"Huh!" Ariana mendengus, tidak ingin banyak omong kosong dengan Luther. Dia langsung menginjak kaki Luther dengan kuat, lalu berbalik dan pergi.Sekarang, masalah sudah mereda. Berhubung ledakan tadi cukup dahsyat, petugas pemerintah juga segera berdatangan. Ada yang datang untuk bersih-bersih, ada pula yang memadamkan api. Terhadap orang luar, penyebab kejadian ini dilaporkan sebagai akibat ledakan gas.....Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, tiga hari sudah lewat.Untuk sementara, Ariana dan keluarganya mengungsi ke rumah lama Keluarga Warsono dan tinggal bersama Darius. Sementara itu, orang-orang Keluarga Warsono di Jiberia secara khusus mengutus orang untuk menyelidiki kematian Amanda dan Catherine.Namun, setelah mengetahui bahwa Darwin yang merupakan pelaku utama meledakkan diri dengan bom bunuh diri, mereka juga tidak menyelidikinya lebih jauh. Selain itu, Steward selaku patriark keluarga telah resmi memutuskan untuk mengangkat Ariana sebagai Ketua Grup Miliarder. Hanya m
Luther yang keras kepala membuat Belinda naik darah. "Hei! Kenapa kamu ngotot nggak mau dengar saranku? Kakakku nggak memberitahumu demi kebaikanmu sendiri. Kalau nggak, nyawamu bisa terancam!" ujar Belinda."Huh! Aku sudah pernah menghadapi berbagai macam masalah selama bertahun-tahun ini. Nggak ada masalah yang bisa mengagetkanku. Kutegaskan sekali lagi, kalau kamu masih nggak mau kasih tau, aku akan cari tahu sendiri," ujar Luther dengan tegas.Belinda mengentakkan kakinya dengan kesal, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Setelah beberapa saat, dia menggeleng tak berdaya dan berujar, "Sepertinya kakakku benar, kamu memang nggak akan menyerah. Aku benar-benar nggak tahu apa ini berkah atau bencana.""Kamu mau pergi ke ibu kota provinsi untuk menemui kakakku, 'kan? Oke ... aku bisa membawamu ke sana, tapi kamu harus mendengarkan aku dan nggak boleh gegabah! Kalau nggak, bukan cuma kamu, tapi kakakku juga akan menderita, mengerti?" kata Belinda lagi."Oke!" sahut Luther. Saat
Luther mengambil cangkir teh itu dengan kedua tangan sambil berkata dengan sopan, "Paman Harsa, aku mungkin akan merepotkanmu beberapa hari ini.""Nggak usah sungkan, itu sudah jadi kewajibanku." Harsa tersenyum dan berkata, "Nona Bianca pernah menyelamatkan hidupku, keluarga kami berutang banyak padanya. Bisa mendapat kesempatan untuk membalas kebaikan Nona Bianca adalah kehormatan bagiku.""Benarkah? Aku nggak nyangka Bianca begitu populer," kata Luther sambil tersenyum."Tentu saja!" Harsa berkata dengan bangga, "Aku sendiri yang melihat Nona Bianca tumbuh dewasa, karakternya benar-benar sempurna. Di seluruh ibu kota provinsi, nggak banyak orang yang bisa menandinginya!""Aku tahu," balas Luther sambil mengangguk dan tersenyum."Aduh, Tuan Luther. Gara-gara keasyikan mengobrol, aku jadi lupa. Kamu belum makan, 'kan? Tunggu sebentar ya. Aku akan segera memasak," kata Harsa. Dia pun segera masuk ke dapur dan mulai sibuk memasak bak seorang ibu rumah tangga.Luther tersenyum tipis. Sam
Harsa tertegun sejenak, setelah itu dia buru-buru bertanya, "Kena masalah? Apa yang terjadi?""Putriku barusan menelepon, dia bilang kalau Charlotte bertengkar dengan seseorang di tempat karaoke. Mereka bahkan sudah mulai menggunakan kekerasan. Cepat ke sana!" desak tetangga wanita itu."Apa? Mereka berkelahi?" seru Harsa yang terkejut. Dia segera menaruh peralatan makanannya, lalu berlari ke luar. Saat mencapai depan pintu, Harsa tiba-tiba berpaling dan berkata, "Maaf, Tuan Luther. Terjadi sesuatu pada putriku. Aku harus pergi mengurusnya.""Aku ikut," ujar Luther dengan tegas. Dia tidak mungkin makan dan tinggal gratis di sini. Jika ada yang bisa dia bantu, dia tentu akan melakukannya."Ini ...," ujar Harsa, merasa sedikit malu."Jangan khawatir, aku nggak akan menambah masalah," kata Luther sambil tersenyum."Harsa, cepatlah! Makin banyak orang yang bantu makin bagus, ayo cepat!" desak tetangga wanita tadi."Baiklah," ujar Harsa sambil mengangguk. Tanpa banyak basa-basi, dia segera
