"Ada apa?" tanya Bianca sedikit terkejut."Aku baru mendapat kabar kalau Luther ditangkap orang-orang dari markas militer!" kata Belinda. Tanpa berbasa-basi, dia segera menceritakan apa yang terjadi secara singkat.Setelah mendengar ini, Bianca langsung berkata dengan serius, "Kalau sampai mengerahkan militer untuk menangkap Luther, dalangnya pasti punya latar belakang yang kuat."Belinda mengernyit dan berkata, "Kak, mungkinkah Keluarga Sudarmo yang melakukannya? Kemarin, Luther membuat kekacauan di Kediaman Sudarmo dan bahkan melukai putra Darwin. Keluarga Sudarmo nggak mungkin membiarkannya begitu saja.""Masalah ini pasti ada hubungannya dengan Keluarga Sudarmo. Tapi, koneksi Darwin jelas nggak cukup kuat untuk memobilisasi kekuatan militer. Menurutku, Keluarga Sunaryo-lah yang membuat masalah ini membesar," kata Bianca menuangkan pikirannya.Tunangan Roger adalah Kezia. Mengingat ikatan di antara mereka berdua, Keluarga Sunaryo pasti tidak akan tinggal diam. Sebagai salah satu dar
Pada saat ini, di lapangan latihan sebuah pangkalan militer. Luther terikat di tiang dengan tali yang tebal dan terbuat dari besi hitam yang sangat kuat dan keras. Di atas kepalanya, matahari bersinar terik dan di sekitarnya ada sekelompok tentara bersenjata. Semuanya tampak waspada dan siap siaga.Namun, Luther tidak menunjukkan reaksi apa pun, dia hanya berdiri dengan tenang. Reaksinya yang tenang inilah membuat para tentara di sekitarnya agak terkejut. Biasanya, orang-orang akan takut melihat situasi seperti ini. Pria ini tampaknya berbeda."Kamu yang namanya Luther?"Pada saat itu, seorang pria bertubuh besar dan berwajah bulat yang mengenakan seragam jenderal datang dengan sekelompok orang."Aku sudah ditangkap kalian, masa kamu masih nggak tahu namaku?" kata Luther dengan tenang."Jangan banyak bicara! Jawablah sesuai pertanyaan Jenderal!" teriak seorang perwira."Iya, iya ... aku Luther.""Bagus ...." Pria berwajah bulat itu mengangguk, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau
Setiap kali pria kekar itu mengayunkan cambuknya, terdengar suara pukulan yang amat nyaring. Bahkan dalam jarak jauh sekalipun, suara itu terdengar dengan jelas."Hahaha ... bagus sekali!" Melihat adegan ini, Kezia tertawa puas. Kemarin, Luther berhasil mengalahkan banyak lawan dan merendahkan mereka semua. Hari ini, Kezia berencana untuk membalas dendam."Dik Kezia, kamu bilang bocah ini sangat sulit dihadapi. Menurutku, dia tidak ada apa-apanya," kata Vincent sambil tersenyum menyeringai. "Lihatlah, bukankah sekarang dia hanya bisa pasrah menjadi tahananku?""Kak, orang ini adalah ahli bela diri, kemampuannya sangat hebat. Keluarga Sudarmo punya banyak sekali pengawal, tapi semua tidak sanggup menahannya." Kezia merasa agak takut."Hehe ... sehebat apa pun, dia hanya seorang petarung. Memangnya dia bisa menghadapi ribuan prajuritku?" Vincent kembali berkata, "Beberapa tahun ini, entah sudah berapa banyak ahli dunia persilatan yang ditangkap oleh kemiliteran. Semuanya bahkan merupakan
"Hm?" Melihat sikap Luther yang tenang, Vincent agak tertegun. Dia tahu jelas kekuatan cambuk baja ini. Bahkan pria yang kekar sekalipun tidak akan sanggup menahan 10 kali cambukan.Namun, setelah dipukul berulang kali, bocah ini bukan hanya tidak terluka sama sekali. Sebaliknya, malahan cambuknya yang putus tiga buah. Ini benar-benar hal aneh!"Bocah! Trik apa yang kamu lakukan?" bentak Vincent."Pukul saja kalau mau, kenapa banyak omong kosong sekali?" kata Luther sambil menguap. Gayanya yang meremehkan ini membuat Vincent murka."Sialan! Aku tidak percaya!" Vincent tidak berkata apa-apa, dia langsung mengeluarkan pisaunya ke hadapan Luther dan melayangkan dua tebasan.Klang! Klang!Dua serangan pedang dilancarkan, tetapi Luther tetap tidak terluka sedikit pun. Sebaliknya, pedang di tangan Vincent mengalami dua goresan."Jurus perisai baja?" Kezia menyipitkan matanya. Sebagai orang dari dunia persilatan, tentu saja dia bisa melihat kejanggalan yang terjadi. Jika Luther bisa menghinda
