Keesokan paginya, di Klinik Damai. Luther bangun lebih awal dan mandi sebentar, lalu mulai memasak sarapan. Seperti biasanya, dia membuat mi telur dengan tomat. Dia membuat sup mi terlebih dahulu, lalu memasak mi. Setelah semuanya matang, dia menghias mi itu dengan daun bawang cincang. Masakannya sederhana, tetapi harum."Wow! Harum sekali!"Luther baru saja menyajikan mi telur dengan tomatnya, ada seseorang yang masuk dari pintu dan orang ini adalah Ariana. Hari ini, dia mengenakan setelan jas dan memakai sepatu hak tinggi hitam. Rambut panjangnya diikat dan terlihat lehernya yang putih halus. Dia terlihat cantik dan elegan.Ariana melihat dengan cermat dan ekspresinya terlihat gembira. "Mi telur tomat? Luther, bagaimana kamu bisa tahu aku belum sarapan? Karena kamu sudah memasaknya, aku tidak akan segan lagi!"Setelah mengatakan itu, Ariana langsung duduk dan hendak makan."Mi ini bukan ...."Luther baru saja membuka mulut dan hendak mengatakan sesuatu, pintu ruangan tiba-tiba terbuk
Bianca mengangkat bahunya, lalu duduk di samping. Dia mengambil mi telur tomat itu ke hadapannya, lalu berkata sambil tersenyum, "Sayang, terima kasih untuk mi ini, kamu benar-benar perhatian!"Ariana mengambil kembali mi itu dari Bianca. "Kamu jangan salah paham. Mi ini milikku. Sudah tiga tahun, tapi aku tidak pernah bosan dengan masakan Luther. Dia juga tahu aku paling suka mi telur tomat ini.""Nona Ariana, jangan berlebihan. Semuanya sudah berlalu, mi ini sekarang adalah milikku." Bianca tidak ingin mengalah dan merebut mi itu kembali."Nona Bianca, merebut pria orang bukanlah kebiasaan yang baik. Ini adalah mi yang aku suka dan hanya cocok denganku!""Siapa yang bilang aku tidak suka mi telur tomat? Mi apa pun yang dibuat oleh Luther, aku juga suka!""Huh! Suka bukan berarti cocok!""Cocok atau tidak, aku yang memutuskannya!"Kedua wanita itu mulai berdebat. Mereka berebut satu mangkuk mi itu dan tidak ada yang mau menyerah. Seolah-olah jika mengalah, mereka akan kehilangan sesua
Melihat suasananya menjadi tegang, Luther akhirnya tidak tahan lagi dan mulai berbicara, "Bu Ariana, katakanlah apa keperluanmu?""Baiklah, kita langsung ke topiknya saja. Bukankah kamu kenal dengan Dokter Benny? Aku ingin mengundangnya untuk memeriksa penyakit." Ariana akhirnya memasuki topik utamanya."Memeriksa penyakit?"Luther melihat Ariana dengan saksama, lalu memeriksa nadinya dan berkata dengan bingung, "Selain menstruasimu tidak teratur, tidak ada masalah yang serius. Kamu hanya perlu mengendalikan emosimu dan menghindari makanan dingin saja."Mata Ariana memelotot dan wajahnya memerah. "Menstruasimu yang tidak teratur! Aku tidak bilang untuk memeriksa penyakitku, tapi kerabatku. Dia tiba-tiba pingsan semalam dan terus mengeluh kepalanya sakit. Rumah sakit juga tidak bisa menemukan penyakit apa pun, jadi kami ingin mengundang Dokter Benny."Luther tiba-tiba menganggukkan kepala. "Ternyata begitu. Kalau hanya untuk memeriksa penyakit, tidak usah merepotkan Dokter Benny, aku ju
