Xena mengernyit saat bertanya, "Apa maksudmu? Bukannya kamu mau langsung menjualnya pada kami?""Belakangan ini banyak sekali orang yang mencari tahu Kitab Hawa, aku juga kesulitan menentukan pembelinya. Jadi, aku mengundang semuanya untuk bertemu secara langsung dan membahas harganya agar lebih adil," ujar Shafri menjelaskan."Adil?" Luther menggeleng sambil tertawa, "Bos Shafri benar-benar pandai bicara. Kamu bisa membuat pelelangan terdengar begitu indah." Jika dia mengundang semua pembeli untuk bertemu langsung, sama saja dengan menyuruh mereka untuk bersaing harga. Dengan demikian, harga Kitab Hawa juga akan naik berkali-kali lipat. Ini benar-benar rencana yang bagus."Anda terlalu memuji. Aku ini hanya pedagang biasa, tentu saja berharap bisa dapat lebih banyak untung." Shafri masih tetap tersenyum seperti sebelumnya. Ekspresinya tetap tidak berubah bahkan setelah disindir oleh Luther. Hal ini membuktikan bahwa Shafri punya mental yang cukup kuat."Huh! Aku paling nggak suka deng
"Hei, kuperingatkan jangan bertindak sembarangan!" Melihat gerakan Luther yang seolah-olah mau memukulnya, Venick kaget hingga mundur beberapa langkah. Dia tidak membawa pengawal hari ini, hanya ada beberapa wanita cantik yang menemaninya. Sulit sekali baginya untuk berhadapan dengan pria kasar ini."Para tamu sekalian, mohon jaga perdamaian." Melihat situasi yang kurang bagus, Shafri langsung tersenyum melerainya, "Tujuan kedatangan kita hari ini adalah untuk berbisnis, jangan sampai merusak suasana hati kalian. Kalau ada masalah, bisa dibicarakan pelan-pelan.""Baiklah, kalau Bos Shafri sudah angkat bicara, aku akan menghargaimu." Luther mengangguk, lalu kembali duduk di kursinya. Hari ini mereka datang demi Kitab Hawa, memang tidak terlalu baik jika Luther bersikap kasar. Cecunguk seperti Venick ini bisa dihabisi kapan saja."Huh! Kukira sehebat apa kamu, ternyata hanya berlagak saja!" Venick mencibir. Dia mengira Luther takut akan statusnya sehingga tidak berani turun tangan."Paka
Orang-orang di sekitarnya mulai melihat penampilan Xena dari atas hingga ke bawah."Huh! Memangnya sudah hebat ya bisa menawar 2 triliun? Aku tawar 3 triliun!" ucap Venick kembali bersaing harga. Keluarga Warsono bergelimang harta, apalagi belakangan ini dia mendapat rezeki durian runtuh sebanyak beberapa triliun. Saking kayanya, Venick sudah bingung menghambur-hamburkan uangnya."Aku tawar 4 triliun!" Xena tidak mau mengalah. Istana Hawa bisa mengeluarkan dana sekitar 10 triliun. Asalkan bisa mendapatkan Kitab Hawa, tidak masalah jika mereka harus menghabiskan 10 triliun."Wah, mau bersaing denganku? Aku mau lihat seberapa hebatnya dirimu. Aku tawar 6 triliun!" ujar Venick kembali dengan yakin. Setelah mendengar penawaran harganya, beberapa tamu lainnya memilih untuk menyerah dan meninggalkan tempat itu.Meski Kitab Hawa adalah benda berharga, benda itu punya kelemahan terbesar, yaitu hanya bisa digunakan kaum wanita. Tidak masalah kalau hanya menghabiskan ratusan miliar untuk menghib
