Luther tidak bisa menahan senyum saat mencium aroma familier dari tubuh Ariana yang berada dalam pelukannya. Dia bisa melihat bahwa Ariana sangat mengkhawatirkannya. Kalau tidak, Ariana mustahil menangis sekencang itu.Setelah memeluk Ariana selama beberapa saat, Luther akhirnya berkata, "Sudah, sudah, jangan nangis lagi. Bajuku jadi basah semua. Padahal aku baru membelinya dua hari lalu.""Paling-paling aku tinggal ganti rugi!" balas Ariana. Dia segera melepaskan pelukannya dan mencubit pinggang Luther dengan kuat hingga membuat pria itu meringis kesakitan."Apa yang terjadi barusan? Kenapa kamu nggak keluar lebih awal?" tanya Ariana lagi."Darwin itu ancaman yang berbahaya, aku harus melenyapkannya sebelum bisa pergi," kata Luther dengan jujur."Aku tahu kamu jago bertarung, tapi kamu juga harus memperhatikan keselamatanmu sendiri. Ada bom yang diikatkan di tubuh orang itu, gimana kalau kamu sampai ikut meledak?" ujar Ariana dengan jengkel."Bukannya aku baik-baik saja sekarang?" kat
"Huh!" Ariana mendengus, tidak ingin banyak omong kosong dengan Luther. Dia langsung menginjak kaki Luther dengan kuat, lalu berbalik dan pergi.Sekarang, masalah sudah mereda. Berhubung ledakan tadi cukup dahsyat, petugas pemerintah juga segera berdatangan. Ada yang datang untuk bersih-bersih, ada pula yang memadamkan api. Terhadap orang luar, penyebab kejadian ini dilaporkan sebagai akibat ledakan gas.....Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, tiga hari sudah lewat.Untuk sementara, Ariana dan keluarganya mengungsi ke rumah lama Keluarga Warsono dan tinggal bersama Darius. Sementara itu, orang-orang Keluarga Warsono di Jiberia secara khusus mengutus orang untuk menyelidiki kematian Amanda dan Catherine.Namun, setelah mengetahui bahwa Darwin yang merupakan pelaku utama meledakkan diri dengan bom bunuh diri, mereka juga tidak menyelidikinya lebih jauh. Selain itu, Steward selaku patriark keluarga telah resmi memutuskan untuk mengangkat Ariana sebagai Ketua Grup Miliarder. Hanya m
Luther yang keras kepala membuat Belinda naik darah. "Hei! Kenapa kamu ngotot nggak mau dengar saranku? Kakakku nggak memberitahumu demi kebaikanmu sendiri. Kalau nggak, nyawamu bisa terancam!" ujar Belinda."Huh! Aku sudah pernah menghadapi berbagai macam masalah selama bertahun-tahun ini. Nggak ada masalah yang bisa mengagetkanku. Kutegaskan sekali lagi, kalau kamu masih nggak mau kasih tau, aku akan cari tahu sendiri," ujar Luther dengan tegas.Belinda mengentakkan kakinya dengan kesal, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Setelah beberapa saat, dia menggeleng tak berdaya dan berujar, "Sepertinya kakakku benar, kamu memang nggak akan menyerah. Aku benar-benar nggak tahu apa ini berkah atau bencana.""Kamu mau pergi ke ibu kota provinsi untuk menemui kakakku, 'kan? Oke ... aku bisa membawamu ke sana, tapi kamu harus mendengarkan aku dan nggak boleh gegabah! Kalau nggak, bukan cuma kamu, tapi kakakku juga akan menderita, mengerti?" kata Belinda lagi."Oke!" sahut Luther. Saat
