Jadi, asalkan Terry membulatkan tekadnya, tidak sulit baginya untuk mengalahkan Luther."Tuan Larry, menurutmu siapa yang akan menang?" Kevin tiba-tiba menoleh dan bertanya pada Larry yang duduk di posisi paling tengah."Persentase kemenangan 90 banding 10 persen," jawab Larry sambil memicingkan matanya."Oh?" Alan tak kuasa menunjukkan senyuman, lalu menimpali, "Penilaian Tuan Larry memang bagus. Tuan Larry tahu putraku punya jurus andalan, tapi belum menggunakannya sampai sekarang. Wajar kalau persentase kemenangannya tinggi."Sebelumnya, Alan masih khawatir putranya akan kalah. Namun, begitu mendengar jawaban Larry ini, segala keraguan dalam hatinya menghilang. Dia yakin bahwa putranya yang memiliki peluang besar untuk menang.Larry tidak menjelaskan apa pun saat melihat Alan yang begitu percaya diri. Dia hanya menunjukkan senyuman misterius."Teknik 18 Ombak!" Tiba-tiba, terdengar teriakan murka di tengah ring. Dalam sekejap, energi pedang di arena menjadi makin tajam dan kuat. Sel
Bam! Tepat ketika Terry tergeletak di tanah, seluruh arena menjadi gempar. Sanjungan, seruan, dan pujian seketika tidak lagi terdengar.Semua orang saling bertatapan dengan ekspresi heran. Untuk sesaat, mereka tidak tahu harus bereaksi seperti apa.Situasi macam apa ini? Bukankah Terry sudah menang? Mengapa dia tiba-tiba memuntahkan darah? Apakah ini hanya kemenangan yang menyedihkan?Ketika semua orang masih kebingungan, sebuah sosok perlahan-lahan berjalan keluar dari lubang yang berada di dalam reruntuhan.Seiring dengan kemunculan sosok ini, asap di sekeliling pun menyebar dengan sendirinya, seolah-olah membuka jalan untuknya. Pada akhirnya, sosok itu berdiri kokoh di ketinggian.Wajahnya yang tampan terpampang jelas di hadapan semua orang. Sosok itu tidak lain adalah Luther! Luther memasukkan kedua tangannya ke saku sembari memandang Terry yang tergeletak tak berdaya di tanah.Luther pun berdiri dengan gagah dan ekspresinya terlihat datar, seolah-olah pertarungan barusan tidak ada
"Tuan Alan, sepertinya kamu sudah salah paham. Yang kumaksud adalah Luther 90% akan menang, sedangkan putramu hanya 10%," jelas Larry dengan nada datar."Hah?" Alan sontak termangu mendengarnya. Ternyata, dia sudah terlalu percaya diri. Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti, bagaimana seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya bisa menang dari seorang genius?"Kak Alan, terima kasih sudah memperlihatkan Teknik 18 Ombak kepadaku hari ini," ucap Kevin tiba-tiba.Mendengar ini, raut wajah Alan menjadi sangat masam. Awalnya, mereka mengira bisa meningkatkan reputasi Keluarga Oscario dengan pertarungan ini. Alhasil, bukan hanya putranya kalah, tetapi orang-orang juga melihat teknik warisan keluarga mereka. Benar-benar rugi besar!Di sisi lain, kemenangan Luther yang tidak terduga ini juga membuat semua orang mengerti akan satu hal, yaitu muncul lagi seorang genius tak tertandingi di dunia persilatan Jiman. Genius ini bahkan jauh lebih berbakat dan hebat dari Terry!"Dasar nggak bergun
Kebetulan sekali, Terry mendarat di samping kaki Alan. Ketika melihat perut Terry yang bercucuran darah dan energinya melemah, Alan benar-benar murka. Dia sontak berdiri dan memaki, "Berengsek! Berani sekali kamu melukai putraku!""Kamu buta? Jelas-jelas dia yang menyerangku secara diam-diam, aku hanya melawan untuk membela diri," sahut Luther dengan tidak acuh."Omong kosong! Pemenang belum ditentukan, kamu sendiri yang membelakanginya. Bagaimana bisa kamu mengatakan dia menyerangmu secara diam-diam?" bentak Alan. Meskipun putranya salah, dia tidak akan mengakuinya untuk sekarang."Oke. Kalau begitu, apa masalahnya kalau aku menyerangnya?" tanya Luther balik."Tentu saja kamu salah! Kamu jelas-jelas sengaja melukainya!" jawab Alan dengan gusar."Menurut aturan, duel di atas ring sama dengan mempertaruhkan nyawa. Putramu terluka karena dia lemah. Keluarga Oscario adalah keluarga seni bela diri kuno, masa nggak bisa menerima kekalahan?" ejek Luther."Kamu!" Alan sungguh berang, tetapi t