Melihat gaya Venick yang sombong, Xena benar-benar kesal hingga hampir bertindak kasar. Sebaliknya Luther malah terlihat sangat tenang bagaikan melihat lelucon."Nak, kalau nggak ada uang, cepat pergi sana! Kenapa masih bengong saja? Mau menunggu gratisan?" sindir Venick."Huh! Beraninya melawan Tuan Venick, mempermalukan diri saja!""Bahkan 20 triliun aja nggak bisa bayar, memalukan sekali!"Beberapa wanita angkuh di sampingnya menatap Luther dengan pandangan menghina. Bagi mereka, nominal uang hanyalah sebuah angka."Kalian benar-benar keterlaluan!" Xena menggertakkan gigi dengan kesal, lalu bertanya, "Luther, berapa yang kamu punya? Pinjamkan dulu padaku semuanya. Aku harus mendapatkan Kitab Hawa hari ini juga. Orang ini nggak bisa dibiarkan begitu saja!""Pinjam uang?" Luther mengelus dagu, lalu menggeleng. "Maaf, aku nggak bawa uang. Bagaimana denganmu, Johan?""Aku juga nggak bawa," kata Johan membuka kedua lengannya. Uangnya yang sedikit itu tidak akan mungkin cukup."Nggak mung
Venick memelototinya dengan kesal. Biasanya semua orang selalu menghormatinya dan memanggilnya Tuan Venick. Lancang sekali orang itu memanggil namanya secara langsung!"Ternyata kamu Venick." Setelah memastikan targetnya, pemimpin pria bertopeng itu langsung menusukkan pisaunya.Pisau itu tertancap di perut Venick, membuatnya tertegun seketika. Dia memelototi orang itu dengan tidak percaya. Situasi macam apa ini? Apa orang itu sudah gila? Kenapa tiba-tiba membunuhnya?"Argh!" Setelah bereaksi, Venick berteriak keras dan mundur beberapa langkah. Sambil memegang luka di bagian perutnya, wajah Venick tampak mengerikan saat berkata, "Ka ... kalian .... Siapa kalian sebenarnya?""Orang yang membunuhmu." Beberapa pria bertopeng itu mendekatinya dengan niat membunuh yang kuat."Aku nggak ada dendam dengan kalian, kenapa kalian mau membunuhku?" tanya Venick dengan dahi bercucuran keringat dan panik."Kami hanya menjalankan tugas, kamu telah menyinggung Tuan Declan, berarti kamu memang pantas m
Venick mati dengan tragis. Setelah membunuhnya, beberapa pria bertopeng itu juga langsung pergi. Mereka tidak menimbulkan kekacauan lainnya. Sementara itu, Luther yang menjadi penyebab semua ini bukan hanya berhasil membalas dendam, dia bahkan mendapatkan Kitab Hawa senilai puluhan triliun dengan cuma-cuma. Bisa dibilang ini keberuntungan ganda.Luther sudah bisa menebak bahwa pria bertopeng yang tadi meninggalkan ruangan ini sebelum penawaran berakhir itu pasti adalah Declan yang wajahnya dihancurkan oleh Luther. Kalau tidak, tidak mungkin pria itu bisa bereaksi sebesar itu saat melihat Luther."Para tamu, selamat telah mendapatkan berkah." Shafri mengepalkan tangannya memberi hormat, wajahnya tetap tersenyum seperti biasanya."Semua ini berkat Bos Shafri, kita jadi bisa mendapatkan keuntungan secara cuma-cuma," balas Luther sambil tersenyum penuh arti. Shafri hanya terdiam saat melihat Venick tertimpa sial tadi, jelas sekali dia ingin mengambil kembali kitab itu. Sayangnya, semua tid
"Aku hanya mengusulkan, ya sudah kalau nggak boleh buka," ujar Luther sambil mengedikkan bahu. Meskipun Kitab Hawa lumayan hebat, teknik di dalamnya hanya cocok untuk dilatih wanita. Jadi, dia tidak membutuhkannya dan hanya merasa penasaran."Huh! Begini baru benar!" Xena menghela napas lega. Meskipun merasa agak malu, harus diakui dia bisa menemukan kitab ini berkat bantuan Luther. Sesudah kembali nanti, dia harus memuji Luther di hadapan gurunya agar Luther bisa mendapat sedikit imbalan.Dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan pintu masuk Vila Embun. Begitu ketiganya turun, Claudia membawa beberapa murid wanita untuk menyambut dengan antusias."Xena, dengar-dengar kamu sudah mendapatkan Kitab Hawa? Mana? Biar kulihat!" seru Claudia yang tampak gembira."Ini, nah!" Xena menyerahkan kotak kayu yang berisikan Kitab Hawa kepadanya.Claudia mengambilnya dan tampak sangat bersemangat. Dia berseru, "Wow, benar-benar Kitab Hawa! Bagus sekali!""Selamat, Kak. Kalian akhirnya menemuk