"Ternyata kamu!"Setelah melihat Luther, Catherine tanpa sadar tertegun sejenak dan ekspresinya terlihat sangat terkejut. Luther juga terlihat heran dan sangat terkejut. Dia tidak menyangka kerabat Ariana ternyata adalah dua wanita ini. Dunia ini benar-benar sangat sempit!"Kenapa? Apa kalian saling kenal?"Ariana melihat ke kiri dan kanan, kelihatan jelas dia merasa aneh.Catherine menggertakkan giginya dan berkata, "Bukan hanya kenal, orang ini yang semalam memukulku!""Apa?"Begitu mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak."Catherine, apa kamu tidak salah lihat?" tanya Helen."Bagaimana mungkin aku bisa salah lihat? Sampai mati pun aku bisa mengenali wajah orang ini! Lagi pula, aku curiga sakit kepala ibuku itu karena ditamparnya!" kata Catherine dengan ekspresi yang ganas."Benar! Aku bisa sakit pasti karena dipukulnya. Cepat suruh orang tangkap dia!" teriak Pristia yang berbaring di tempat tidur.Jika musuh saling bertemu, hanya akan membuat dendam lebih membara. Keja
Begitu mendengar perkataan Keenan, ekspresi Helen, Catherine, dan Pristia terlihat gembira. Hanya mendengar julukannya saja, sudah tahu latar belakang pria tua itu tidak biasa. Dokter Ilahi seperti ini baru sesuai dengan identitas mereka."Keenan, Dokter Luis adalah tokoh terkenal di Translandia. Bagaimana kamu bisa mengundangnya?" tanya Helen dengan penasaran."Aku tentu saja tidak sanggup mengundangnya. Orang yang mengundang Dokter Luis ke sini sebenarnya adalah Tuan Arnold," kata Keenan sambil tersenyum."Tuan Arnold?" kata Helen dengan mata bersinar.Arnold Lambert adalah nama aslinya Tuan Arnold, seorang bangsawan dari Translandia dengan kekayaan yang melimpah dan pengaruh yang sangat besar di bidang militer dan politik. Yang terpenting adalah Keluarga Lambert memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Keluarga Warsono di Translandia.Oleh karena itu, Keluarga Warsono berniat untuk menjodohkan putrinya dengan Tuan Arnold. Dengan kata lain, asalkan putrinya setuju, dia bisa segera
Di pintu rumah sakit."Hei! Tunggu!" seru Ariana sambil bergegas mengejar Luther. Setelah berhasil menyusul Luther dan menghentikannya, Ariana berkata, "Kenapa jalanmu cepat sekali? Aku hampir nggak bisa menyusulmu!""Maaf, aku nggak bisa menolong kedua kerabatmu itu. Sebaiknya kamu minta bantuan orang lain saja," kata Luther dengan datar. Dia benar-benar tidak ingin berinteraksi dengan kedua orang itu."Aku nggak akan memaksamu mengobatinya. Kenapa kamu harus begitu sensitif?" ujar Ariana sambil memutar bola matanya.Luther berkata dengan nada kaget, "Aku kira ....""Apa? Kamu kira aku bakal ngotot memaksamu mengalah pada mereka?" tanya Ariana dengan nada kesal."Ahem, nggak kok," jawab Luther sambil tersenyum canggung. Sikap pengertian Ariana justru malah membuatnya sedikit tidak terbiasa."Sudahlah, aku tahu ini salah mereka. Tapi, cobalah menjauh dari mereka mulai sekarang," ujar Ariana. Setelah itu, dia berbaik hati mengingatkan Luther, "Mereka itu keluarga kaya dari Jiberia. Mere
"Saat ibuku sembuh, kami akan membuat perhitungan denganmu!" ancam Catherine dengan nada tajam dan sorot mata galak."Terserah kalian," ujar Luther sambil mengangkat bahu, masih dengan sikapnya yang santai."Kamu ...," ucap Catherine tercekat. Dia menggertakkan giginya dengan geram, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan.Saat konfrontasi di antara keduanya masih memanas, tiba-tiba terdengar suara bising di pintu masuk rumah sakit. Ketiga orang di sana lantas menoleh dan melihat iring-iringan mobil bersenjata lengkap masuk dengan gagah.Iring-iringan mobil dalam jumlah besar ini datang dari markas militer. Semua prajurit yang duduk di atasnya masing-masing memegang senjata dan penuh dengan niat membunuh. Ke mana pun mobil-mobil militer itu lewat, orang-orang dan kendaraan mundur dengan teratur."Aneh, kenapa tentara datang ke sini? Apa mereka mau menangkap buronan?" tanya Ariana sambil melihat ke sekeliling dengan bingung. Bahkan, Catherine juga tampak heran."Cepat kumpul!" perintah
