Di atas panggung. Luther berdiri dengan tangan di punggungnya, terlihat hebat dan berwibawa. Saat ini, dia tidak menyembunyikan kemampuannya lagi, tetapi menunjukkan dengan jelas. Tidak ada yang berani memandang tatapannya yang tajam. Kemampuannya dalam mengalahkan Kaki Dewa dengan sekali serangan, membuatnya dikagumi semua orang!"Tak disangka, Keluarga Caonata masih menyembunyikan seorang ahli," kata John sambil menyipitkan matanya dan ekspresinya menjadi serius.Kemampuan yang ditunjukkan Luther tadi sudah mendapatkan penghormatan dari John. Bahkan John sendiri dalam keadaan tanpa senjata, juga tidak bisa mengalahkan Kaki Dewa dengan begitu mudah."Lemah."Setelah menepuk debu di lengan bajunya, Luther berkata dengan tenang, "Selanjutnya ...."Mendengar perkataan itu, semua anggota Sekte Ilmu Kegelapan saling memandang. Bahkan Kaki Dewa juga sudah kalah, siapa lagi yang bisa menandinginya?"Kakak Pertama, bagaimana sekarang? Orang ini benar-benar hebat!" kata Eduardo sambil menggert
"Eh?"Jordan terkejut. Dia juga tidak menyangka, Luther menggunakan dua jari untuk menjepit pedangnya. Kemampuan dan rasa percaya diri Luther jauh dari perkiraan Jordan. Tentu saja, Jordan tidak ketakutan, malah semangat bertarungnya membara. Makin hebat lawannya, makin semangat."Kembali!"Jordan menggerakkan tangannya dan pedangnya tiba-tiba kembali dari jari Luther."Oh?"Luther terkejut. Dia memang sedang bertanding dengan lawan yang kemampuannya setingkat, tetapi Jordan bisa melepaskan diri dari pengunciannya, berarti tidak boleh meremehkan kemampuannya."Hati-hati! Selanjutnya, aku akan menunjukkan Jurus Pedang Ilusiku!"Setelah memberikan peringatan, Jordan menyerang dengan pedangnya lagi. Begitu menyerang, pedangnya langsung berubah menjadi ratusan bahkan ribuan pedang. Dalam radius tiga meter, panggungnya seolah-olah menjadi lautan pedang, sulit membedakan mana pedang yang nyata dan mana yang ilusi."Ternyata Jurus Pedang Ilusi! Sepertinya, Jordan mulai serius!""Konon, begitu
Saat menghadapi Jurus Pedang Ilusi Jordan, Luther terlihat sangat santai, seolah-olah sedang bermain-main. Meskipun lawannya melancarkan semua jurusnya dengan seluruh tenaga, Luther sama sekali tidak terluka. Selama pertandingan, Luther hanya menggunakan satu tangan. Jika sudah begitu, Jordan masih tidak bisa melihat perbedaan kemampuannya dengan Luther, jadi apa bedanya dia dan orang bodoh?"Kamu memang sudah menguasai Jurus Pedang Ilusi, tapi sayangnya ada tiga kesalahan," kata Luther dengan tenang.Sikap Jordan yang rendah hati dan sopan, membuat Luther menghormatinya. Jika tidak, dia mungkin sudah memukul Jordan turun dari panggung."Tiga kesalahan?" kata Jordan sambil mengernyitkan alisnya.Luther memberi peringatan yang dalam. "Saat serangan ketiga, sembilan, dan dua puluh enam. Tiga kesalahan ini mungkin tidak terlihat oleh kebanyakan orang. Tapi saat menghadapi seorang ahli, kesalahan ini sangat fatal.""Tidak mungkin! Aku sudah meneliti dan berlatih jurus ini, bagaimana mungki
Setelah pertandingan berakhir, Luther, Bianca, dan lainnya pergi makan malam di luar. Ketika pulang ke klinik, hari sudah tengah malam.Lampu di dalam masih menyala. Begitu masuk, sebuah sosok yang cantik dan familier seketika muncul di hadapan Luther. Wanita ini tidak lain adalah Ariana.Ariana sedang mengobrol dengan Liana. Keduanya terlihat sangat bahagia. Kalau dibandingkan dengan Ariana yang biasanya terlihat dingin, dia justru tampak lebih ramah sekarang."Tuan Luther sudah pulang? Tuan mengobrol saja dengan Nona Ariana, aku akan membuatkan makan malam," ujar Liana yang langsung bangkit begitu melihat Luther."Tidak perlu, aku sudah makan di luar." Luther tersenyum, lalu beralih menatap Ariana dan bertanya, "Kenapa kamu datang kemari?""Tentu saja untuk berterima kasih padamu. Kalau kamu nggak menolongku kemarin, akibatnya pasti sangat fatal. Aku nggak menyangka Carlos begitu rendahan," timpal Ariana sembari memperlihatkan senyuman yang jarang ada."Sama-sama. Aku pasti akan meno