"Kak Claudia?" Ketika melihat ekspresi Claudia yang dipenuhi sanjungan, Xena pun keheranan. Dia tidak menduga Claudia akan berbicara seperti itu. Jelas-jelas wanita ini tidak melakukan apa pun dan hanya menyambut mereka saat pulang, tetapi mengaku-aku dirinya yang menemukan Kitab Hawa dan tidak menyebut pengorbanan mereka. Tindakan seperti ini cukup menindas.Luther juga mengangkat alis melihatnya. Meskipun tidak peduli pada pujian, dia tetap merasa jengkel dengan sikap Claudia ini."Hebat sekali, Claudia! Kamu memang kebanggaanku!" Ivory mengangguk sembari meneruskan, "Aku akan mengingat jasamu hari ini. Setelah menyempurnakan kitab ini, aku pasti akan mengajarimu!""Terima kasih, Guru!" sahut Claudia dengan wajah berseri-seri. Memang ini yang diinginkannya, teknik kitab tersebut jauh lebih berharga dari hadiah apa pun."Kak, apa kamu lupa sesuatu?" tanya Xena untuk memperingatkan. Sebagai murid satu sekte, dia tidak butuh imbalan apa pun karena tulus membantu gurunya. Hanya saja, mer
Weker yang wajahnya pucat pun diseret pergi. Sejak kejahatannya terungkap, dia sudah dipastikan akan musnah dan bahkan seluruh keluarganya juga akan dihukum. Semua orang yang bersalah akan diadili dan yang tidak bersalah juga akan diminta pertanggungjawabannya jika pernah menikmati hasil kejahatannya. Bisa dibilang, seluruh keluarganya akan mengalami pembersihan besar-besaran."Wirya, sudah saatnya mengundang tamu utama kita," perintah Huston lagi setelah bekas darah di lantai sudah dibersihkan. Setelah membereskan Weker, target interogasi selanjutnya adalah Loland. Dibandingkan Weker, Loland jauh lebih sulit untuk dihadapi. Bagaimanapun juga, Loland memegang kekuasaan militer yang besar, bisa menjadi masalah besar jika Loland melawan karena merasa terdesak."Aku mengerti."Wirya merespons sambil memberi hormat, lalu segera memerintah bawahannya, "Panggil beberapa orang lagi dan ikuti aku."Loland meraih kedudukannya sebagai seorang jenderal besar dengan prestasinya yang mampu menghada
"Berengsek! Setelah melihat semua bukti kejahatan ini, apa lagi yang ingin kamu katakan?" teriak Huston dengan nada muram.Weker yang sudah ketakutan sampai berkeringat dingin pun berkata dengan terbata-bata, "Pangeran Huston, tolong dengar penjelasanku .... Semua ini palsu, pasti ada orang yang ingin menjebakku. Aku sudah taat hukum selama bertahun-tahun ini, mana mungkin aku melakukan hal kotor seperti ini.""Buktinya sudah jelas, kamu masih berani membantah? Aku rasa kamu nggak akan menyerah kalau nggak terdesak."Huston melambaikan tangannya dan memerintah, "Pengawal, seret dia ke penjara bawah tanah dan siksa dia. Aku ingin lihat seberapa keras mulutnya.""Siap!" jawab sekelompok Tim Penegak Hukum yang langsung masuk dan mengepung Weker.Melihat keadaan itu, Weker akhirnya menjadi panik. Dia langsung berlutut dan mulai terus memohon ampun, "Pangeran Huston, aku mengaku salah. Aku hanya khilaf sesaat. Mohon Pangeran Huston mengingat jasaku yang sudah mengabdi pada Atlandia selama b