Saat ini, Larry yang sedari tadi diam akhirnya berbicara, "Cukup. Tuan Alan, kamu nggak seharusnya merusak aturan dunia persilatan. Karena mereka melangsungkan duel, nasib mereka tergantung pada kemampuan masing-masing.""Tapi, putraku ...." Alan masih ingin membantah, tetapi Larry meliriknya sekilas dan menyela, "Kenapa? Kamu ingin melanggar aturan?""Nggak, aku nggak berani," sahut Alan dengan geram. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Status Larry jelas-jelas begitu tinggi, tidak ada yang berani melawannya, termasuk Keluarga Oscario."Tuan Alan, sebaiknya cepat bawa putramu ke Lembah Obat. Mungkin, dia masih bisa diselamatkan," ujar Larry untuk memperingatkan."Pengawal! Cepat siapkan mobil!" Sesudah menyadari hal ini, Alan buru-buru menggendong putranya keluar dan tidak berani menunda sedikit pun.Sementara itu, anggota keluarga lainnya segera mengikuti. Dibandingkan dengan membalas dendam, mengobati Terry jelas lebih penting untuk sekarang."Sobat, kita bisa bicara sebentar?" ta
Di luar kediaman Keluarga Oscario, sebuah mobil Maybach melaju dengan kencang untuk mengusir sekelompok orang yang mengejar."Untung saja kita cepat. Kalau nggak, aku nggak punya waktu untuk mengobrol denganmu," ujar Larry sambil menoleh untuk menatap orang-orang yang tampak kesal itu. Pada saat yang sama, dia memuji dirinya yang berpikiran jauh ke depan."Seharusnya nggak separah itu," sahut Luther yang merasa agak heran mendengarnya."Hehe, sepertinya kamu masih belum mengetahui nilaimu sendiri." Larry menggeleng, lalu terkekeh-kekeh dan berkata, "Kemenangan barusan telah membuktikan kemampuan dan bakatmu. Di seluruh Jiman, generasi muda yang bisa bersanding denganmu bahkan nggak sampai 5 orang. Jadi, ada banyak sekte besar yang ingin merekrutmu sekarang.""Benar-benar merepotkan. Kalau tahu hasilnya begini, aku nggak akan memperlihatkan kekuatanku," balas Luther sambil menghela napas.Luther menantang Terry hanya untuk memperingatkan Keluarga Oscario agar tidak mengusiknya lagi. Dia
Luther tersenyum getir sambil berkata, "Baiklah, lagi pula hanya bertarung. Aku setuju."Semua hal yang bisa diatasi dengan kemampuan bela diri bukanlah masalah."Oke, kita sepakat!" seru Larry sambil tersenyum gembira."Tuan Larry, kamu sudah pensiun, kenapa masih mengurus aliansi?" tanya Luther tanpa daya."Ya, hatiku nggak akan pernah terlepas dari aliansi. Apalagi ketua sekarang adalah murid pertamaku, aku tentu senang bisa membantunya mencari kandidat yang berbakat," jawab Larry yang tersenyum."Tuan Larry memang berintegritas!" puji Luther sambil menangkupkan tangannya."Sudahlah, jangan menyanjungku. Mau ke mana? Aku akan mengantarmu," ujar Larry."Aku mau kembali ke Faksi Draco," jawab Luther.....Siang harinya, di Lembah Obat. Terry berbaring dengan wajah pucat pasi dan tubuh yang bercucuran keringat.Beberapa ahli obat yang mengenakan pakaian putih berdiri di samping sambil mengobatinya dengan hati-hati. Sementara itu, Alan hanya bisa menunggu dengan cemas. Dia tidak berani
Malam hari, di ruang kantor lantai 2 Sekolah Bela Diri Draco."Tuan Luther, kamu benar-benar keren hari ini! Kamu bukan hanya menjatuhkan Keluarga Oscario, tapi juga membuat Faksi Draco menjadi sangat terkenal! Semua anggota kita benar-benar mengagumimu sekarang!" puji Ronald sambil menuangkan teh untuk Luther. Dia benar-benar gembira.Sebelumnya, Ronald sangat mencemaskan pertarungan tersebut. Dia khawatir Keluarga Oscario akan membalas dendam jika Luther kalah. Tanpa diduga, ketuanya ini begitu luar biasa. Ketika semua orang mengira Luther akan kalah, dia justru berhasil mengalahkan Terry. Pertarungan itu pun membuatnya menjadi sangat terkenal!"Sudahlah, kamu terus mengulangi perkataan ini sejak tadi. Apa kamu bisa mengatakan hal lain?" ujar Luther yang merasa tidak berdaya.Sejak Luther pulang, Ronald terus menyanjungnya dengan berbagai cara. Pria ini melontarkan semua pujian yang ada di pikirannya. Orang yang tidak tahu mungkin akan mengiranya jatuh hati pada Luther."Tuan ingin d