Benar-benar kurang kerjaan! Luther menggelengkan kepala dengan kuat saat memikirkan hal ini. Selesai mandi, dia membuka pintu klinik seperti biasanya.Seiring dengan derit pintu, sebuah sosok yang berlumuran darah tiba-tiba terjatuh ke dalam. Pakaian putih yang dikenakannya menjadi merah akibat darah. Sebilah pedang yang patah bahkan terlihat tertancap di punggungnya. Sepertinya, dia sudah tidak sadarkan diri untuk waktu yang lama.Luther memeriksanya, lalu mendapati bahwa sosok ini adalah Jordan. Dia mengelus dagunya sembari bergumam, "Sepertinya, aku nggak melukainya semalam?"Meskipun Jordan menduduki posisi keenam di Peringkat Bumi, dia tidak termasuk kuat. Akan tetapi, dia tetap tergolong ahli bela diri di Jiloam yang kecil ini. Mengapa dia terluka sampai seperti ini?"Anggap saja kamu cukup beruntung," gumam Luther, lalu bergegas membawa Jordan ke dalam klinik. Dia tidak mungkin mengabaikan Jordan yang sudah berada di depan kliniknya.Cedera Jordan tidak parah meskipun sangat ban
Luther tak kuasa merasa simpati saat melihat Jordan yang matanya memerah. Selain dimanfaatkan oleh gurunya, calon istrinya bahkan direbut juga. Hatinya pasti benar-benar hancur sekarang.Dendam seperti ini tentu harus dibalaskan. Lagi pula, tidak ada orang yang bisa menerima calon istri sendiri dirampas begitu saja.Siapa sangka, pemimpin Sekte Ilmu Kegelapan yang begitu bermartabat malah memiliki hati sekejam ini!"Istirahatlah dengan baik. Setelah sembuh, baru rebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikmu," nasihat Luther sambil menepuk bahu Jordan."Cederaku ini nggak akan bisa sembuh lagi. Pusat energiku hancur, meridianku rusak, kekuatan internal di tubuhku juga sudah hilang. Aku nggak akan sanggup membalas dendam. Aku hanya manusia nggak berguna!" sahut Jordan dengan ekspresi sedih dan putus asa.Jordan mengepalkan tangan dengan erat hingga kukunya menusuk dagingnya. Darah seketika mengalir keluar. Dia sangat ingin membalas dendam dan menuntut keadilan. Namun, dia tidak berke
"Hei! Kamu ini benar-benar nggak masuk akal!""Ya! Jelas-jelas sendiri yang salah, tapi masih memaki orang lain. Mana ada orang sesombong kamu!""Sudah, langsung telepon polisi saja!"Tindakan Pristia membuat kerumunan di sekitar marah besar. Mereka pun mulai menyalahkannya."Diam! Diam kalian! Asal kalian tahu, kami berasal dari Keluarga Warsono di Jiberia! Wali kota kalian saja harus memberi hormat kepada kami, apalagi rakyat jelata seperti kalian! Percaya atau nggak, aku akan menyuruh orang menangkap kalian kalau ada yang berani berteriak lagi!" tegur Pristia sambil berkacak pinggang.Begitu mendengar ancaman ini, suara di sekitar seketika menjadi lebih kecil. Keluarga Warsono dari Jiberia adalah keluarga yang sangat kaya. Orang biasa tidak akan sanggup mengusik mereka."Ibu, nggak perlu bersikap perhitungan dengan orang-orang seperti mereka. Lihat, aku terluka," ucap wanita muda bernama Catherine. Dia memegang lengannya dengan ekspresi yang terlihat kesakitan."Kamu terluka? Biar I
"Ibu! Kamu baik-baik saja?" Ekspresi Catherine berubah drastis. Dia bergegas memapah ibunya. Kini, dia benar-benar terkejut sekaligus murka."Astaga! Gigiku!" Pristia memegang wajahnya yang perih sambil berteriak kesakitan. Pukulan barusan membuat mulutnya sampai miring."Berani sekali kamu memukul kami! Mampuslah kamu! Kamu dan keluargamu pasti mati! Kalau hebat, jangan coba-coba kabur. Lihat saja bagaimana aku akan memberimu pelajaran hari ini!" Pristia sungguh murka. Dia segera mengeluarkan ponselnya, lalu mulai menelepon orang.Luther malas meladeni mereka sehingga lanjut mengobati anak perempuan yang sekarat itu. Dengan kehebatan Teknik Jarum Gaib, kondisi anak perempuan itu segera menjadi stabil. Saat ini, ambulans juga sudah tiba."Putrimu sudah baik-baik saja sekarang. Tapi, lukanya masih harus dijahit dan diperban. Kamu harus merawatnya dengan hati-hati," pesan Luther sembari mengangkat anak itu ke atas tandu."Terima kasih, Tuan! Terima kasih banyak!" Wanita berbaju putih itu