Malam pun perlahan-lahan tiba. Saat ini, Huston sedang membaca buku sambil menunggu hasilnya dengan diam di ruang konferensi. Setelah berhasil menghasut Trisno untuk memberontak, mencari bukti kejahatan dari Loland dan Weker hanya masalah waktu.Selama ini, kediaman Raja Atlandia selalu berpura-pura tidak tahu tentang transaksi keuangan yang dilakukan Loland dan Weker. Bagaimanapun juga, seorang pejabat mengambil sedikit keuntungan bukan hal besar.Namun, kali ini berbeda. Loland dan Weker sudah diam-diam merencanakan pembunuhan terhadap Gema, yang berarti mereka sudah meremehkan dan menantang wibawa kediaman Raja Atlandia. Ini adalah pelanggaran yang serius. Jika mereka tidak dihukum dengan tegas, entah akan ada berapa banyak orang lagi yang akan mengikuti jejak mereka kelak."Pangeran Huston." Pada saat itu, Wirya yang merupakan kapten Tim Penegak Hukum bergegas masuk ke dalam ruang konferensi. Napasnya yang terengah-engah menunjukkan dia sudah berlari sepanjang perjalanan ke sini ka
Saat ini, Trisno benar-benar panik. Sebelumnya, dia hanya khawatir akan terseret dalam masalah ini. Namun, sekarang tuduhan besar langsung dijatuhkan kepadanya, membuatnya sungguh kewalahan."Hmph! Bukti sudah sangat jelas, kamu masih berani menyangkal? Apa aku harus menggunakan penyiksaan agar kamu mau bicara?" bentak Huston dengan tegas."Pangeran! Aku benar-benar nggak bersalah!" Trisno ketakutan hingga hampir menangis. Dia mengangkat tangan dan bersumpah, "Aku bersumpah, kalau aku benar-benar terlibat dalam pembunuhan Gema, aku akan disambar petir dan nggak akan pernah terlahir kembali!""Kalau sumpah itu berguna, lalu buat apa ada tim penegak hukum?" Ekspresi Huston tetap dingin. "Karena kamu adalah pejabat senior di Atlandia, aku memberimu kesempatan untuk mengaku. Kalau kamu mengaku, hukumannya akan lebih ringan. Kalau kamu tetap bersikeras, jangan salahkan aku kalau kamu berakhir di Penjara Iblis!"Begitu mendengar kata Penjara Iblis, tubuh Trisno langsung gemetaran hebat. Deng
Sepuluh menit kemudian, Loland kembali dipersilakan keluar dari ruangan nomor 1 gedung A. Namun, dibandingkan sebelumnya, sikap Wirya berubah 180 derajat, menjadi sangat ramah."Jenderal, Pangeran sudah menyelidiki semuanya. Kali ini, masalah ini sama sekali nggak ada hubungannya denganmu. Kami yang telah keliru. Mohon maaf atas kelancangan kami," kata Wirya sambil tersenyum dengan sikap sangat rendah hati."Oh?" Melihat ekspresi penuh sanjungan di wajah Wirya, Loland mengangkat alisnya dan tampak sedikit terkejut.Baru beberapa saat yang lalu, suasana di antara mereka masih begitu tegang. Sekarang, Wirya tiba-tiba menjadi begitu ramah?"Sudah benar-benar diselidiki?" tanya Loland dengan nada menyelidik."Tentu! Berdasarkan penyelidikan kami, hilangnya Gema disebabkan oleh pembalasan dendam dari musuhnya di Midyar," ujar Wirya dengan wajah serius."Selama ini Gema bertindak semena-mena di luar dan menimbulkan banyak masalah. Dia pantas mendapatkan semua ini. Alasan Pangeran menyelidiki
"Jenderal Loland, silakan!" Wirya meletakkan satu tangan di gagang pedangnya, sementara tangan lainnya membuat gerakan mengantar tamu pergi."Hmph!" Loland melirik dingin gerakan kecil Wirya itu, lalu berbalik meninggalkan ruangan. Huston memiliki kecurigaan, tetapi selama tidak ada bukti, Huston tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya.Wirya mengantar Loland keluar, lalu kembali ke ruangan nomor 1 di gedung A. Setelah menutup pintu, dia berjalan ke ruangan nomor 2 di gedung A dan mempersilakan Weker keluar dan membawanya ke ruang konferensi."Salam hormat kepada Pangeran Huston!" Begitu memasuki ruangan, Weker segera membungkuk dengan sopan."Silakan duduk." Huston tetap tanpa ekspresi. Setelah Weker duduk, dia memberi isyarat kepada Wirya untuk menuangkan secangkir teh."Apa kamu tahu alasan aku memanggilmu hari ini?" tanya Huston dengan nada datar. Sama seperti sebelumnya, kalimat pembuka ini penuh dengan makna pengujian."Apa ini tentang hilangnya Gema?" Weker bertanya balik."Oh? S
