Luther melirik sekilas, lalu segera menarik tangannya. Sementara itu, senior kedua itu mendengus dingin dan mengejek, "Dia? Apa hebatnya dia? Mana mungkin dia bisa disetarakan dengan Kak Levin?""Ya! Kak Levin menempati posisi ke-12 di Peringkat Langit. Bocah ini bahkan nggak pantas mengangkat sepatu Kak Levin!" sahut si pria kekar dengan lantang."Kalau senior kalian memang begitu hebat, kenapa dia malah kalah tadi?" tanya Luther tiba-tiba.Hanya pertanyaan sederhana, tetapi membuat mereka semua tidak bisa berkata-kata. Levin bersuara, "Aku memang kalah, tapi kamu rasa dirimu bisa menang? Dengan kemampuanmu, kamu nggak akan bisa menahan 3 serangan Zavier.""Masa? Kita lihat saja nanti," timpal Luther sembari tersenyum tipis dan tidak berbicara lagi. Daripada berbasa-basi di sini, lebih baik dia membuktikan kemampuannya sendiri."Lihat! Zavier sudah turun dari arena, sekarang giliran pesilat Jiberia lain!" seru seseorang tiba-tiba.Semua pandangan seketika tertuju pada arena. Zavier ya
Begitu melihat Luther, Thomas benar-benar kabur tanpa mengucapkan apa pun. Kedua tangan dan kakinya bergerak secara gila-gilaan, membuatnya terlihat seperti ikan yang berjuang mati-matian agar tidak ditangkap."Eee ...." Levin sungguh terkesiap melihat situasi ini, begitu juga dengan si pria kekar, murid Sekte Ilmu Kegelapan, beserta anggota Aliansi Bela Diri Jiman dan Jiberia.Semuanya tercengang dan tidak percaya. Tidak ada yang menyangka bahwa murid utama Sekte Ilmu Kegelapan sekaligus ahli bela diri ke-10 Peringkat Langit akan melarikan diri dengan begitu panik.Tingkah Thomas ini persis dengan orang yang bertemu setan. Kalau tidak melihatnya secara langsung, mereka tidak akan percaya dengan adegan ini."Si ... situasi macam apa ini? Kenapa dia malah kabur?""Sialan, apa-apaan ini? Dia belum bertarung, tapi sudah menyerah?""Apa Thomas itu sudah gila? Dilihat dari penampilannya, dia seperti kerasukan."Sesudah hening sejenak, semua orang sontak menjadi heboh. Baik Aliansi Bela Diri
Titus mengernyitkan alisnya. Franky dan beberapa orang lainnya juga ikut merasa takut. "Guru! Sebaiknya kita pulang saja. Aku nggak mau ikut kompetisi seni bela diri lagi!" kata Thomas hampir menangis.Kejadian yang dialaminya dua hari lalu adalah mimpi buruk baginya. Thomas selalu menganggap dirinya berbakat dan memiliki kemampuan yang mencengangkan. Sejak reputasinya terkenal, dia belum pernah kalah sekali pun. Tak disangka, malam itu dia malah bertemu dengan dua orang monster.Pertama dia dipukul hingga memuntahkan darah oleh seorang wanita dengan gelas. Pria yang muncul selanjutnya bahkan lebih mengerikan lagi. Dia hampir saja membunuh Thomas hanya dengan guncangan dari tubuhnya!Sejak malam itu, harga diri Thomas telah diinjak-injak sepenuhnya. Dalam lubuk hati terdalamnya telah diliputi trauma. Jadi, saat melihat Luther, dia ketakutan hingga ingin melarikan diri. Thomas sama sekali tidak peduli lagi dengan harga dirinya."Thomas, jangan gugup. Malam itu hanya sebuah kecelakaan, m
"Hm?" Suara yang tiba-tiba terdengar ini membuat ketiga orang itu terpelongo. Mereka menoleh ke arah sumber suara bersama-sama. Mereka melihat Luther sedang berdiri dengan kedua tangan di belakang punggungnya di tengah arena. Wajahnya tampak tenang dan dingin."Apa katamu tadi, Nak? Aku kurang jelas mendengarnya." Pria bergolok memicingkan matanya dengan ekspresi marah."Kubilang, kalian bertiga maju sama-sama saja. Dengan begitu, kita bisa hemat waktu dan kalian nggak perlu berebutan lagi, bukankah itu lebih bagus?" tanya Luther dengan tenang. Begitu ucapan itu dilontarkan, semua orang langsung gempar."Sialan! Orang ini sudah gila ya? Dia nggak mau hidup lagi?""Huh! Nggak tahu diri!"Semua orang menunjuk dan membicarakan hal ini dengan riuh. Mereka menatap Luther seakan-akan sedang melihat orang bodoh."Kak, menurutmu orang ini bodoh ya? Satu lawan satu saja dia nggak bisa menang, apalagi tiga lawan satu? Konyol sekali!" kata pria bergolok sambil tertawa sinis."Orang itu cuma cari
"Huh! Sombong sekali! Aku mau lihat seberapa hebat kemampuanmu!" Pria bergolok akhirnya tidak tahan lagi. Dia langsung menerjang sambil mengangkat goloknya, lalu menebaskannya ke arah Luther. Tebasan ini sangat kuat, bahkan mungkin bisa membelah gunung. Air danau di sekitarnya juga mulai bergejolak."Tebasan yang dahsyat!" puji semua orang dengan wajah kaget. Wajar saja orang ini bisa masuk dalam Peringkat Langit. Satu tebasannya saja bisa menimbulkan dampak yang begitu besar. Luther menggelengkan kepalanya. Bukannya mundur, dia justru maju untuk menyambut tebasan itu. Tiba-tiba, Luther melayangkan sebuah tinju yang dahsyat."Cepat sekali!" Pria bergolok itu terkejut seketika, dia menangkis tinju Luther dengan goloknya secara refleks.Bruk!Tinju Luther mendarat di pegangan golok. Seketika, pria bergolok itu terlempar sejauh belasan meter bersama goloknya. Setelah mendarat, pria bergolok bahkan terhuyung mundur beberapa langkah hingga akhirnya bisa berdiri dengan stabil."Mana mungkin?
Pria bergolok yang memimpin pertempuran, sementara wanita bertopeng membantunya dari samping. Keduanya sangat kompak, mereka melancarkan serangan fatal setiap kalinya. Sering kali, kemenangan dan kekalahan dalam pertarungan antar ahli bergantung pada perbedaan yang sangat kecil. Oleh karena itu, mengambil inisiatif dengan cepat sangat penting.Menghadapi serangan dari kedua orang itu, Luther tetap tidak berekspresi sama sekali. Dia melawan keduanya sambil mundur, mengutamakan untuk menghindar dari mereka. Namun, sebagian besar fokusnya teralihkan pada pria kurus itu. Aura membunuh yang dingin memancar dari tubuhnya, membuat orang tidak bisa mengabaikannya.Seorang pembunuh yang bisa masuk dalam 10 peringkat teratas Peringkat Langit tentu bukan orang biasa. Meski kelihatannya sakit-sakitan, sebenarnya dia hanya bepura-pura lemah untuk mengelabui lawan. Begitu ada kesempatan, serangan yang dilancarkannya bahkan akan membuat pesilat tingkat master berwaspada.Syut, syut, syut ....Sinar d
"Aku ...." Thomas menghentikan ucapannya, digantikan dengan hela napas ringan. Jika bukan karena mengalaminya sendiri, Thomas mungkin juga sulit percaya bahwa ada genius yang begitu menakutkan di Jiman.Pada saat ini di atas arena, pertarungan kedua belah pihak semakin sengit. Pria bergolok dan wanita bertopeng telah mengerahkan seluruh kekuatan mereka. Pada awalnya, keduanya masih bisa menyerang dengan dahsyat. Namun hingga sekarang, mereka merasa keadaannya semakin aneh.Pasalnya, seberapa besarnya pun usaha mereka untuk mengepung dan menyerang, mereka tetap tidak bisa menyentuh Luther sama sekali. Bagaikan hantu, Luther sulit sekali diprediksi gerakannya. Setiap kalinya, Luther selalu bisa menghindari serangan yang fatal.Kalau hanya sekali atau dua kali, mungkin masih bisa dibilang sebuah keberuntungan. Namun jika berulang kali seperti itu, situasinya jadi berubah. Kondisinya saat ini bukan lagi mereka yang menyerang Luther, melainkan Luther yang mengendalikan mereka.Perasaan ini
"Urgh ...." Melihat kepala pria bergolok yang telah ditebas, wanita bertopeng langsung terkejut. Dia tidak menyangka bahwa pria kurus akan sekejam itu. Dia membunuh pria bergolok tanpa ragu-ragu sama sekali. Perlu diketahui bahwa kedua orang itu tidak punya dendam sama sekali. Mereka hanya memperebutkan giliran bertarung saja, tidak ada dendam kesumat apa pun. Apalagi, mereka berasal dari kubu yang sama. Wanita bertopeng benar-benar tidak mengerti mengapa pria kurus itu akan melakukan hal ini."Sekarang giliranmu." Pria kurus tersenyum licik, lalu menjulurkan lidahnya untuk menjilat darah di pedangnya. Penampilannya terlihat benar-benar seperti seorang maniak."Kenapa? Aku nggak punya dendam apa pun denganmu. Kenapa kamu harus membunuhku?" tanya wanita bertopeng dengan ketakutan. Dia berusaha untuk memberontak, tetapi tubuhnya mati rasa dan tidak bisa bergerak sama sekali."Nggak ada alasan untuk membunuh orang dari Negara Drago. Apalagi genius seperti kalian, semakin banyak yang mati,