Pada saat ini, Catherine tiba-tiba tertawa gembira seraya berkata, "Luther, kamu pasti nggak menyangka hal seperti ini akan terjadi, 'kan? Kalau militer sampai dikerahkan, itu pasti karena kamu sudah melakukan kejahatan serius. Sekarang, aku akan memberimu kesempatan lagi. Selama kamu bisa menyembuhkan ibuku dan minta maaf kepadaku, aku berjanji akan menolongmu.""Nggak perlu," tolak Luther."Nggak perlu?" ujar Catherine, seketika tertegun. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa pada saat kritis begini, Luther masih berani menolaknya. Apa Luther sudah bosan hidup?"Luther, jangan gegabah!" Ariana menarik lengan baju Luther dan buru-buru menasihati, "Aku nggak peduli kejahatan apa yang sudah kamu lakukan, tapi nyawamu lebih penting. Keluarga Warsono punya banyak koneksi di dunia militer. Hanya mereka yang bisa menolongmu sekarang!""Dia nggak bisa menolongku dan aku juga nggak butuh bantuannya," kata Luther sambil menggelengkan kepalanya.Dilihat dari pelat nomor dan benderanya, tim ini
Bam, bam, bam! Ribuan cambuk emas menyerang seperti hujan badai, benar-benar sulit untuk dihindari.Dengan dipimpin oleh Pele, para ahli bela diri mengerahkan jurus masing-masing untuk membalas serangan. Mereka terus menghantam cambuk emas itu. Setiap benturan serangan akan melepaskan energi yang dahsyat, menghasilkan suara ledakan yang menggelegar.Riley berdiri kokoh seperti gunung besar yang tak tergoyahkan. Tubuhnya dikelilingi cahaya emas. Cambuk berayun dengan lincah. Meskipun menghadapi banyak lawan, dia tetap unggul.Pele dan lainnya sama sekali tidak bisa menembus pertahanan Riley. Bahkan, beberapa pemimpin Kuil Dewa yang lebih lemah langsung terdorong mundur oleh cambuk emas itu. Mereka sungguh kewalahan.Saat ini, semua orang baru menyadari betapa hebatnya ahi bela diri nomor satu Negara Drago. Bahkan, serangan Mantra Cahaya Emas saja sudah cukup untuk membuat mereka kewalahan."Aku nggak percaya cambuk ini bisa menghentikanku!" pekik Pele dengan murka. Sekujur tubuhnya mula
Perubahan mendadak itu membuat semua orang terkejut. Siapa pun tak menyangka Riley akan tiba-tiba menyerang, bahkan dengan secepat kilat.Gerakannya begitu cepat hingga mereka tidak sempat melihatnya dengan jelas. Bahkan, Amir yang terkenal akan kecepatannya juga tidak sempat bereaksi.Sebuah pukulan keras mendarat. Cepat, brutal, dan tak terbendung. Saat ini, orang-orang baru menyadari betapa kuatnya pria tua gemuk yang terlihat penuh belas kasih ini. Kekuatannya jauh melebihi perkiraan orang-orang.Krek, krek, krek .... Amir bangkit dengan terhuyung-huyung, lalu berusaha memperbaiki lehernya yang bengkok. Pipinya yang cekung segera kembali normal. Untungnya, ras vampir memiliki kemampuan pemulihan yang luar biasa. Jika tidak, pukulan itu pasti membuatnya cacat."Pak Tua, hebat juga kamu! Tapi, nggak semudah itu untuk membunuhku!" Amir menggertakkan giginya sambil menatap tajam ke arah Riley. Matanya terlihat haus darah. Jika dia bisa menguras darah Riley, kekuatannya pasti akan menin