Efisiensi Tim Penegak Hukum sangat tinggi. Hanya dalam waktu satu jam saja, ketiga orang itu sudah dibawa ke kediaman Raja Atlandia.Saat memasuki kediaman itu, Wirya sengaja membiarkan ketiga orang itu bertatap muka sebentar sesuai perintah Huston. Namun, dia tidak memberi mereka kesempatan untuk berbicara dan langsung dipisahkan ke dalam tiga ruangan berbeda untuk diawasi secara ketat.Berhubung status ketiganya tinggi, Tim Penegak Hukum tidak menggunakan kekerasan. Sebaliknya, mereka malah dijamu dengan teh dan anggur terbaik. Satu-satunya syaratnya adalah mereka tidak boleh meninggalkan ruangan dan hanya bisa menunggu panggilan dari Huston. Loland ditempatkan di ruangan nomor 1 di gedung A, Weker di ruangan nomor 2, dan Trisno di ruangan nomor 3.Ketiga kamar itu berdekatan, hanya dipisahkan dengan satu dinding. Mereka bisa langsung melihat satu sama lain jika keluar dari kamar itu, tetapi mereka tidak mengetahui hal ini. Huston sengaja mengatur hal ini karena dia tahu dia harus me
"Eh?"Mendengar perkataan itu, Loland juga langsung mengernyitkan alisnya. Tim Penegak Hukum dari kediaman Raja Atlandia ini tidak pernah dikerahkan sembarangan, tetapi pertanda ada kejadian yang sangat besar jika mereka bergerak. Masalahnya adalah Gema ini hanya anggota Keluarga Paliama yang kecil saja, tidak pantas mendapatkan perhatian yang begitu besar dari Huston."Pak Weker, kamu yakin Tim Penegak Hukum ini benar-benar sudah bergerak dan tujuannya untuk mencari Gema?" tanya Loland.Weker menjawab dengan ekspresi serius, "Tentu saja benaran. Tadi atasan sudah memberikan perintah agar tugas pengawasan kota diserahkan pada kapten Tim Penegak Hukum untuk sementara ini. Sekarang semua urusan pertahanan dan penyelidikan sudah berada di bawah kendali mereka.""Aneh. Kenapa Pangeran Huston harus begitu susah payah seperti ini hanya untuk seorang tokoh kecil?" kata Loland yang terlihat bingung.Berdasarkan penyelidikan Loland, ini pertama kalinya Gema dan Huston bertemu. Meskipun ada kerj
Keesokan paginya, di dalam kediaman Raja Atlandia. Setelah selesai sarapan, Huston hendak menghubungi Gema. Namun, telepon Gema tidak bisa dihubungi. Setelah dicoba beberapa kali, telepon itu tetap tidak ada yang menjawab."Eh?" Huston merasa agak aneh. Semalam mereka sudah sepakat hari ini akan pergi ke Midyar bersama-sama, mengapa Gema tiba-tiba tidak bisa dihubungi? Apakah Gema mengingkari janjinya?Namun, setelah dipikir-pikir, Huston merasa hal ini tidak mungkin. Semalam mereka berbincang dengan sangat akrab dan bahkan sudah seperti saudara. Jika mereka pergi bersama-sama, mereka juga bisa saling menjaga. Lagi pula, jika Gema harus meninggalkan Atlandia karena urusan mendesak, Gema pasti akan memberitahunya terlebih dahulu dan tidak akan menghilang begitu saja."Jangan-jangan terjadi sesuatu padanya."Huston yang tiba-tiba merasa gelisah segera memanggil orang kepercayaannya dan memerintahkan, "Segera selidiki dan cari tahu di mana Gema sekarang. Begitu ada kabarnya, segera lapork