"Kak, apa rantaimu ini kuat? Kemampuan anak ini luar biasa, bagaimana kalau dia lepas?" kata Kezia."Jangan khawatir, rantai kami ini semuanya terbuat dari besi hitam dan sangat kuat. Pedang saja susah untuk memutuskannya, apalagi manusia. Bahkan seekor gajah saja bisa diikat rantai ini dengan mudah. Begitu dia diikat dengan rantai ini, seumur hidup ini juga jangan berharap bisa lepas!" kata Vincent dengan penuh percaya diri.Vincent sudah sering bertemu dengan ahli bela diri, tetapi belum pernah ada yang mampu melepaskan diri dari rantai besi hitam."Baguslah," kata Kezia sambil menghela napas lega.Namun, begitu mengatakan itu, mereka mendengar suara benturan logam dan rantai yang ukurannya sebesar lengan itu langsung dipatahkan Luther dengan mudah."Berengsek!"Vincent terkejut hingga camilan di tangannya terjatuh ke tanah. Ekspresi Kezia yang berada di sampingnya juga bengong. Bukankah katanya rantai yang terbuat dari besi hitam itu sangat kuat? Mengapa bisa dipatahkan dengan begit
"Hah?"Melihat Iblis Darah yang tiba-tiba berlutut di tanah, Vincent dan Kezia tercengang. Keduanya saling memandang dengan ekspresi bingung. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Mengapa Iblis Darah tiba-tiba berlutut di tanah? Apakah sebelum melakukan penyiksaan harus bersembahyang terlebih dahulu?Berbeda dengan reaksi aneh orang-orang yang ada di sekitarnya, Iblis Darah saat ini justru terlihat sangat ketakutan dan keringat dinginnya mengalir. Sebagai murid dari Pembantai Manusia, Fuso, bagaimana mungkin Iblis Darah tidak tahu arti sebenarnya dari gambar Kirin ini. Di seluruh dunia ini, gambar Kirin hitam yang unik seperti ini hanya ada satu dan telah menjadi simbol kekuatan tertentu.Pantas saja Iblis Darah merasa orang yang diikat ini terlihat familier dan berani langsung memanggil nama Pembantai Manusia. Ternyata, orang di depannya itu adalah Putra Kirin dari Keluarga Bennett yang hampir menyebabkan kekacauan di negara ini sepuluh tahun yang lalu! Gawat .... Dosa apa yang telah Ibl
Vincent membusungkan dadanya dan berkata dengan angkuh, "Aku adalah wakil jenderal dari Pasukan Macan Putih milik Jenderal Yogi. Tidak peduli siapa pun anak ini, aku juga bisa membereskannya dengan mudah. Tunggu dan lihatlah!!"Begitu Vincent mengatakan itu, ponselnya tiba-tiba berdering. Telepon pertama masuk."Halo! Jenderal Vincent, aku adalah Eril dari Keluarga Wirawan. Kamu sudah menangkap orang yang seharusnya tidak kamu tangkap. Kalau kamu segera bebaskan dia, mungkin kamu masih bisa menghindari bencana.""Sialan! Kamu kira kamu siapa? Berani-beraninya memerintahku! Pergi sana!" Usai bicara, Vincent langsung mematikan teleponnya."Kak, sepertinya, ada yang memohon belas kasihan untuk Luther," kata Kezia sambil tersenyum.Kezia sudah menduga akan ada kejadian seperti ini sejak awal."Huh! Ingin aku melepaskan orang ini? Tidak begitu mudah!" kata Vincent dengan cuek.Dengan adanya dukungan dari Keluarga Sunaryo, di seluruh provinsi selatan ini, hanya ada beberapa orang yang bisa m
"Plak!"James tidak mengatakan apa pun. Dia langsung menampar Vincent dan membuat pria itu tercengang hingga beberapa saat sebelum merespons. Padahal Vincent menyambut James dengan senyuman, tetapi James malah menyerangnya. Sungguh menyebalkan!"Pak James! Apa maksudmu ini?"Ekspresi Vincent menjadi muram dan tatapannya menjadi sangat tajam. Meskipun James adalah ajudan Dennis, bukan berarti James bisa merendahkan Vincent sesukanya. Bagaimanapun juga, di belakang Vincent masih ada Jenderal Yogi yang jabatannya bahkan lebih tinggi dari Dennis!James berkata dengan nada dingin, "Jenderal Vincent, tamparan ini adalah pelajaran untukmu. Kamu tidak seharusnya menangkap Tuan Luther. Segera lepaskan dia, kalau tidak, tanggung sendiri konsekuensinya.""Kamu sedang mengancamku?"Vincent mendengus. "James! Kamu ini hanya seorang bawahan dari jenderal tua saja, apa hakmu memerintahku?""Aku memang tidak berhak, tapi Jenderal Dennis berhak. Kalau kamu tidak ingin terlibat masalah, lakukan saja apa
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam