Setelah terbelah menjadi 2 bagian, tubuh Cuthbert pun terjatuh ke tanah. Gaius sungguh terkesiap melihat adegan ini. Dia terduduk lemas di tanah dengan tubuh gemetaran. Keringat dingin dan air seni mengalir tanpa henti.Gaius sungguh tidak menduga bahwa Luther akan sekejam ini, sampai berani membunuh Tuan Kedua Keluarga Japardy tanpa rasa ragu sedikit pun. Sungguh menyeramkan!"Tuan Luther, hanya tersisa dia sekarang. Apa harus dibunuh juga?" tanya Johan sembari menodong leher Gaius kembali."Jangan, jangan bunuh aku! Tolong ampuni aku, Pendekar!" pinta Gaius yang takut sampai menangis. Dia buru-buru merangkak ke samping kaki Luther, lalu bersujud secara gila-gilaan.Kini, Gaius sungguh gentar. Sekelompok orang ini benar-benar sudah gila sampai tidak takut pada apa pun. Tokoh besar seperti Cuthbert saja berani dibunuh, apalagi dirinya?"Sudahlah, masalah ini nggak ada hubungan dengannya. Biarkan saja dia," sahut Luther dengan tidak acuh."Tuan Luther, ada banyak anggota Keluarga Japard
Malam berlalu dengan cepat. Pagi ini, di Vila Embun, seluruh anggota Faksi Kirin memakai pakaian putih dan berdiri di Aula Pahlawan dengan kepala tertunduk.Setiap anggota faksi yang gugur saat menjalankan tugas akan dianggap sebagai pahlawan dan dipuja di aula ini. Tujuannya yaitu untuk mengenang dan menghormati mereka.Selain itu, keluarga dari seluruh pahlawan yang dipuja di aula ini akan mendapatkan perlindungan dari Faksi Kirin. Jika mereka adalah kerabat dekat, Faksi Kirin juga akan mendistribusikan dana pensiun agar keluarga tidak kesulitan untuk memenuhi biaya hidup.Dengan cara ini, seluruh anggota Faksi Kirin bisa menjalankan tugas dengan sepenuh hati tanpa perlu mengkhawatirkan keluarga mereka.Saat ini, di luar Aula Pahlawan, terlihat Luther yang berjalan masuk dengan membawa 2 kepala yang bersimbah darah. Di tengah aula, terlihat nama Ronald, Ketua Aula Draco, yang tertulis dengan besar."Ronald, aku sudah membunuh orang yang mencelakaimu. Ini kepala mereka, aku membawanya
Mata wanita berkuncir kuda itu sontak terbelalak. Dia tahu bahwa situasi ini buruk, jadi buru-buru menahan dengan pedangnya.Klang! Cahaya putih seketika mengenai bilah pedang, membuat wanita itu mundur beberapa langkah dan hampir terjatuh. Darah pun mengalir dari sudut bibirnya. Tangannya yang memegang pedang juga terasa kebas dan tidak bisa digerakkan."Siapa kamu? Kenapa menghalangiku?" tanya si wanita sembari mengernyit dengan ekspresi masam. Dia tidak menyangka akan ada ahli bela diri sehebat ini di Faksi Kirin yang kecil."Beraninya kamu! Aku nggak akan mengampunimu hari ini!" seru Johan yang hendak menyerang lagi.Namun, Luther menghentikan. "Nona, siapa kamu? Kenapa kamu langsung menyerang begitu masuk?""Cih! Kamu sudah mencelakai kakakku! Aku mau membalas dendam untuknya!" seru wanita berkuncir kuda itu dengan murka."Kakakmu? Apa kamu anggota Keluarga Japardy?" tanya Luther dengan sorot mata dingin."Keluarga Japardy apanya? Namaku Xena Ragaza!" bentak wanita berkuncir kuda
"Kalau nggak melakukannya hari ini, kamu nggak akan punya kesempatan lagi," ujar Luther sembari mencabut pedang di perutnya dan melemparkannya kepada Xena."Huh! Kamu nggak berhak mengatur-atur! Aku datang untuk memberi penghormatan pada kakakku, jadi nggak akan membunuhmu dulu hari ini. Kalau suasana hatiku buruk lagi, aku pasti akan datang untuk membunuhmu!" Selesai berbicara, Xena menyenggol Luther dengan bahunya dan melangkah masuk ke aula."Tuan, kenapa kamu nggak menghindar? Gadis itu sangat semena-mena, gimana kalau sampai kamu terluka?" tanya Johan yang merasa cemas."Nggak apa-apa, aku memang berutang padanya." Luther menggelengkan kepalanya dengan ekspresi rumit. Setiap kali teringat pada nasib tragis Ronald, dia selalu menyalahkan diri sendiri. Setidaknya, suasana hatinya menjadi lebih baik karena serangan Xena barusan."Tuan, pergi perban lukamu dulu." Johan menghela napas, lalu menginstruksi seorang murid wanita untuk membawa Luther mengobati lukanya.Sebagai ketua faksi,
Kemungkinannya hanya satu, yaitu Xena dan rombongannya sudah tiba di Jiman sejak awal. Xena pun tidak membantah. Dia mengamati sekeliling, lalu berkata, "Tebakanmu benar, kami datang karena ada misi penting. Lingkungan tempat ini bagus juga, luas lagi. Apa kami boleh menginap di sini untuk sementara waktu?""Boleh saja, lagian masih ada banyak kamar kosong di sini. Aku akan menyuruh orang mengaturnya," jawab Luther langsung. Entah karena merasa bersalah atau alasan lainnya, Luther sulit untuk menolak permintaan wanita ini."Huh! Baik juga kamu!" Xena mengangguk dengan puas, lalu melemparkan sebutir pil merah sembari berkata, "Ini Pil Peningkat Energi, bisa mengisi kembali energimu, meningkatkan energi internal, juga meningkatkan basis kultivasi. Cocok untuk kamu yang terluka barusan.""Terima kasih," sahut Luther sambil tersenyum tipis. Bisa dilihat bahwa wanita ini tidak berniat jahat."Nggak usah berterima kasih, itu biaya sewaku." Setelah melontarkan itu, Xena mengeluarkan ponsel un
"Nona, ini wilayahku. Aku yang membuat keputusan di sini," ucap Luther sambil menjulurkan satu jarinya untuk menyingkirkan pedang yang begitu dekat dengannya. Kemudian, dia meneruskan dengan tidak acuh, "Kalau aku mengizinkan, berarti kalian boleh tinggal. Kalau nggak, berarti kalian harus pergi. Paham?""Lancang sekali! Memangnya kamu berani menolakku? Aku adalah murid utama Istana Hawa, wanita yang dikagumi oleh semua orang! Apa kamu tahu ada berapa banyak pemuda tampan dan cerdas yang mengejarku? Aku sedang memberimu kesempatan, jangan bersikap nggak tahu diri!" bentak Claudia yang memelotot.Dengan identitas Claudia, dia selalu disanjung tidak peduli pergi ke mana pun. Ada banyak orang yang berusaha memikirkan cara untuk mendekatinya dan tidak ada yang berani membantahnya."Maaf, tapi aku bukan para pria penjilat itu. Aku juga nggak mengagumimu, jadi jangan terlalu percaya diri," timpal Luther dengan tidak acuh."Kamu!" Claudia menggertakkan giginya dengan murka. Pria mana yang tid
"Kalau kamu nggak percaya, silakan pulang saja," ujar Luther yang malas berdebat dengannya. Dia langsung mengusir wanita yang luar biasa narsis itu."Kamu mau main tarik ulur ya? Kekanak-kanakan sekali." Claudia tersenyum sembari menggeleng, "Bisa saja kalau kamu mau main begitu, aku akan meladenimu. Semoga kamu nggak menyesal, ayo kita pergi!" Sambil berbicara, Claudia melangkah keluar."Huh! Sudah diberi kesempatan malah nggak mau dimanfaatkan. Sekarang Kak Claudia sudah marah, kamu nggak sempat menyesalinya lagi!"Kalau tahu diri, cepat minta maaf pada Kak Claudia. Mungkin dia masih bisa memaafkanmu."Para murid Istana Hawa mulai mengejek dengan arogan. Mereka seakan-akan bisa membayangkan ekspresi Luther yang menangis tersedu-sedu. Namun di sela candaan, mereka mulai menyadari ada yang aneh. Pasalnya, Luther kelihatan terlalu tenang. Bahkan setelah Claudia berjalan keluar dari ruangan, dia juga sama sekali tidak bereaksi, seolah-olah tidak peduli."Hei, aku benaran pergi ya!" Saat
