Cahaya laser memenuhi seluruh tubuh Luther."Tiga ...." Gaius mengangkat tangan dan mulai menghitung mundur. Dia menghitung dengan lambat, tetapi suaranya dipenuhi tekanan. Apalagi ada begitu banyak pasukan bersenjata, sehingga suasana menjadi semakin menegangkan."Hehe. Bocah, kamu nggak berani membunuhku, 'kan? Apa gunanya kamu menyiksaku mati-matian begini? Asalkan nggak mati, aku bisa memanfaatkan sumber daya Keluarga Japardy untuk pulih. Tapi, kamu hanya bisa menyerahkan nyawamu sekarang. Kamu tahu kenapa bisa begitu? Karena kamu cuma rakyat jelata!""Nggak peduli seberapa keras kamu melawan, kamu nggak akan bisa mengubah fakta ini. Rakyat jelata sepertimu seharusnya punya kesadaran. Kenapa malah bersikeras melawan orang yang punya status tinggi?" hina Andrew sambil menyeringai. Kemunculan Gaius memberinya keberanian, seolah-olah dia sudah pasti menang."Andrew, ada beberapa poin yang benar dalam ucapanmu ini. Sayangnya, kamu salah menduga akan satu hal," sahut Luther tiba-tiba."
"Nggak usah melawan lagi, kalian nggak akan bisa kabur. Cepat menyerah, mungkin nyawa kalian akan diampuni!" Gaius tidak berhenti berteriak untuk memberi mereka tekanan.Keluarga Japardy adalah keluarga kaya terkemuka di Midyar dengan kekuasaan tak tertandingi. Siapa pun yang menyinggung mereka sama saja dengan mencari mati."Diam!" bentak Johan yang melayangkan tamparan ke wajah Gaius sampai satu giginya rontok. Gaius pun tidak berani berbicara lagi dan hanya bisa menahan kekesalannya ini.Dalam sekejap, helikopter sudah mendekat dan mendarat. Begitu pintu terbuka, Cuthbert membawa 36 pasukan yang siap mati untuk Keluarga Japardy melompat turun.Meskipun bawahan yang dibawa tidak banyak, semua ahli bela diri Keluarga Japardy sangatlah hebat dan tidak takut mati. Hanya dengan satu perintah dari Cuthbert, mereka akan mengorbankan nyawa tanpa rasa ragu sedikit pun."Tuan Cuthbert, akhirnya kamu datang! Cepat selamatkan aku! Mereka benar-benar semena-mena, kamu harus menangkap mereka semu
Dengan demikian, adegan dramatis pun terjadi. Pihak Luther menyandera Gaius, Cuthbert ingin membunuh Luther. Sementara itu, demi melindungi dirinya sendiri, Gaius terpaksa mengancam Cuthbert dengan pasukannya. Untuk seketika, suasana menjadi semakin menegangkan."Hei, berani sekali kamu melawanku?" bentak Cuthbert dengan galak."Kamu yang memaksaku. Kalau aku mati, kalian juga harus mati!" hardik Gaius yang ketakutan. Dia tidak sempat memedulikan hal lain lagi karena masalah ini menyangkut nyawanya."Oke, bagus sekali! Kalau kamu memang ingin mati, aku akan mengabulkan permintaanmu!" Selesai berbicara, Cuthbert memberi isyarat tangan sambil menginstruksi, "Bunuh para penghalang ini dulu!""Baik!" Sasaran pasukan Keluarga Japardy seketika berubah. Saat berikutnya, mereka langsung menyerang para tentara dari Praulandia."Tembak! Cepat tembak!" seru Gaius dengan murka.Dor dor dor .... Diiringi dengan cahaya dingin dan suara tembakan, kedua belah pihak pun memulai pertarungan.Meskipun ju
"Hah?" Ketika melihat 36 kepala yang terjatuh itu, Gaius pun terperangah di tempat. Bagaimanapun, dia telah melihat kehebatan pasukan siap mati Keluarga Japardy. Hanya dalam 2 menit, sekelompok tentara Praulandia yang bersenjata lengkap dibantai habis oleh mereka.Pasukan siap mati ini jelas-jelas tidak ada bedanya dengan monster. Namun, sekelompok monster ini malah terbunuh hanya dengan satu tebasan pedang. Bukankah hal ini sangat mengerikan?"Ba ... bagaimana mungkin?" Cuthbert juga tidak bereaksi untuk sesaat. Dia memelotot dengan tidak percaya. Semua ahli bela diri itu adalah pasukan siap mati yang dibina oleh Keluarga Japardy, mereka bisa melawan 100 ahli bela diri sendirian.Sepengetahuan Cuthbert, pasukan siap matinya tidak terkalahkan. Pesilat di bawah tingkat master pun tidak mungkin menang dari mereka. Alhasil, Luther malah membunuh mereka semua. Apakah pemuda ini masih bisa disebut sebagai manusia?Tidak berselang lama, ketiga puluh enam tubuh tanpa kepala sontak terjatuh ke