"Beraninya kamu menampar ayahku!" seru Charlotte dengan marah. Dia langsung mengambil botol anggur dan hendak memukul pria berjas itu.Namun, Harsa menahan putrinya dan berseru, "Charlotte! Jangan gegabah!""Kenapa? Kamu masih mau memukulku? Coba saja sini. Kalau sehelai saja rambutku yang terluka, kupastikan kalian semua nggak bisa keluar hari ini!" ujar pria berjas sambil mencibir."Dik, ini semua salah paham. Tahan amarahmu, kita bicarakan semuanya baik-baik," kata Harsa sambil terus tersenyum menyesal."Bicara baik-baik? Huh! Apa hakmu untuk mengajakku diskusi?" Pria berjas itu menunjukkan arloji rusaknya dan berkata dengan sinis, "Kamu tahu ini arloji apa? Ini Patek Philippe edisi terbatas, harganya 1,6 miliar! Sekarang, arloji ini sudah dirusak putrimu, gimana kamu mau menangani masalah ini?""Satu miliar enam ratus juta? Mahal sekali!" ujar Harsa terkejut. Gajinya hanya beberapa juta sebulan. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga dia bisa menabung sampai 1,6 miliar."Ja
Aura Hardy tampak mengancam dengan sorot mata yang tajam. Ditambah lagi dengan sosoknya yang besar dan gagah, pria itu memiliki aura yang mendominasi. Mata dari beberapa gadis yang berdiri di belakang tampak berbinar-binar. Mereka sungguh terpesona. Tidak ada seorang pun gadis yang tidak terpincut olehnya. Mereka pernah membayangkan adegan penyelamatan dari seorang pria seperti ini bukan hanya sekali."Bocah! Apa kamu tahu siapa aku? Beraninya kamu ikut campur dalam urusan ini?" tanya pria berjas itu. Dia memegangi kepalanya yang berdarah dengan sorot mata yang tampak sangat sadis."Nggak peduli siapa pun kamu. Hari ini, kalau kamu nggak berlutut dan meminta maaf, aku akan mematahkan kakimu!" ancam Hardy seraya mengangkat tongkat bisbolnya. "Benar! Minta maaf sekarang juga!" Para pengikutnya langsung mulai bersorak. Mereka adalah anak muda yang penuh semangat dan menggebu-gebu sehingga tidak takut pada apa pun."Oke! Bagus sekali! Dasar sekelompok bocah yang nggak tahu apa-apa. Berani
Hardy memutar matanya dan tiba-tiba melihat ke arah Luther yang berdiri di sebelah Harsa. Luther bukan hanya terlihat tenang, tetapi juga sangat tampan. Hal ini membuat Hardy merasakan sedikit ancaman darinya."Ini adalah Tuan Luther, tamu penting di rumah kami. Dia baru datang untuk membantu," jelas Harsa segera. Charlotte menghela napas dengan jengkel, lalu berkata, "Membantu? Dia bahkan nggak mengucapkan sepatah kata pun sejak datang. Ayah meminta orang seperti ini untuk datang membantu?""Benar! Dia kelihatan tampan, tapi ternyata seorang penakut. Begitu digertak sedikit, dia sudah nggak berani berkutik. Benar-benar memalukan," ucap gadis berambut pendek seraya menggelengkan kepala.Meskipun gadis-gadis yang lain tidak mengatakan apa-apa, mereka juga meremehkan Luther dalam hati. Apa gunanya terlihat tampan? Dia ibarat vas bunga yang indah. Ketika menemui bahaya, orang seperti Luther akan kabur lebih cepat dari siapa pun. Pria seperti dia benar-benar tidak bisa diandalkan."Sobat,
"Adik kandung Tuan Ronald?" Saat mendengar kata-kata ini, semua orang tercengang, terutama Hardy. Dia tertegun dan wajahnya menjadi sangat pucat. Dia sama sekali tidak mengira bahwa lawannya memiliki koneksi sebesar ini.Ayahnya hanya mengenal Ronald dan tidak memiliki hubungan yang dalam. Sementara itu, lawannya adalah adik kandung Ronald. Jelas sekali siapa yang lebih berpengaruh. Hardy merasa bahwa dirinya dalam masalah besar sekarang."Bocah! Bukannya kamu sangat berlagak barusan, coba berlagak lagi di hadapanku!" tantang pria berjas itu. Dia menendang perut Hardy dan menjatuhkannya, lalu berseru, "Beraninya kamu campur tangan dalam urusanku. Kamu sepertinya sudah bosan hidup!" Kemudian, dia menghunjamkan kakinya beberapa kali ke arah Hardy.Hardy hanya bisa menahan rasa sakitnya dan tidak berani berkata apa-apa. Meskipun merasa sangat malu, dia tetap harus menahan diri sekarang. "Beraninya sekelompok bocah ingusan seperti kalian berlagak di hadapanku? Benar-benar nggak tahu diri!"