Luther mengambil cangkir teh itu dengan kedua tangan sambil berkata dengan sopan, "Paman Harsa, aku mungkin akan merepotkanmu beberapa hari ini.""Nggak usah sungkan, itu sudah jadi kewajibanku." Harsa tersenyum dan berkata, "Nona Bianca pernah menyelamatkan hidupku, keluarga kami berutang banyak padanya. Bisa mendapat kesempatan untuk membalas kebaikan Nona Bianca adalah kehormatan bagiku.""Benarkah? Aku nggak nyangka Bianca begitu populer," kata Luther sambil tersenyum."Tentu saja!" Harsa berkata dengan bangga, "Aku sendiri yang melihat Nona Bianca tumbuh dewasa, karakternya benar-benar sempurna. Di seluruh ibu kota provinsi, nggak banyak orang yang bisa menandinginya!""Aku tahu," balas Luther sambil mengangguk dan tersenyum."Aduh, Tuan Luther. Gara-gara keasyikan mengobrol, aku jadi lupa. Kamu belum makan, 'kan? Tunggu sebentar ya. Aku akan segera memasak," kata Harsa. Dia pun segera masuk ke dapur dan mulai sibuk memasak bak seorang ibu rumah tangga.Luther tersenyum tipis. Sam
Harsa tertegun sejenak, setelah itu dia buru-buru bertanya, "Kena masalah? Apa yang terjadi?""Putriku barusan menelepon, dia bilang kalau Charlotte bertengkar dengan seseorang di tempat karaoke. Mereka bahkan sudah mulai menggunakan kekerasan. Cepat ke sana!" desak tetangga wanita itu."Apa? Mereka berkelahi?" seru Harsa yang terkejut. Dia segera menaruh peralatan makanannya, lalu berlari ke luar. Saat mencapai depan pintu, Harsa tiba-tiba berpaling dan berkata, "Maaf, Tuan Luther. Terjadi sesuatu pada putriku. Aku harus pergi mengurusnya.""Aku ikut," ujar Luther dengan tegas. Dia tidak mungkin makan dan tinggal gratis di sini. Jika ada yang bisa dia bantu, dia tentu akan melakukannya."Ini ...," ujar Harsa, merasa sedikit malu."Jangan khawatir, aku nggak akan menambah masalah," kata Luther sambil tersenyum."Harsa, cepatlah! Makin banyak orang yang bantu makin bagus, ayo cepat!" desak tetangga wanita tadi."Baiklah," ujar Harsa sambil mengangguk. Tanpa banyak basa-basi, dia segera
"Beraninya kamu menampar ayahku!" seru Charlotte dengan marah. Dia langsung mengambil botol anggur dan hendak memukul pria berjas itu.Namun, Harsa menahan putrinya dan berseru, "Charlotte! Jangan gegabah!""Kenapa? Kamu masih mau memukulku? Coba saja sini. Kalau sehelai saja rambutku yang terluka, kupastikan kalian semua nggak bisa keluar hari ini!" ujar pria berjas sambil mencibir."Dik, ini semua salah paham. Tahan amarahmu, kita bicarakan semuanya baik-baik," kata Harsa sambil terus tersenyum menyesal."Bicara baik-baik? Huh! Apa hakmu untuk mengajakku diskusi?" Pria berjas itu menunjukkan arloji rusaknya dan berkata dengan sinis, "Kamu tahu ini arloji apa? Ini Patek Philippe edisi terbatas, harganya 1,6 miliar! Sekarang, arloji ini sudah dirusak putrimu, gimana kamu mau menangani masalah ini?""Satu miliar enam ratus juta? Mahal sekali!" ujar Harsa terkejut. Gajinya hanya beberapa juta sebulan. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga dia bisa menabung sampai 1,6 miliar."Ja
Aura Hardy tampak mengancam dengan sorot mata yang tajam. Ditambah lagi dengan sosoknya yang besar dan gagah, pria itu memiliki aura yang mendominasi. Mata dari beberapa gadis yang berdiri di belakang tampak berbinar-binar. Mereka sungguh terpesona. Tidak ada seorang pun gadis yang tidak terpincut olehnya. Mereka pernah membayangkan adegan penyelamatan dari seorang pria seperti ini bukan hanya sekali."Bocah! Apa kamu tahu siapa aku? Beraninya kamu ikut campur dalam urusan ini?" tanya pria berjas itu. Dia memegangi kepalanya yang berdarah dengan sorot mata yang tampak sangat sadis."Nggak peduli siapa pun kamu. Hari ini, kalau kamu nggak berlutut dan meminta maaf, aku akan mematahkan kakimu!" ancam Hardy seraya mengangkat tongkat bisbolnya. "Benar! Minta maaf sekarang juga!" Para pengikutnya langsung mulai bersorak. Mereka adalah anak muda yang penuh semangat dan menggebu-gebu sehingga tidak takut pada apa pun."Oke! Bagus sekali! Dasar sekelompok bocah yang nggak tahu apa-apa. Berani