Pertarungan antara Kuil Dewa dan Gunung Narima berlangsung dengan sangat sengit.Dalam serangan kali ini, Kuil Dewa benar-benar sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Bukan hanya mengundang para ahli dari seluruh dunia, mereka juga membagikan obat penguat yang sangat berharga pada semua orang. Untuk menghadapi Gunung Narima, mereka bahkan mengembangkan pakaian tempur khusus yang bisa menahan serangan halilintar.Bagi ahli tingkat sejati, serangan halilintar bisa langsung membuat mereka kehilangan kemampuan bertarung. Namun, dengan pakaian tempur itu, kekuatan serangan halilintar bisa berkurang setengah. Meskipun terkena serangan, mereka bisa bangkit kembali setelah beristirahat. Dari segi pertahanan, persiapan ini benar-benar sempurna.Selain itu, keunggulan terbesar Kuil Dewa adalah jumlah mereka yang sangat banyak. Jika termasuk dengan para pembunuh bayaran yang mereka sewa, jumlah mereka sekitar ribuan sampai memenuhi medan tempur.Sebaliknya, jumlah Gunung Narima hanya sekita
Serangan mematikan dari Danice langsung menyapu bersih lawannya. Para ahli bela diri yang tadi menyerbunya langsung mati dan terluka, sama tidak memiliki kemampuan untuk melawan."Ini ... nggak mungkin!" teriak Tico yang ketakutan sampai sudut matanya berkedut dan keringat dingin terus mengalir. Di bawah tahanan dari formasi segel, bahkan ahli tingkat grandmaster pun tidak mampu mengerahkan kekuatannya yang sebenarnya.Namun, Danice malah mengandalkan sebotol arak saja mampu melancarkan kekuatan magisnya jauh melampaui tingkat kultivasinya. Meskipun kultivasinya hanya tingkat master, teknik Delapan Hutan Belantara yang dikeluarkannya tadi memiliki kekuatan seperti tingkat grandmaster. Jika dia melakukannya sekali lagi, Tico khawatir semua orang di sini dan bahkan dirinya sendiri pun pasti mati."Kembali!"Saat itu, Danice menarik napas dalam-dalam dan ribuan bayangan semu yang diluncurkannya pun langsung kembali ke tubuhnya. Setelah itu, wajahnya berubah-ubah warna dan napasnya menjadi
"Coba kamu tebak." Danice tidak menjawab langsung dan hanya menyesap anggurnya. Basis kultivasinya memang tersegel, tetapi kekuatan tempurnya berasal dari anggurnya.Anggur yang diminumnya dimurnikan dengan berbagai obat spiritual sehingga mengandung energi spiritual yang kental. Sementara itu, Danice bisa mengolah energi spiritual itu untuk meningkatkan kekuatan tempurnya.Dengan kata lain, makin banyak anggur yang diminum Danice, kekuatannya akan makin dahsyat. Sekalipun basis kultivasinya tersegel, dia tetap bisa melancarkan serangan mematikan."Apa mungkin karena anggurmu?" Lamine segera bereaksi saat melihat anggur di tangan Danice. Sebelum dan sesudah melancarkan serangan, Danice selalu minum anggur. Jelas, ada yang aneh dari hal ini."Seratus untukmu. Tapi, nggak dapat hadiah." Danice menyeringai dan menyerang lagi. Pukulan ini tidak sehebat saat dia berada di puncaknya, tetapi sangat mematikan bagi Lamine yang sudah terluka parah."Tuan Tico, tolong aku!" seru Lamine melihat di
Luther yang memegang pedang tampak menyerbu ke kerumunan. Dia seperti harimau yang menyerbu kawanan domba. Saat berikutnya, pembantaian dimulai.Meskipun tidak bisa menggunakan energi sejatinya, fisiknya justru jauh lebih kuat daripada pesilat biasa. Baik itu kecepatan, kekuatan, reaksinya, ataupun teknik tempurnya, semuanya sudah cukup untuk menjatuhkan musuhnya.Setiap serangan pedang yang dilancarkan Luther mengenai titik vital secara akurat. Serangannya ini sungguh tak terbendung.Tidak ada seorang pun yang sanggup menghalangi Luther. Semuanya kewalahan. Teriakan histeris terdengar tanpa henti. Mayat-mayat berjatuhan. Berbeda dengan duel di arena, Luther sama sekali tidak menahan kekuatannya saat ini."Merepotkan sekali." Tico tak kuasa mengernyit melihat orang-orangnya yang tidak bisa berkutik menghadapi Luther. Dia tidak menyangka Luther yang basis kultivasinya sudah disegel masih bisa sekuat ini. Genius seperti ini harus dibunuh jika memilih untuk menjadi musuhnya."Kalian semua