Begitu mendengar pertarungan dimulai, suasana menjadi makin gempar. Sebagian besar mendukung Adam, sebagian besar lagi mendukung Hasta. Keduanya sama-sama genius yang punya reputasi besar. Tentu banyak yang menantikan pertarungan ini.Meskipun urutan Adam di Peringkat Genius lebih rendah, sebagai Ketua Muda Organisasi Mondial, reputasi dan prestisenya justru lebih tinggi daripada Hasta. Adapun siapa yang lebih kuat, semua akan terbukti setelah pertarungan ini berakhir."Hasta, aku sudah lama menunggu hari ini." Mata Adam yang menatap Hasta dipenuhi semangat bertarung. "Banyak orang bilang aku kalah darimu. Aku nggak bisa terima. Hari ini, aku mau bersaing denganmu. Kira-kira lebih hebat pedangmu atau Teknik Pedang Dewaku?""Waktu kamu mengatakan ini, kamu sudah ditakdirkan untuk kalah. Ini karena kamu nggak punya keyakinan untuk mengalahkanku," timpal Hasta dengan tidak acuh."Huh! Nggak usah basa-basi lagi. Hari ini, akan kutunjukkan kehebatan Teknik Empat Dewaku kepadamu!" Tubuh Adam
Setelah pertarungan berakhir, semuanya kembali ke ruang istirahat. Sekarang sudah siang hari. Para kandidat dan penonton tentu harus makan siang terlebih dahulu.Setelah beristirahat sekitar 1 jam, suasana menjadi ramai kembali. Ini karena Nabel naik ke arena kembali. Di belakangnya adalah seorang murid Gunung Narima yang memegang kotak hitam berisikan bola bernomor."Silakan keempat kandidat maju untuk mengambil nomor," ucap Nabel dengan lantang sambil memandang ke sekeliling.Di tengah suara tepuk tangan, empat sosok maju dan menaiki arena. Yang berdiri di paling depan adalah Hasta. Di belakangnya adalah Adam. Yang paling belakang adalah Charlotte dan Luther."Paman, sudah semifinal. Semangat!" Setelah naik ke arena, Charlotte mengedipkan matanya dengan nakal kepada Luther."Kamu juga." Luther tersenyum. Dengan kemampuan Charlotte, dia masih jauh dari Hasta. Jika melawan Adam, Charlotte punya peluang yang cukup besar untuk menang.Bagaimanapun, Adam baru menerobos tingkat grandmaster
"Siapa sebenarnya pemuda ini?" gumam Nabel sambil menatap tangannya yang gemetaran. Dia tak kuasa merasa terkejut.Dari serangan tadi, Nabel bukan hanya tidak mendapat keuntungan dari Luther, tetapi juga menderita kerugian. Patut diketahui bahwa Nabel sudah mencapai tingkat grandmaster.Baik itu basis kultivasi ataupun pencapaian Mantra Cahaya Emas, Nabel jauh lebih hebat daripada Harit. Secara logika, dia seharusnya bisa mengalahkan pemuda seperti Luther. Namun, serangan tadi membuatnya menyadari sesuatu.Luther hanya menyembunyikan kekuatannya dan belum memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya. Jika tidak, Harit mungkin sudah mati sejak tadi. Setelah memikirkan ini, Nabel merasa gelisah.Orang-orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Kekuatan dan potensi yang ditunjukkan Luther sungguh mengerikan. Bahkan, tidak berlebihan untuk mengatakan Luther adalah monster yang setara dengan Hasta."Ada apa ini? Kenapa wasit turun tangan?""Masa nggak ngerti? Harit sudah kalah. Kalau wa
Setelah Jimat Magis Delapan Diagram terbentuk, muncul sebuah formasi besar delapan diagram di tengah arena. Formasi itu menutupi sebagian besar arena dan terus berubah.Luther berdiri di tengah formasi. Seketika, dia merasakan tekanan besar. Tekanan ini berbeda dengan yang dihasilkan Jimat Pemindah Gunung. Tekanan ini tidak menargetkan fisik, melainkan menargetkan jiwa.Ini membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah berada di dalam penjara dan tidak akan pernah bisa melarikan diri. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, Jimat Magis Delapan Diagram baru benar-benar memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya kali ini."Kamu nggak seharusnya memberiku waktu untuk membuat persiapan. Kamu terlalu sombong!" Harit merasa lega melihat formasinya telah terbentuk. Jimat Magis Delapan Diagram memang hebat, tetapi butuh waktu untuk digunakan. Bagi ahli bela diri. Waktu ini sebenarnya sangat fatal.Ketika menghadapi Kiehl kemarin, Karena situasi mendesak, Harit terpaksa mengambil risiko dan tidak se
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi