"Beraninya kamu menampar Nyonya Amanda? Kurang ajar!" Melihat Amanda yang ditampar, beberapa wanita tua di sana tertegun sejenak. Kemudian, mereka langsung emosi dan mulai menyerang Luther dengan berbagai cacian dan serangan."Sekelompok wanita kasar!" maki Luther yang ekspresinya berubah menjadi tegas. Tanpa banyak bicara, dia langsung membabat beberapa wanita tua itu hingga terpental. Dalam sekejap, beberapa dari mereka pingsan, bahkan ada yang mengalami pendarahan hidung dan mulut, serta kehilangan gigi.Hanya dalam sekejap, semua orang yang baru saja melakukan kekerasan tergeletak tak berdaya di tanah. "Luther, nyalimu besar sekali! Beraninya kamu memukul kami? Kamu sepertinya sudah bosan hidup!" maki Catherine yang berusaha berdiri dengan ekspresi ganas. Catherine adalah putri dari keluarga bangsawan dan neneknya adalah salah satu pemimpin Keluarga Warsono. Bagaimana seorang sampah seperti Luther berani memukul mereka? Dia benar-benar tidak tahu diri!"Aku bukan hanya ingin memuk
"Pria hidung belang?" Sudut mulut Luther tampak berkedut. Ini sudah makin tidak masuk akal. Dia hanya sedang mengoleskan obat, tetapi mengapa malah dijuluki sebagai pria hidung belang?Melihat Bianca yang cemburu, Ariana pun menyunggingkan senyuman sambil berkata, "Nona Bianca, kamu sudah salah paham. Luther memang sedang mengoleskan obat untukku. Tentunya kalau kamu nggak percaya, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa."Usai mengatakan itu, Ariana mengenakan pakaiannya kembali dengan santai dan sorot matanya terlihat agak menantang. "Hmph! Mengoleskan obat, ya? Aku juga ingin diobati!" ucap Bianca yang langsung duduk di samping Luther dan mulai membuka pakaiannya."Eh! Apa yang kamu lakukan?" seru Luther yang terkejut dan buru-buru mencoba menghentikannya. "Kenapa? Kamu bisa mengoleskan obat untuknya, tapi nggak untukku?" tanya Bianca seraya memasang ekspresi serius dan agak kesal."Kamu sama sekali nggak cedera, jadi untuk apa mengoleskan obat?" tanya Luther yang tak kuasa tersenyum ge
"Nggak bisa pilih, masing-masing punya rasanya tersendiri tergantung waktu, tempat, dan keadaan," balas Luther dengan wajah tegang."Huh! Pandai sekali kamu bicara!" ucap Ariana seraya memutar bola matanya. Dia tidak lagi mempersulit Luther."Nggak peduli apa pun pilihanmu, yang penting kamu harus suka dengan daging panggang!" kata Bianca dengan tegas, seolah-olah memaksa Luther harus setuju dengannya. Luther hanya tersenyum tipis, dia tidak berani berkata apa pun. Tak disangka, punggungnya sudah dibasahi keringat."Sayang, kamu keluar dulu, ada yang ingin kubicarakan padamu." Baru saja menyelesaikan sebuah makan malam yang menakutkan ini, Luther kembali dipanggil keluar oleh Bianca. Ariana berpura-pura keluar untuk berjalan santai, tapi sebenarnya dia sedang berusaha untuk menguping pembicaraan kedua orang itu.Namun, trik kecil seperti ini tentu saja langsung ketahuan oleh Bianca. Dia langsung menarik Luther masuk ke mobil. Begitu pintu mobil tertutup, suara mereka tidak bisa lagi ke
Malam pun tiba, saat ini di dalam vila Keluarga Warsono ....Bruk! Tiba-tiba, pintu ruangan ditendang hingga terbuka. Selanjutnya, Amanda membawa beberapa pengawal Keluarga Warsono masuk dengan emosi menggebu-gebu. Salah satu di antaranya yang paling mencolok adalah kedua pria kekar yang memiliki tinggi sekitar 2 meter.Penampilan kedua orang itu tampak mirip, dengan otot yang sangat kekar dan kontur tubuh yang tegas. Keduanya tampak bagaikan sebuah gunung besar yang menjulang, membuat orang yang melihatnya merasa terintimidasi."Ariana! Keluar kau!" teriak Amanda setelah masuk ke ruangan. Wajahnya masih memar karena pukulan tadi siang. Ditambah dengan ekspresinya yang bengis, wajah Amanda tampak sangat menakutkan."Lho, Nyonya Amanda? Kenapa Anda bisa datang?" tanya Helen ketika berjalan keluar dari dapur. Melihat para pasukan yang dibawa Amanda, Helen merasa terkejut sejenak."Katakan, di mana Ariana dan Luther?" tanya Amanda sambil menggertakkan giginya."Setelah keluar tadi pagi, m
Bahkan pisau saja tidak sanggup menembus tubuhnya, apakah pria ini benar-benar terbuat dari besi?"Huh! Tigor adalah seorang seniman bela diri kuno tingkat internal puncak. Mana mungkin kamu bisa melukainya hanya dengan pisau kecil seperti ini?" kata Catherine sambil mencibir. Demi memulihkan harga diri mereka, Amanda secara khusus mendatangkan kedua orang ahli dari keluarga mereka. Sehebat apa pun Luther, dia harus mati hari ini!"Minggir!" Tigor mengangkat tangannya dan memukul Helen hingga terlempar.Amanda berjalan ke hadapannya dengan angkuh, lalu menusuk wajah Helen dengan tongkatnya dan berkata, "Kuberi kesempatan lagi untukmu. Panggil Ariana dan Luther untuk kembali. Kalau nggak, akan kupatahkan kaki anakmu ini!""Ampun, Nyonya! Aku akan segera menelepon mereka!" Helen sangat panik, dia buru-buru mengeluarkan ponsel dan menelepon Ariana. Selain itu, dia juga berpesan kepada Ariana untuk membawa Luther pulang. Namun, Helen sengaja tidak menyebutkan alasannya karena takut Luther
Dor! Darwin menarik pelatuk pistolnya dan menembak Amanda. Di saat-saat kritis, Tigor yang bertubuh kekar itu mengadang di hadapan Amanda dan menyilangkan kedua tangannya sebagai perlindungan. Pada saat bersamaan, dua buah gelang besi yang berat keluar dari lengan bajunya.Klang!Seiring dengan percikan api, peluru langsung terpental oleh hantaman cincin besi. Tigor berdiri di tempat sambil tersenyum sinis. Jelas sekali, dia sama sekali tidak menganggap serius Darwin. Jika sudah mencapai tingkat internal tahap puncak, tentunya Tigor tidak akan takut lagi terhadap peluru.Sebab, Tigor bisa bereaksi lebih cepat sebelum musuhnya menembakkan peluru. Dia bisa saja menghindar ataupun menangkisnya dengan senjata. Selama bukan serangan mendadak dari belakang, Tigor sangat sulit untuk dilukai. Inilah kelebihan seorang seniman bela diri!"Pelurunya ditangkis?" Helen kembali terkejut seketika. Selain pisau, kini Tigor juga berhasil menangkis peluru? Apakah orang ini benar-benar manusia?"Huh! Kam
Pria pendek itu menyeringai, lalu membanting mayat Tigor ke dinding."Tigor!" Timo memeluk jasad adiknya, lalu berteriak marah, "Beraninya kau membunuh adikku? Akan kuhabisi kau!" Usai bicara, Timo langsung menyerbu ke arah pria pendek dengan ganas. Pria pendek itu hanya tersenyum sinis, lalu menendang dada Timo.Bruk! Timo merasa seolah-olah ditabrak oleh truk, tubuhnya terpental jauh dan mendarat dengan keras di lantai. Dia memuntahkan banyak sekali darah, bagian dadanya juga menjadi cekung karena tendangan tersebut."Apa!" Melihat adegan ini, semua anggota Keluarga Warsono benar-benar tercengang. Kekuatan Timo jauh lebih hebat daripada Tigor. Namun, dia juga tidak sanggup menahan serangan dari lawannya ini. Siapa sebenarnya pria pendek itu?!"Si ... siapa kamu sebenarnya?" tanya Timo sambil memegang dadanya. Hidung dan mulutnya telah berlumuran darah. Orang yang bisa mengalahkannya dalam sekejap, tentunya adalah seorang ahli tingkat sejati."Pembunuh tingkat emas di Daftar Peringkat
"Apa katamu?" tanya Ariana sambil mengerutkan alisnya."Kamu masih belum ngerti? Kalau begitu akan kukatakan sekali lagi." Darwin tidak lagi tersenyum saat ini, dia hanya melanjutkan dengan nada datar, "Hanya satu di antara dia dan Luther yang bisa tetap hidup. Sekarang kamu sendiri yang harus menentukan pilihannya.""Ariana, pilih bunuh Luther! Ini adalah kesempatanmu untuk menebus kesalahan!" teriak Catherine."Ya, kalau kamu menolongku hari ini, aku bukan hanya akan mengampuni kesalahanmu, tapi juga pasti akan membantumu naik jabatan!" kata Amanda ikut memberi jaminan. Saat ini, dia benar-benar panik. Sebab, Darwin adalah orang yang sangat kejam dan sama sekali tidak bisa berpikir rasional.Darwin akan membunuh siapa saja tanpa ragu-ragu. Amanda merasa masih belum puas menikmati hidupnya. Jadi, dia masih belum ingin mati sekarang."Darwin! Aku nggak ada dendam denganmu, kenapa kamu harus mendesakku seperti ini?" tanya Ariana."Nggak punya dendam?" Darwin tertawa terbahak-bahak, lalu
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru