Roger menggertakkan giginya, lalu kembali menebaskan pisaunya. "Matilah kamu!"Kali ni, Roger mengerahkan segenap tenaganya. Dia yakin bahwa Luther tidak akan bisa menghalangi serangan tersebut sekalipun tubuhnya terbuat dari baja!"Huh!" Luther telah kehilangan kesabarannya. Dia memandang pisau yang memelesat ke arahnya, lalu sontak mengulurkan tangan dan meraih pisau tersebut.Begitu ditekan, terdengar 2 kali suara retakan. Saat berikutnya, pisau yang terbuat dari besi berkualitas itu langsung hancur berkeping-keping.Roger pun termangu melihat situasi ini. Sebelum dia sempat bereaksi, Luther sudah bertindak dengan menyentuh dada Roger.Buk! Sesudah itu, Roger langsung terbaring lemas di tanah layaknya manusia tak bertulang. Sekujur tubuhnya mati rasa sehingga dia tidak bisa bergerak."A ... apa yang kamu lakukan?" Roger benar-benar tercengang dan takut. Dia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan dikalahkan oleh seorang pemuda yang tidak dikenal siapa pun.Patut diketahui. Roger a
"Argh!" Setelah terdiam sejenak, Roger tiba-tiba menjerit kesakitan dan menggemparkan seluruh ruangan."Berengsek! Kamu berani sekali!" Begitu melihat kejadian itu, Darwin langsung sangat marah dan matanya membelalak. Dia tidak menyangka Luther akan begitu nekat memotong salah satu lengan putranya di hadapan semua orang. Sungguh keterlaluan!"Kamu ...! Berani-beraninya kamu melukai Kak Roger!"Mata Kezia membelalak dengan perasaan terkejut dan marah. Seorang rakyat rendahan malah berani melawan dan menantang otoritas. Apakah dia tidak peduli dengan nyawanya?"Luther! Matilah kamu. Hari ini, siapa pun tidak akan bisa menyelamatkanmu!" teriak Marie terus-menerus dengan histeris.Sebelumnya, Marie yang dipermalukan dan sekarang giliran kakaknya yang sial. Jika mereka tidak membalas dendam, bagaimana Keluarga Sudarmo bertemu orang lagi kelak?"Lepaskan Bianca," kata Luther dengan dingin."Sialan! Kamu sudah berani melukai kakakku, kamu harus membayar perbuatanmu!" kata Marie sambil mengern
"Luther! Aku sudah melepaskan orang yang kamu inginkan, sekarang giliranmu!" kata Darwin sambil menahan amarahnya. Jika bukan karena khawatir dan tidak berani bertindak, bagaimana mungkin Darwin akan merasa begitu tertekan?Luther sama sekali enggan mengalah. "Siapa yang bilang aku akan melepaskan orang? Sudah menculik Nona Bianca dan melukai orang Keluarga Caonata, kamu kira hal ini akan berakhir begitu saja?"Ekspresi Darwin menjadi muram. "Luther! Aku peringatkan kamu jangan terlalu keterlaluan! Ini adalah wilayah Keluarga Sudarmo, apa kalian berpikir bisa pergi dengan selamat tanpa izinku? Jangan mimpi! Sekarang, aku memberimu kesempatan untuk segera lepaskan Roger dan aku akan melupakan kejadian sebelumnya. Kalau tidak, kalian jangan berpikir bisa pergi dari sini dengan selamat hari ini!"Begitu mendengar perkataan itu, Kezia juga ikut mengancam, "Benar! Segera lepaskan Kak Roger, kalau tidak, kamu akan menjadi musuh bagi seluruh Keluarga Sunaryo!"Luther tidak berbicara dan melih
Setelah keluar dari Vila Sudarmo, Bianca yang tadi masih terlihat kuat, tiba-tiba tubuhnya lemas dan hampir terjatuh ke tanah. Luther dengan cepat menahan Bianca yang hampir terjatuh dan bertanya dengan perhatian, "Kenapa? Apa ada yang merasa tidak enak?""Seluruh tubuhku terasa lemas, agak sulit untuk berjalan," kata Bianca sambil menggelengkan kepalanya.Sebelumnya, suasana di dalam ruangan itu terlalu tegang. Kini setelah tiba-tiba merasa lega, malahan membuat tubuh Bianca terasa lemas."Nona Bianca, biar aku gendong kamu!"Ester segera maju dan menawarkan dirinya dengan sukarela."Kamu sedang terluka parah, tidak bisa menggendongku," kata Bianca langsung menolaknya."Tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil, tidak menjadi masalah," kata Ester sambil menepuk dadanya dengan ekspresi tidak peduli."Aku bilang luka parah yah parah!" kata Bianca dengan ekspresi serius dan tatapan yang tidak ramah."Hah?"Ester tertegun sejenak, lalu melihat Luther yang berada di samping baru menyadari maksud
Keesokan paginya, di Klinik Damai. Luther bangun lebih awal dan mandi sebentar, lalu mulai memasak sarapan. Seperti biasanya, dia membuat mi telur dengan tomat. Dia membuat sup mi terlebih dahulu, lalu memasak mi. Setelah semuanya matang, dia menghias mi itu dengan daun bawang cincang. Masakannya sederhana, tetapi harum."Wow! Harum sekali!"Luther baru saja menyajikan mi telur dengan tomatnya, ada seseorang yang masuk dari pintu dan orang ini adalah Ariana. Hari ini, dia mengenakan setelan jas dan memakai sepatu hak tinggi hitam. Rambut panjangnya diikat dan terlihat lehernya yang putih halus. Dia terlihat cantik dan elegan.Ariana melihat dengan cermat dan ekspresinya terlihat gembira. "Mi telur tomat? Luther, bagaimana kamu bisa tahu aku belum sarapan? Karena kamu sudah memasaknya, aku tidak akan segan lagi!"Setelah mengatakan itu, Ariana langsung duduk dan hendak makan."Mi ini bukan ...."Luther baru saja membuka mulut dan hendak mengatakan sesuatu, pintu ruangan tiba-tiba terbuk
Bianca mengangkat bahunya, lalu duduk di samping. Dia mengambil mi telur tomat itu ke hadapannya, lalu berkata sambil tersenyum, "Sayang, terima kasih untuk mi ini, kamu benar-benar perhatian!"Ariana mengambil kembali mi itu dari Bianca. "Kamu jangan salah paham. Mi ini milikku. Sudah tiga tahun, tapi aku tidak pernah bosan dengan masakan Luther. Dia juga tahu aku paling suka mi telur tomat ini.""Nona Ariana, jangan berlebihan. Semuanya sudah berlalu, mi ini sekarang adalah milikku." Bianca tidak ingin mengalah dan merebut mi itu kembali."Nona Bianca, merebut pria orang bukanlah kebiasaan yang baik. Ini adalah mi yang aku suka dan hanya cocok denganku!""Siapa yang bilang aku tidak suka mi telur tomat? Mi apa pun yang dibuat oleh Luther, aku juga suka!""Huh! Suka bukan berarti cocok!""Cocok atau tidak, aku yang memutuskannya!"Kedua wanita itu mulai berdebat. Mereka berebut satu mangkuk mi itu dan tidak ada yang mau menyerah. Seolah-olah jika mengalah, mereka akan kehilangan sesua
Melihat suasananya menjadi tegang, Luther akhirnya tidak tahan lagi dan mulai berbicara, "Bu Ariana, katakanlah apa keperluanmu?""Baiklah, kita langsung ke topiknya saja. Bukankah kamu kenal dengan Dokter Benny? Aku ingin mengundangnya untuk memeriksa penyakit." Ariana akhirnya memasuki topik utamanya."Memeriksa penyakit?"Luther melihat Ariana dengan saksama, lalu memeriksa nadinya dan berkata dengan bingung, "Selain menstruasimu tidak teratur, tidak ada masalah yang serius. Kamu hanya perlu mengendalikan emosimu dan menghindari makanan dingin saja."Mata Ariana memelotot dan wajahnya memerah. "Menstruasimu yang tidak teratur! Aku tidak bilang untuk memeriksa penyakitku, tapi kerabatku. Dia tiba-tiba pingsan semalam dan terus mengeluh kepalanya sakit. Rumah sakit juga tidak bisa menemukan penyakit apa pun, jadi kami ingin mengundang Dokter Benny."Luther tiba-tiba menganggukkan kepala. "Ternyata begitu. Kalau hanya untuk memeriksa penyakit, tidak usah merepotkan Dokter Benny, aku ju
"Ternyata kamu!"Setelah melihat Luther, Catherine tanpa sadar tertegun sejenak dan ekspresinya terlihat sangat terkejut. Luther juga terlihat heran dan sangat terkejut. Dia tidak menyangka kerabat Ariana ternyata adalah dua wanita ini. Dunia ini benar-benar sangat sempit!"Kenapa? Apa kalian saling kenal?"Ariana melihat ke kiri dan kanan, kelihatan jelas dia merasa aneh.Catherine menggertakkan giginya dan berkata, "Bukan hanya kenal, orang ini yang semalam memukulku!""Apa?"Begitu mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak."Catherine, apa kamu tidak salah lihat?" tanya Helen."Bagaimana mungkin aku bisa salah lihat? Sampai mati pun aku bisa mengenali wajah orang ini! Lagi pula, aku curiga sakit kepala ibuku itu karena ditamparnya!" kata Catherine dengan ekspresi yang ganas."Benar! Aku bisa sakit pasti karena dipukulnya. Cepat suruh orang tangkap dia!" teriak Pristia yang berbaring di tempat tidur.Jika musuh saling bertemu, hanya akan membuat dendam lebih membara. Keja
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un
"Orang ini benar-benar sulit dihadapi!" Kitto menoleh ke belakang dan melihat Wirya masih terus mengejar mereka tanpa henti.Pasukan yang dikirim untuk mengadang Wirya sama sekali tidak berguna, bahkan gagal melukainya sedikit pun.Yang paling membuat frustrasi adalah Wirya bukan hanya mengejar, tetapi juga terus menembakkan sinyal merah, membuat posisi mereka terlihat dengan jelas.Jika terus begini, tidak peduli ke arah mana mereka melarikan diri, pada akhirnya mereka tetap akan terjebak."Kitto, Damian! Kalian berdua turun tangan sendiri, bunuh lalat menjengkelkan itu untukku!" Loland segera memberikan perintah."Jenderal, kalau kami pergi, siapa yang akan melindungimu?" Kitto ragu sejenak.Saat ini, kondisi tubuh Loland sangat buruk. Jika mereka berdua pergi dan tiba-tiba ada ahli yang menyerang, nyawa Loland akan dalam bahaya besar."Kalau nggak membunuh lalat itu, situasiku malah akan semakin bahaya! Cepat pergi!" desak Loland dengan marah."Baik!" Kitto dan Damian saling bertuka