"Kami menginginkan uang, tapi lebih menginginkan nyawamu! Kalau nggak menangkapmu hari ini, Ketua nggak akan mengampuni kami," kata pria kekar sambil menggeleng."Tuan Welton, cepat pergi! Serahkan di sini pada kami!" ujar beberapa bawahan kepercayaannya seraya bergerak maju. Mereka mengonfrontasi bawahan Aula Puma lainnya secara langsung."Setia kawan! Kalian harus bertahan!" Welton menepuk pundak beberapa orang itu, lalu membawa wanita itu untuk pergi."Bunuh!" teriak pria kekar seraya memimpin pasukan untuk menyerang. Beberapa bawahan kepercayaan Welton berusaha untuk melawan, tetapi tidak berhasil karena jumlah mereka terlalu banyak. Beberapa orang itu akhirnya tergeletak di tanah."Kejar!" Pria kekar tidak menunda-nunda, dia langsung mengejar Welton."Aduh ...." Pada saat ini, tiba-tiba kaki istri Welton terpelintir. Dia langsung terjatuh di lantai sambil berteriak, "Sayang, kakiku keseleo! Cepat gendong aku!""Sialan, kau benar-benar merepotkan!" Baru saja Welton hendak mengulurk
Di dalam mobil berwarna hitam yang sedang melaju, Luther bersandar di kursi sambil memejamkan matanya. Meski ekspresinya terlihat tenang, tatapan Luther memancarkan kilatan dingin saat membuka matanya sesekali karena guncangan mobil. Itu adalah tatapan beringas yang ingin membantai orang.Kring ....Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Begitu diangkat, ternyata itu adalah panggilan dari Johan. "Tuan Luther, Welton telah dihabisi. Sesuai perintah Anda, kini hanya tersisa kepalanya.""Ya," balas Luther dengan ekspresi datar."Tuan Luther, istri dan anak Welton sudah tertangkap juga. Mau bagaimana menangani mereka?" tanya Johan."Bunuh saja semuanya," balas Luther dengan tenang."Baik," jawab Johan."Ada satu hal lagi." Luther mengalihkan topik. "Suruh orang selidiki di mana Andrew sekarang.""Tuan Luther, latar belakang Andrew tidak sederhana, posisinya juga sangat tinggi. Apa Anda yakin mau berbuat begitu?" tanya Johan ragu-ragu."Aku nggak peduli dengan identitasnya. Orang yang membunuh teman
"Ariana, kenapa kamu masih saja nggak mengerti?" Helen melanjutkan dengan serius, "Kalau kamu menikah dengan Andrew, bukankah kamu akan mendapat semua yang kamu inginkan? Siapa lagi yang bisa menindasmu?""Aku bisa mengandalkan kemampuanku sendiri, nggak perlu menikah ke keluarga kaya." Ariana menggelengkan kepalanya."Anak ini benar-benar ...." Helen sangat kesal, tetapi tidak berdaya."Sudahlah, nggak ada gunanya dipaksakan. Jalani saja," kata Herlina menasihati. Saat ini, dia sudah merasa sangat gembira. Jika Ariana tidak menyukai Andrew, bukankah artinya Roselyn punya kesempatan?"Lihat, Jenderal Andrew sudah datang!" teriak Roselyn tiba-tiba. Semua orang melihat ke arah pintu depan. Muncul seorang pria berjas dengan wajah tampan. Andrew membawa sekelompok bawahannya berjalan dengan santai masuk ke ruangan itu.Para tamu lainnya langsung menyingkir saat Andrew berjalan di sisi mereka. Auranya yang kuat dan elegan itu menjadi pusat perhatian seisi ruangan."Lho, Jenderal Andrew, And
Bruk! Saat pintu ditendang hingga terbuka, semua orang mengalihkan perhatiannya ke depan pintu. Terlihat seorang pria berbaju putih berjalan masuk dengan wajah bengis. Ekspresinya yang dingin, tatapannya yang tajam, semua itu membuat orang bergidik melihatnya."Luther? Kenapa orang itu bisa datang?" Melihat kedatangannya, Helen mengerutkan alisnya. Dia tidak merasa pernah memberikan undangan untuk Luther. Jangan-jangan pria itu datang untuk makan gratis?"Orang ini salah makan obat ya? Kenapa dia bisa datang? Bawa sial saja!" Roselyn dan ibunya juga menunjukkan ekspresi kesal setelah melihat Luther."Panjang umur sekali orang itu. Baru dibahas saja sudah muncul. Dia benar-benar datang untuk cari mati." Andrew menyunggingkan senyuman sinis. Awalnya, dia berencana mencari kesempatan untuk menghabisi Luther dua hari lagi. Tak disangka orang ini tak sabaran ingin cari mati sendiri."Luther?" Ariana menatapnya dengan mata berbinar. Selanjutnya, dia langsung menyambut pria itu. Ariana tadiny
"Pengawal! Cepat tangkap bajingan ini!" teriak Helen setelah tersadar. Beberapa saat kemudian, belasan pengawal datang untuk mengepung Luther. Masing-masing pengawal itu memegang tongkat listrik."Maju!" Seiring dengan perintah tersebut, para pengawal itu langsung menyerbu Luther. Hanya dengan satu lambaian, Luther menembakkan sejumlah jarum perak. Bahkan sebelum sempat mendekatinya, sekumpulan pengawal itu telah tergeletak di lantai. Semuanya meringkuk sambil memegang perut mereka dan meringis kesakitan.Adegan yang mencengangkan ini membuat semua orang terkejut. Tidak ada yang berani mendekatinya karena takut akan terlibat masalah. Bahkan Helen yang tadinya berteriak dengan sombong pun kini tidak berani lagi bersuara. Jelas sekali, Luther ini bukan lagi Luther yang dulu. Kini pria itu tidak pandang bulu dan kejam."Andrew, kau harus mati hari ini. Nggak ada yang bisa menolongmu!" Luther menoleh dan menjatuhkan kembali pandangannya pada Andrew."Lancang!" Pada saat ini, pria berambut
"Urgh ...." Melihat Dicky yang berada di langit-langit, semua orang tercengang. Mereka menatap Dicky dengan mata membelalak dan ekspresi tak percaya. Tak ada yang menyangka akan terjadi hal seperti itu. Dicky adalah ahli peringkat ketiga di Peringkat Langit, bukankah orang seperti itu seharusnya bisa mengalahkan semua ahli di Jiman?Kenapa orang sehebat itu malah terbang ditinju oleh Luther? Selain itu, dia bahkan tersangkut di langit-langit dan tidak bisa keluar sekarang. Jangan-jangan, ini Dicky yang palsu? Kalau tidak, mana mungkin selemah itu?"Aku nggak salah lihat, 'kan? Dicky ... dipukul sampai terbang?""Sialan, monster macam apa orang ini? Bahkan Dicky saja bukan lawannya!""Nggak masuk akal .... Benar-benar nggak masuk akal!" Setelah hening sejenak, suasana di lokasi menjadi riuh. Semua orang menatap Luther bak monster. Mereka langsung mundur untuk menghindarinya karena takut akan terkena getahnya."Bagaimana mungkin? Dicky kalah?" Pada saat ini, senyuman di wajah Andrew suda
"Berhenti!" Tiba-tiba, Ariana berdiri di hadapannya dan membentak, "Luther! Apa yang kamu lakukan? Ini adalah pesta ulang tahun ibuku, apa maksudnya kamu membunuh orang di sini? Apa kamu masih menganggapku?""Ini adalah masalahku dan Andrew, nggak ada hubungannya denganmu," kata Luther dengan wajah serius."Gimana nggak ada hubungannya denganku? Kamu nggak boleh memukul ibuku dan membuat kekacauan di sini!" balas Ariana. Baru masuk ke ruangan saja Luther sudah bertindak anarkis. Jika dibiarkan begitu saja, masalahnya pasti akan menjadi semakin runyam."Ariana, masalah kita akan dibicarakan lain kali. Sekarang, cepat minggir!" ujar Luther dengan tegas. Saat ini, dia mulai tidak sabaran."Bagaimana kalau aku nggak mau menghindar? Apa kamu mau memukulku juga?" tanya Ariana."Jangan memaksaku!" Luther mengerutkan alisnya dengan ketus."Luther, sejak kapan kamu berubah jadi seperti ini? Apa kamu masih Luther yang kukenal?" tanya Ariana sambil memelototinya dengan tak percaya. Dia benar-bena
"Cepat, cepat! Lebih cepat lagi! Orang itu sudah mau menyusul, tambah kecepatannya!"Di dalam mobil Benz berwarna hitam yang sedang melaju kencang, Andrew terus mendesak sopir itu sambil melihat ke belakang sesekali. Wajahnya tampak panik dan ketakutan. Dengan susah payah dia melarikan diri dari tempat itu, tiba-tiba Andrew menyadari bahwa dia telah dibuntuti seseorang.Mobil di belakang terus mengikutinya. Andrew hanya bisa mendesak sopir untuk terus menambah kecepatan. Dia sangat jelas bahwa nyawanya akan melayang jika sampai tertangkap oleh Luther."Sialan, sekelompok orang gila! Demi sebuah nyawa nggak berharga saja mengejarku sampai begitu? Setelah kembali ke Midyar nanti, aku akan menggerakkan pasukan untuk menghancurkan Faksi Kirin sialan itu!" maki Andrew dengan keringat dingin yang bercucuran.Andrew tidak pernah menyangka dirinya akan jadi begitu menyedihkan. Cucu Keluarga Japardy yang terhormat, jenderal muda di Negara Drago, kini malah dikejar oleh pembunuh. Apalagi, dia ta