Setelah terbelah menjadi 2 bagian, tubuh Cuthbert pun terjatuh ke tanah. Gaius sungguh terkesiap melihat adegan ini. Dia terduduk lemas di tanah dengan tubuh gemetaran. Keringat dingin dan air seni mengalir tanpa henti.Gaius sungguh tidak menduga bahwa Luther akan sekejam ini, sampai berani membunuh Tuan Kedua Keluarga Japardy tanpa rasa ragu sedikit pun. Sungguh menyeramkan!"Tuan Luther, hanya tersisa dia sekarang. Apa harus dibunuh juga?" tanya Johan sembari menodong leher Gaius kembali."Jangan, jangan bunuh aku! Tolong ampuni aku, Pendekar!" pinta Gaius yang takut sampai menangis. Dia buru-buru merangkak ke samping kaki Luther, lalu bersujud secara gila-gilaan.Kini, Gaius sungguh gentar. Sekelompok orang ini benar-benar sudah gila sampai tidak takut pada apa pun. Tokoh besar seperti Cuthbert saja berani dibunuh, apalagi dirinya?"Sudahlah, masalah ini nggak ada hubungan dengannya. Biarkan saja dia," sahut Luther dengan tidak acuh."Tuan Luther, ada banyak anggota Keluarga Japard
Malam berlalu dengan cepat. Pagi ini, di Vila Embun, seluruh anggota Faksi Kirin memakai pakaian putih dan berdiri di Aula Pahlawan dengan kepala tertunduk.Setiap anggota faksi yang gugur saat menjalankan tugas akan dianggap sebagai pahlawan dan dipuja di aula ini. Tujuannya yaitu untuk mengenang dan menghormati mereka.Selain itu, keluarga dari seluruh pahlawan yang dipuja di aula ini akan mendapatkan perlindungan dari Faksi Kirin. Jika mereka adalah kerabat dekat, Faksi Kirin juga akan mendistribusikan dana pensiun agar keluarga tidak kesulitan untuk memenuhi biaya hidup.Dengan cara ini, seluruh anggota Faksi Kirin bisa menjalankan tugas dengan sepenuh hati tanpa perlu mengkhawatirkan keluarga mereka.Saat ini, di luar Aula Pahlawan, terlihat Luther yang berjalan masuk dengan membawa 2 kepala yang bersimbah darah. Di tengah aula, terlihat nama Ronald, Ketua Aula Draco, yang tertulis dengan besar."Ronald, aku sudah membunuh orang yang mencelakaimu. Ini kepala mereka, aku membawanya
Mata wanita berkuncir kuda itu sontak terbelalak. Dia tahu bahwa situasi ini buruk, jadi buru-buru menahan dengan pedangnya.Klang! Cahaya putih seketika mengenai bilah pedang, membuat wanita itu mundur beberapa langkah dan hampir terjatuh. Darah pun mengalir dari sudut bibirnya. Tangannya yang memegang pedang juga terasa kebas dan tidak bisa digerakkan."Siapa kamu? Kenapa menghalangiku?" tanya si wanita sembari mengernyit dengan ekspresi masam. Dia tidak menyangka akan ada ahli bela diri sehebat ini di Faksi Kirin yang kecil."Beraninya kamu! Aku nggak akan mengampunimu hari ini!" seru Johan yang hendak menyerang lagi.Namun, Luther menghentikan. "Nona, siapa kamu? Kenapa kamu langsung menyerang begitu masuk?""Cih! Kamu sudah mencelakai kakakku! Aku mau membalas dendam untuknya!" seru wanita berkuncir kuda itu dengan murka."Kakakmu? Apa kamu anggota Keluarga Japardy?" tanya Luther dengan sorot mata dingin."Keluarga Japardy apanya? Namaku Xena Ragaza!" bentak wanita berkuncir kuda
"Kalau nggak melakukannya hari ini, kamu nggak akan punya kesempatan lagi," ujar Luther sembari mencabut pedang di perutnya dan melemparkannya kepada Xena."Huh! Kamu nggak berhak mengatur-atur! Aku datang untuk memberi penghormatan pada kakakku, jadi nggak akan membunuhmu dulu hari ini. Kalau suasana hatiku buruk lagi, aku pasti akan datang untuk membunuhmu!" Selesai berbicara, Xena menyenggol Luther dengan bahunya dan melangkah masuk ke aula."Tuan, kenapa kamu nggak menghindar? Gadis itu sangat semena-mena, gimana kalau sampai kamu terluka?" tanya Johan yang merasa cemas."Nggak apa-apa, aku memang berutang padanya." Luther menggelengkan kepalanya dengan ekspresi rumit. Setiap kali teringat pada nasib tragis Ronald, dia selalu menyalahkan diri sendiri. Setidaknya, suasana hatinya menjadi lebih baik karena serangan Xena barusan."Tuan, pergi perban lukamu dulu." Johan menghela napas, lalu menginstruksi seorang murid wanita untuk membawa Luther mengobati lukanya.Sebagai ketua faksi,