Hardy memutar matanya dan tiba-tiba melihat ke arah Luther yang berdiri di sebelah Harsa. Luther bukan hanya terlihat tenang, tetapi juga sangat tampan. Hal ini membuat Hardy merasakan sedikit ancaman darinya."Ini adalah Tuan Luther, tamu penting di rumah kami. Dia baru datang untuk membantu," jelas Harsa segera. Charlotte menghela napas dengan jengkel, lalu berkata, "Membantu? Dia bahkan nggak mengucapkan sepatah kata pun sejak datang. Ayah meminta orang seperti ini untuk datang membantu?""Benar! Dia kelihatan tampan, tapi ternyata seorang penakut. Begitu digertak sedikit, dia sudah nggak berani berkutik. Benar-benar memalukan," ucap gadis berambut pendek seraya menggelengkan kepala.Meskipun gadis-gadis yang lain tidak mengatakan apa-apa, mereka juga meremehkan Luther dalam hati. Apa gunanya terlihat tampan? Dia ibarat vas bunga yang indah. Ketika menemui bahaya, orang seperti Luther akan kabur lebih cepat dari siapa pun. Pria seperti dia benar-benar tidak bisa diandalkan."Sobat,
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un
"Orang ini benar-benar sulit dihadapi!" Kitto menoleh ke belakang dan melihat Wirya masih terus mengejar mereka tanpa henti.Pasukan yang dikirim untuk mengadang Wirya sama sekali tidak berguna, bahkan gagal melukainya sedikit pun.Yang paling membuat frustrasi adalah Wirya bukan hanya mengejar, tetapi juga terus menembakkan sinyal merah, membuat posisi mereka terlihat dengan jelas.Jika terus begini, tidak peduli ke arah mana mereka melarikan diri, pada akhirnya mereka tetap akan terjebak."Kitto, Damian! Kalian berdua turun tangan sendiri, bunuh lalat menjengkelkan itu untukku!" Loland segera memberikan perintah."Jenderal, kalau kami pergi, siapa yang akan melindungimu?" Kitto ragu sejenak.Saat ini, kondisi tubuh Loland sangat buruk. Jika mereka berdua pergi dan tiba-tiba ada ahli yang menyerang, nyawa Loland akan dalam bahaya besar."Kalau nggak membunuh lalat itu, situasiku malah akan semakin bahaya! Cepat pergi!" desak Loland dengan marah."Baik!" Kitto dan Damian saling bertuka
"Saudara-saudara! Bunuh mereka!"Begitu mendengar perintah itu, Pasukan Api Merah dari kediaman jenderal langsung menghunuskan pedang mereka dan menyerang Tim Penegak Hukum.Pasukan Api Merah yang datang kali ini berjumlah hampir 1.000 orang. Mereka bukan hanya unggul dalam jumlah, tetapi juga menyerang dari kedua sisi, membuat pertahanan lawan sulit ditembus."Susun formasi perisai!" Melihat situasi yang berbahaya, Wirya segera memerintahkan para anggota Tim Penegak Hukum untuk menyarungkan pedang mereka dan membentuk formasi pertahanan.Mereka telah terpisah dari pasukan utama dan kini berhadapan dengan musuh yang jumlahnya 10 kali lipat lebih banyak. Dalam kondisi seperti ini, bertahan dalam formasi adalah pilihan terbaik.Mereka hanya perlu menahan serangan sebentar. Dalam waktu singkat, bala bantuan dari istana akan segera tiba. Ketika saat itu tiba, Pasukan Api Merah tidak akan punya kesempatan untuk melawan.Sesaat kemudian, kedua belah pihak memulai pertarungan sengit. Pasukan