"Hah?" Ucapan Luther membuat semua orang tercengang. Secara logika, bukankah dia seharusnya berusaha menahan sambil menangis dan menyesal? Apa maksudnya ucapannya tadi? Pria ini benar-benar tidak bisa ditebak!"Luther, apa-apaan kamu ini? Sengaja mau membuat kakak seniorku marah?" Xena memelototi Luther. Dia menyuruh Luther untuk menahan kakak seniornya, kenapa sekarang malah jadi mengusir orang? Sialan."Kamu, kamu ... benar-benar menindas orang!" Setelah bereaksi, Claudia semakin marah. Saat ini dia tidak peduli lagi dengan citranya. Claudia langsung menghunuskan pedang seolah-olah ingin membunuh orang. Sejak kapan dia pernah dipermainkan seperti ini? Ini benar-benar penghinaan!"Sedang apa kalian?" Tiba-tiba terdengar suara yang berwibawa. Semua orang menoleh ke arah sumber suara dan melihat seorang wanita berusia 40-an yang mengenakan pakaian tradisional yang diikuti oleh seorang wanita tua.Wanita yang lebih muda itu tubuhnya agak berisi dan memesona. Tatapannya sangat tajam, memb
Weker yang wajahnya pucat pun diseret pergi. Sejak kejahatannya terungkap, dia sudah dipastikan akan musnah dan bahkan seluruh keluarganya juga akan dihukum. Semua orang yang bersalah akan diadili dan yang tidak bersalah juga akan diminta pertanggungjawabannya jika pernah menikmati hasil kejahatannya. Bisa dibilang, seluruh keluarganya akan mengalami pembersihan besar-besaran."Wirya, sudah saatnya mengundang tamu utama kita," perintah Huston lagi setelah bekas darah di lantai sudah dibersihkan. Setelah membereskan Weker, target interogasi selanjutnya adalah Loland. Dibandingkan Weker, Loland jauh lebih sulit untuk dihadapi. Bagaimanapun juga, Loland memegang kekuasaan militer yang besar, bisa menjadi masalah besar jika Loland melawan karena merasa terdesak."Aku mengerti."Wirya merespons sambil memberi hormat, lalu segera memerintah bawahannya, "Panggil beberapa orang lagi dan ikuti aku."Loland meraih kedudukannya sebagai seorang jenderal besar dengan prestasinya yang mampu menghada
"Berengsek! Setelah melihat semua bukti kejahatan ini, apa lagi yang ingin kamu katakan?" teriak Huston dengan nada muram.Weker yang sudah ketakutan sampai berkeringat dingin pun berkata dengan terbata-bata, "Pangeran Huston, tolong dengar penjelasanku .... Semua ini palsu, pasti ada orang yang ingin menjebakku. Aku sudah taat hukum selama bertahun-tahun ini, mana mungkin aku melakukan hal kotor seperti ini.""Buktinya sudah jelas, kamu masih berani membantah? Aku rasa kamu nggak akan menyerah kalau nggak terdesak."Huston melambaikan tangannya dan memerintah, "Pengawal, seret dia ke penjara bawah tanah dan siksa dia. Aku ingin lihat seberapa keras mulutnya.""Siap!" jawab sekelompok Tim Penegak Hukum yang langsung masuk dan mengepung Weker.Melihat keadaan itu, Weker akhirnya menjadi panik. Dia langsung berlutut dan mulai terus memohon ampun, "Pangeran Huston, aku mengaku salah. Aku hanya khilaf sesaat. Mohon Pangeran Huston mengingat jasaku yang sudah mengabdi pada Atlandia selama b
Malam pun perlahan-lahan tiba. Saat ini, Huston sedang membaca buku sambil menunggu hasilnya dengan diam di ruang konferensi. Setelah berhasil menghasut Trisno untuk memberontak, mencari bukti kejahatan dari Loland dan Weker hanya masalah waktu.Selama ini, kediaman Raja Atlandia selalu berpura-pura tidak tahu tentang transaksi keuangan yang dilakukan Loland dan Weker. Bagaimanapun juga, seorang pejabat mengambil sedikit keuntungan bukan hal besar.Namun, kali ini berbeda. Loland dan Weker sudah diam-diam merencanakan pembunuhan terhadap Gema, yang berarti mereka sudah meremehkan dan menantang wibawa kediaman Raja Atlandia. Ini adalah pelanggaran yang serius. Jika mereka tidak dihukum dengan tegas, entah akan ada berapa banyak orang lagi yang akan mengikuti jejak mereka kelak."Pangeran Huston." Pada saat itu, Wirya yang merupakan kapten Tim Penegak Hukum bergegas masuk ke dalam ruang konferensi. Napasnya yang terengah-engah menunjukkan dia sudah berlari sepanjang perjalanan ke sini ka
Saat ini, Trisno benar-benar panik. Sebelumnya, dia hanya khawatir akan terseret dalam masalah ini. Namun, sekarang tuduhan besar langsung dijatuhkan kepadanya, membuatnya sungguh kewalahan."Hmph! Bukti sudah sangat jelas, kamu masih berani menyangkal? Apa aku harus menggunakan penyiksaan agar kamu mau bicara?" bentak Huston dengan tegas."Pangeran! Aku benar-benar nggak bersalah!" Trisno ketakutan hingga hampir menangis. Dia mengangkat tangan dan bersumpah, "Aku bersumpah, kalau aku benar-benar terlibat dalam pembunuhan Gema, aku akan disambar petir dan nggak akan pernah terlahir kembali!""Kalau sumpah itu berguna, lalu buat apa ada tim penegak hukum?" Ekspresi Huston tetap dingin. "Karena kamu adalah pejabat senior di Atlandia, aku memberimu kesempatan untuk mengaku. Kalau kamu mengaku, hukumannya akan lebih ringan. Kalau kamu tetap bersikeras, jangan salahkan aku kalau kamu berakhir di Penjara Iblis!"Begitu mendengar kata Penjara Iblis, tubuh Trisno langsung gemetaran hebat. Deng
Sepuluh menit kemudian, Loland kembali dipersilakan keluar dari ruangan nomor 1 gedung A. Namun, dibandingkan sebelumnya, sikap Wirya berubah 180 derajat, menjadi sangat ramah."Jenderal, Pangeran sudah menyelidiki semuanya. Kali ini, masalah ini sama sekali nggak ada hubungannya denganmu. Kami yang telah keliru. Mohon maaf atas kelancangan kami," kata Wirya sambil tersenyum dengan sikap sangat rendah hati."Oh?" Melihat ekspresi penuh sanjungan di wajah Wirya, Loland mengangkat alisnya dan tampak sedikit terkejut.Baru beberapa saat yang lalu, suasana di antara mereka masih begitu tegang. Sekarang, Wirya tiba-tiba menjadi begitu ramah?"Sudah benar-benar diselidiki?" tanya Loland dengan nada menyelidik."Tentu! Berdasarkan penyelidikan kami, hilangnya Gema disebabkan oleh pembalasan dendam dari musuhnya di Midyar," ujar Wirya dengan wajah serius."Selama ini Gema bertindak semena-mena di luar dan menimbulkan banyak masalah. Dia pantas mendapatkan semua ini. Alasan Pangeran menyelidiki
"Jenderal Loland, silakan!" Wirya meletakkan satu tangan di gagang pedangnya, sementara tangan lainnya membuat gerakan mengantar tamu pergi."Hmph!" Loland melirik dingin gerakan kecil Wirya itu, lalu berbalik meninggalkan ruangan. Huston memiliki kecurigaan, tetapi selama tidak ada bukti, Huston tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya.Wirya mengantar Loland keluar, lalu kembali ke ruangan nomor 1 di gedung A. Setelah menutup pintu, dia berjalan ke ruangan nomor 2 di gedung A dan mempersilakan Weker keluar dan membawanya ke ruang konferensi."Salam hormat kepada Pangeran Huston!" Begitu memasuki ruangan, Weker segera membungkuk dengan sopan."Silakan duduk." Huston tetap tanpa ekspresi. Setelah Weker duduk, dia memberi isyarat kepada Wirya untuk menuangkan secangkir teh."Apa kamu tahu alasan aku memanggilmu hari ini?" tanya Huston dengan nada datar. Sama seperti sebelumnya, kalimat pembuka ini penuh dengan makna pengujian."Apa ini tentang hilangnya Gema?" Weker bertanya balik."Oh? S
Efisiensi Tim Penegak Hukum sangat tinggi. Hanya dalam waktu satu jam saja, ketiga orang itu sudah dibawa ke kediaman Raja Atlandia.Saat memasuki kediaman itu, Wirya sengaja membiarkan ketiga orang itu bertatap muka sebentar sesuai perintah Huston. Namun, dia tidak memberi mereka kesempatan untuk berbicara dan langsung dipisahkan ke dalam tiga ruangan berbeda untuk diawasi secara ketat.Berhubung status ketiganya tinggi, Tim Penegak Hukum tidak menggunakan kekerasan. Sebaliknya, mereka malah dijamu dengan teh dan anggur terbaik. Satu-satunya syaratnya adalah mereka tidak boleh meninggalkan ruangan dan hanya bisa menunggu panggilan dari Huston. Loland ditempatkan di ruangan nomor 1 di gedung A, Weker di ruangan nomor 2, dan Trisno di ruangan nomor 3.Ketiga kamar itu berdekatan, hanya dipisahkan dengan satu dinding. Mereka bisa langsung melihat satu sama lain jika keluar dari kamar itu, tetapi mereka tidak mengetahui hal ini. Huston sengaja mengatur hal ini karena dia tahu dia harus me
"Eh?"Mendengar perkataan itu, Loland juga langsung mengernyitkan alisnya. Tim Penegak Hukum dari kediaman Raja Atlandia ini tidak pernah dikerahkan sembarangan, tetapi pertanda ada kejadian yang sangat besar jika mereka bergerak. Masalahnya adalah Gema ini hanya anggota Keluarga Paliama yang kecil saja, tidak pantas mendapatkan perhatian yang begitu besar dari Huston."Pak Weker, kamu yakin Tim Penegak Hukum ini benar-benar sudah bergerak dan tujuannya untuk mencari Gema?" tanya Loland.Weker menjawab dengan ekspresi serius, "Tentu saja benaran. Tadi atasan sudah memberikan perintah agar tugas pengawasan kota diserahkan pada kapten Tim Penegak Hukum untuk sementara ini. Sekarang semua urusan pertahanan dan penyelidikan sudah berada di bawah kendali mereka.""Aneh. Kenapa Pangeran Huston harus begitu susah payah seperti ini hanya untuk seorang tokoh kecil?" kata Loland yang terlihat bingung.Berdasarkan penyelidikan Loland, ini pertama kalinya Gema dan Huston bertemu. Meskipun ada kerj
Keesokan paginya, di dalam kediaman Raja Atlandia. Setelah selesai sarapan, Huston hendak menghubungi Gema. Namun, telepon Gema tidak bisa dihubungi. Setelah dicoba beberapa kali, telepon itu tetap tidak ada yang menjawab."Eh?" Huston merasa agak aneh. Semalam mereka sudah sepakat hari ini akan pergi ke Midyar bersama-sama, mengapa Gema tiba-tiba tidak bisa dihubungi? Apakah Gema mengingkari janjinya?Namun, setelah dipikir-pikir, Huston merasa hal ini tidak mungkin. Semalam mereka berbincang dengan sangat akrab dan bahkan sudah seperti saudara. Jika mereka pergi bersama-sama, mereka juga bisa saling menjaga. Lagi pula, jika Gema harus meninggalkan Atlandia karena urusan mendesak, Gema pasti akan memberitahunya terlebih dahulu dan tidak akan menghilang begitu saja."Jangan-jangan terjadi sesuatu padanya."Huston yang tiba-tiba merasa gelisah segera memanggil orang kepercayaannya dan memerintahkan, "Segera selidiki dan cari tahu di mana Gema sekarang. Begitu ada kabarnya, segera lapork