa kecewa di hatinya, Nadia cemberut lalu menyindir Arga. “Kamu masih ingat pulang setelah meninggalkan Mama bertahun-tahun?”Arga lagi-lagi berusaha menahan diri agar tidak mengamuk ataupun marah pada sang mama