Di bawah tekanan kuat yang dipancarkan oleh tubuh Roger, seluruh penonton yang ada di aula pun kehilangan kendali dan bergerak mundur. Semuanya merasa sesak napas, seolah-olah ada batu besar yang menimpa dada mereka."Gila! Tuan Muda Roger sudah menerobos ke tingkat sejati. Hebat sekali dia!""Dia memang genius Sekte Ilmu Kegelapan. Dalam waktu kurang dari 30 hari, dia sudah menjadi pesilat tingkat sejati. Benar-benar mengerikan!""Tingkat internal dan sejati memiliki perbedaan yang sangat besar. Meskipun kekuatan bocah ini hebat, dia nggak mungkin bisa mengalahkan Tuan Muda Roger!"Semua orang mulai berdiskusi saat melihat sosok Roger yang dipenuhi aura kuat."Hahaha ...." Marie yang berada di antara kerumunan sontak tertawa terbahak-bahak. Dia membentak, "Dasar bajingan! Berani sekali kamu bersikap sombong di hadapan Keluarga Sudarmo. Makanya, kamu seharusnya becermin dulu! Kak, hajar dia sampai mampus!""Nggak sia-sia aku berpacaran dengan Roger, dia memang sangat hebat!" Kezia ters
Terutama Ester dan lainnya yang berdiri di belakang Luther, mereka benar-benar kesulitan bernapas. Mereka bahkan kehilangan kendali dan terdorong tanpa henti."Apa ini kehebatan ahli tingkat sejati? Menakutkan sekali!" Mereka saling bertatapan dengan ngeri."Dasar nggak tahu diri!" Luther mendengkus dingin saat melihat Roger yang melayangkan pukulannya. Kemudian, dia turut melayangkan tamparan ke wajah Roger.Plak! Terdengar suara yang sangat nyaring. Roger sontak terpelanting dan kepalanya mengenai lantai. Untuk seketika, dia kebingungan hingga tidak tahu harus berbuat apa."Ya ampun!" Kejadian yang mendadak ini membuat semua orang tercengang. Tidak ada yang menduga bahwa Roger yang terlihat begitu berkarisma barusan justru terjatuh karena dipukul Luther! Apakah ini hanya kebetulan atau kecelakaan?"Kak Roger!""Kak!"Ekspresi Kezia dan Marie seketika berubah drastis saat melihat situasi ini. Mereka segera menghampiri dan memapah Roger yang merasa pusing."Kak Roger, kamu baik-baik sa
Roger menggertakkan giginya, lalu kembali menebaskan pisaunya. "Matilah kamu!"Kali ni, Roger mengerahkan segenap tenaganya. Dia yakin bahwa Luther tidak akan bisa menghalangi serangan tersebut sekalipun tubuhnya terbuat dari baja!"Huh!" Luther telah kehilangan kesabarannya. Dia memandang pisau yang memelesat ke arahnya, lalu sontak mengulurkan tangan dan meraih pisau tersebut.Begitu ditekan, terdengar 2 kali suara retakan. Saat berikutnya, pisau yang terbuat dari besi berkualitas itu langsung hancur berkeping-keping.Roger pun termangu melihat situasi ini. Sebelum dia sempat bereaksi, Luther sudah bertindak dengan menyentuh dada Roger.Buk! Sesudah itu, Roger langsung terbaring lemas di tanah layaknya manusia tak bertulang. Sekujur tubuhnya mati rasa sehingga dia tidak bisa bergerak."A ... apa yang kamu lakukan?" Roger benar-benar tercengang dan takut. Dia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan dikalahkan oleh seorang pemuda yang tidak dikenal siapa pun.Patut diketahui. Roger a
"Argh!" Setelah terdiam sejenak, Roger tiba-tiba menjerit kesakitan dan menggemparkan seluruh ruangan."Berengsek! Kamu berani sekali!" Begitu melihat kejadian itu, Darwin langsung sangat marah dan matanya membelalak. Dia tidak menyangka Luther akan begitu nekat memotong salah satu lengan putranya di hadapan semua orang. Sungguh keterlaluan!"Kamu ...! Berani-beraninya kamu melukai Kak Roger!"Mata Kezia membelalak dengan perasaan terkejut dan marah. Seorang rakyat rendahan malah berani melawan dan menantang otoritas. Apakah dia tidak peduli dengan nyawanya?"Luther! Matilah kamu. Hari ini, siapa pun tidak akan bisa menyelamatkanmu!" teriak Marie terus-menerus dengan histeris.Sebelumnya, Marie yang dipermalukan dan sekarang giliran kakaknya yang sial. Jika mereka tidak membalas dendam, bagaimana Keluarga Sudarmo bertemu orang lagi kelak?"Lepaskan Bianca," kata Luther dengan dingin."Sialan! Kamu sudah berani melukai kakakku, kamu harus membayar perbuatanmu!" kata Marie sambil mengern
"Luther! Aku sudah melepaskan orang yang kamu inginkan, sekarang giliranmu!" kata Darwin sambil menahan amarahnya. Jika bukan karena khawatir dan tidak berani bertindak, bagaimana mungkin Darwin akan merasa begitu tertekan?Luther sama sekali enggan mengalah. "Siapa yang bilang aku akan melepaskan orang? Sudah menculik Nona Bianca dan melukai orang Keluarga Caonata, kamu kira hal ini akan berakhir begitu saja?"Ekspresi Darwin menjadi muram. "Luther! Aku peringatkan kamu jangan terlalu keterlaluan! Ini adalah wilayah Keluarga Sudarmo, apa kalian berpikir bisa pergi dengan selamat tanpa izinku? Jangan mimpi! Sekarang, aku memberimu kesempatan untuk segera lepaskan Roger dan aku akan melupakan kejadian sebelumnya. Kalau tidak, kalian jangan berpikir bisa pergi dari sini dengan selamat hari ini!"Begitu mendengar perkataan itu, Kezia juga ikut mengancam, "Benar! Segera lepaskan Kak Roger, kalau tidak, kamu akan menjadi musuh bagi seluruh Keluarga Sunaryo!"Luther tidak berbicara dan melih
Setelah keluar dari Vila Sudarmo, Bianca yang tadi masih terlihat kuat, tiba-tiba tubuhnya lemas dan hampir terjatuh ke tanah. Luther dengan cepat menahan Bianca yang hampir terjatuh dan bertanya dengan perhatian, "Kenapa? Apa ada yang merasa tidak enak?""Seluruh tubuhku terasa lemas, agak sulit untuk berjalan," kata Bianca sambil menggelengkan kepalanya.Sebelumnya, suasana di dalam ruangan itu terlalu tegang. Kini setelah tiba-tiba merasa lega, malahan membuat tubuh Bianca terasa lemas."Nona Bianca, biar aku gendong kamu!"Ester segera maju dan menawarkan dirinya dengan sukarela."Kamu sedang terluka parah, tidak bisa menggendongku," kata Bianca langsung menolaknya."Tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil, tidak menjadi masalah," kata Ester sambil menepuk dadanya dengan ekspresi tidak peduli."Aku bilang luka parah yah parah!" kata Bianca dengan ekspresi serius dan tatapan yang tidak ramah."Hah?"Ester tertegun sejenak, lalu melihat Luther yang berada di samping baru menyadari maksud
Keesokan paginya, di Klinik Damai. Luther bangun lebih awal dan mandi sebentar, lalu mulai memasak sarapan. Seperti biasanya, dia membuat mi telur dengan tomat. Dia membuat sup mi terlebih dahulu, lalu memasak mi. Setelah semuanya matang, dia menghias mi itu dengan daun bawang cincang. Masakannya sederhana, tetapi harum."Wow! Harum sekali!"Luther baru saja menyajikan mi telur dengan tomatnya, ada seseorang yang masuk dari pintu dan orang ini adalah Ariana. Hari ini, dia mengenakan setelan jas dan memakai sepatu hak tinggi hitam. Rambut panjangnya diikat dan terlihat lehernya yang putih halus. Dia terlihat cantik dan elegan.Ariana melihat dengan cermat dan ekspresinya terlihat gembira. "Mi telur tomat? Luther, bagaimana kamu bisa tahu aku belum sarapan? Karena kamu sudah memasaknya, aku tidak akan segan lagi!"Setelah mengatakan itu, Ariana langsung duduk dan hendak makan."Mi ini bukan ...."Luther baru saja membuka mulut dan hendak mengatakan sesuatu, pintu ruangan tiba-tiba terbuk
Bianca mengangkat bahunya, lalu duduk di samping. Dia mengambil mi telur tomat itu ke hadapannya, lalu berkata sambil tersenyum, "Sayang, terima kasih untuk mi ini, kamu benar-benar perhatian!"Ariana mengambil kembali mi itu dari Bianca. "Kamu jangan salah paham. Mi ini milikku. Sudah tiga tahun, tapi aku tidak pernah bosan dengan masakan Luther. Dia juga tahu aku paling suka mi telur tomat ini.""Nona Ariana, jangan berlebihan. Semuanya sudah berlalu, mi ini sekarang adalah milikku." Bianca tidak ingin mengalah dan merebut mi itu kembali."Nona Bianca, merebut pria orang bukanlah kebiasaan yang baik. Ini adalah mi yang aku suka dan hanya cocok denganku!""Siapa yang bilang aku tidak suka mi telur tomat? Mi apa pun yang dibuat oleh Luther, aku juga suka!""Huh! Suka bukan berarti cocok!""Cocok atau tidak, aku yang memutuskannya!"Kedua wanita itu mulai berdebat. Mereka berebut satu mangkuk mi itu dan tidak ada yang mau menyerah. Seolah-olah jika mengalah, mereka akan kehilangan sesua
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam
Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te