"Siapa pun yang berani maju, akan mati!" Menghadapi para pembunuh bayaran yang menyerang dengan nekat, Luther sama sekali tidak berbelas kasihan. Dia mengayunkan pedang panjangnya dan cahaya pedang yang tajam pun langsung menerangi langit malam.Semua orang hanya merasa pandangan mereka tiba-tiba menjadi putih dan secara refleks menghentikan langkah mereka. Tubuh beberapa orang yang berada di barisan terdepan tiba-tiba menjadi kaku saat cahaya pedang itu menghilang, seolah-olah sama sekali tidak bisa bergerak.Pada detik berikutnya, beberapa kepala pun terlepas dari tubuhnya dan berguling-guling di tanah. Tubuh tanpa kepala itu berdiri di tempatnya selama dua detik, lalu akhirnya tumbang dan darah menyembur ke segala arah.Pemandangan ini membuat semua orang terkejut dan saling memandang dengan ragu karena tidak tahu harus berbuat apa. Mereka tidak menyangka pedang Luther bisa begitu cepat sampai mereka tidak sempat untuk bereaksi.Perlu diketahui, orang-orang yang baru saja tewas ini
Orang-orang yang keluar dari kabut semuanya memakai topeng, sehingga wajah mereka tidak terlihat jelas. Namun, terdapat logo yang melambangkan Kuil Dewa di tubuh mereka.Beberapa di antara orang-orang itu adalah anggota dari tim yang dipimpin Luther. Namun, saat tadi merasakan adanya pertempuran, dia sengaja meninggalkan timnya di dalam kabut dan keluar sendirian untuk memeriksa situasinya. Dia tidak menyangka ada tim lain yang akan membawa mereka keluar dari kabut itu."Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba begitu banyak orang yang mati?""Sepertinya mereka menghadapi musuh yang kuat. Semuanya hati-hati."Melihat mayat yang berserakan di sekitar, orang-orang yang baru keluar dari kabut menjadi waspada. Mereka terus mengamati Luther dan pria berpakaian abu-abu itu."Luther, kenapa kamu sendirian di sini?" tanya pria yang memimpin tim itu yang langsung mengenali identitas Luther.Kuil Dewa merekrut banyak tim dan setiap tim memakai topeng dengan warna yang berbeda. Untuk membedakan setiap
"Dia pelindung area terlarang. Setelah membunuhnya, kita baru bisa mengambil harta karun." Meskipun agak kebingungan, Bambang tetap menjelaskan. Dia terluka parah, jadi hanya bisa mengandalkan Luther untuk membunuh pria tua itu. Makanya, dia mau tak mau membujuk Luther."Kita bicarakan itu nanti. Sekarang, kita selesaikan masalah kita dulu." Usai berbicara, Luther sontak menjulurkan tangannya. Pedang di tanah pun memantul dan mendarat di tangannya."Masalah apa? Apa maksudmu?" Bambang termangu sebelum bertanya dengan bingung. Ketika melihat Luther mengambil pedang, firasat buruk sontak menyelimuti hatinya."Kamu dan pria bertubuh kekar itu bersekongkol supaya aku jadi tameng kalian. Kamu kira aku nggak tahu soal ini? Karena kalian ingin mencelakaiku, kenapa aku harus sungkan-sungkan pada kalian?" timpal Luther dengan ekspresi datar."A ... apa maumu?" Bambang pun panik. "Kita sama-sama dari Kuil Dewa. Kenapa malah saling membunuh? Kalau misi gagal, kita bakal sama-sama mati. Sebaiknya