"Ternyata dia ...," ucap Jordan. Kemudian, dia melanjutkan perkataannya seraya tersenyum, "Seorang dokter bahkan berani naik ke arena untuk bertarung. Sepertinya Keluarga Caonata nggak punya kandidat lain lagi."Kemunculan Luther tidak hanya membuat anggota Sekte Ilmu Kegelapan terkejut. Bahkan, Roselyn dan lainnya juga tercengang."Apa bocah ini sudah gila? Dia bahkan nggak bisa menang melawanku. Atas dasar apa dia berani bertarung dengan ahli dari Sekte Ilmu Kegelapan?" tanya Josh yang agak kaget.Levi yang naik ke arena bahkan dipukul sampai terluka parah. Kenapa pecundang ini berani maju?Roselyn yang merasa senang tersenyum sembari berkata, "Hmph! Di saat-saat seperti pun dia masih mau menonjolkan diri. Dasar nggak tahu diri!" Dia berharap Luther naik ke arena dan dihajar habis-habisan."Benar! Bahkan Kak Josh saja nggak berani menunjukkan kehebatannya di pertandingan sebesar ini. Bocah ini malah sok hebat, bukannya dia cari mati?" ujar sekelompok pria dan wanita muda dengan sinis
"Berengsek! Berakhir begitu saja?"Melihat pria gemuk yang tergeletak di lantai bawah panggung, semua orang yang ada di dalam aula seni bela diri saling memandang dan ekspresi mereka terlihat tidak percaya. Mereka semua mengira Luther tidak akan menang. Tak disangka, situasinya malah berbalik. Apalagi, Luther hanya menggunakan satu pukulan. Sungguh menakutkan!"Berengsek! Orang itu malah menang? Apa yang terjadi?"Mata Josh dan yang lainnya membelalak dan ekspresinya terlihat tidak percaya. Pria gemuk yang berhasil mengalahkan Levi malah dikalahkan oleh Luther. Jadi, bukankah Luther lebih hebat dari Josh?"Tidak mungkin! Orang ini pasti menggunakan trik rendahan. Kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa menang dengan mudah!"Roselyn terus menggelengkan kepalanya, sama sekali tidak berani menerima kenyataan itu."Apa yang telah terjadi tadi? Mengapa Kakak Kedua begitu dipukul sekali langsung terjatuh?"Mata Eduardo membelalak dan tidak berani percaya kejadian itu. Bahkan pisau dan pistol
"Kamu cari mati!"Kaki Dewa yang marah akhirnya tidak menahan dirinya lagi. Dia melompat ke udara dan kedua kakinya menendang-nendang, menciptakan banyak bayangan tendangan yang mengarah ke Luther dari semua sudut. Serangan kali ini tidak lagi terfokus pada satu titik, tetapi menyebar ke semua arah, membuat serangan itu sulit dihindari dan ditahan."Anak Muda! Aku mau lihat kali ini bagaimana kamu menghindarinya!" kata Luther sambil tersenyum sinis.Bayangan tendangan Kaki Dewa makin banyak dan cakupan serangannya makin luas. Namun, Luther yang menjadi target malah tidak bergerak sama sekali."Pemenangnya sudah pasti."Jordan menggelengkan kepalanya, lalu bersiap untuk berdiri dan hendak pergi. Jurus Luther memang membuat Jordan terkejut, tetapi masih tidak cukup untuk menghadapi seorang ahli seperti Kaki Dewa. Seberapa hebat pun jurus Luther, jika lawan menyerangnya dari semua arah, bagaimana dia bisa menghindarinya? Di hadapan kekuatan yang mutlak, semua jurus menjadi sia-sia."Pang!
Di atas panggung. Luther berdiri dengan tangan di punggungnya, terlihat hebat dan berwibawa. Saat ini, dia tidak menyembunyikan kemampuannya lagi, tetapi menunjukkan dengan jelas. Tidak ada yang berani memandang tatapannya yang tajam. Kemampuannya dalam mengalahkan Kaki Dewa dengan sekali serangan, membuatnya dikagumi semua orang!"Tak disangka, Keluarga Caonata masih menyembunyikan seorang ahli," kata John sambil menyipitkan matanya dan ekspresinya menjadi serius.Kemampuan yang ditunjukkan Luther tadi sudah mendapatkan penghormatan dari John. Bahkan John sendiri dalam keadaan tanpa senjata, juga tidak bisa mengalahkan Kaki Dewa dengan begitu mudah."Lemah."Setelah menepuk debu di lengan bajunya, Luther berkata dengan tenang, "Selanjutnya ...."Mendengar perkataan itu, semua anggota Sekte Ilmu Kegelapan saling memandang. Bahkan Kaki Dewa juga sudah kalah, siapa lagi yang bisa menandinginya?"Kakak Pertama, bagaimana sekarang? Orang ini benar-benar hebat!" kata Eduardo sambil menggert
"Eh?"Jordan terkejut. Dia juga tidak menyangka, Luther menggunakan dua jari untuk menjepit pedangnya. Kemampuan dan rasa percaya diri Luther jauh dari perkiraan Jordan. Tentu saja, Jordan tidak ketakutan, malah semangat bertarungnya membara. Makin hebat lawannya, makin semangat."Kembali!"Jordan menggerakkan tangannya dan pedangnya tiba-tiba kembali dari jari Luther."Oh?"Luther terkejut. Dia memang sedang bertanding dengan lawan yang kemampuannya setingkat, tetapi Jordan bisa melepaskan diri dari pengunciannya, berarti tidak boleh meremehkan kemampuannya."Hati-hati! Selanjutnya, aku akan menunjukkan Jurus Pedang Ilusiku!"Setelah memberikan peringatan, Jordan menyerang dengan pedangnya lagi. Begitu menyerang, pedangnya langsung berubah menjadi ratusan bahkan ribuan pedang. Dalam radius tiga meter, panggungnya seolah-olah menjadi lautan pedang, sulit membedakan mana pedang yang nyata dan mana yang ilusi."Ternyata Jurus Pedang Ilusi! Sepertinya, Jordan mulai serius!""Konon, begitu
Saat menghadapi Jurus Pedang Ilusi Jordan, Luther terlihat sangat santai, seolah-olah sedang bermain-main. Meskipun lawannya melancarkan semua jurusnya dengan seluruh tenaga, Luther sama sekali tidak terluka. Selama pertandingan, Luther hanya menggunakan satu tangan. Jika sudah begitu, Jordan masih tidak bisa melihat perbedaan kemampuannya dengan Luther, jadi apa bedanya dia dan orang bodoh?"Kamu memang sudah menguasai Jurus Pedang Ilusi, tapi sayangnya ada tiga kesalahan," kata Luther dengan tenang.Sikap Jordan yang rendah hati dan sopan, membuat Luther menghormatinya. Jika tidak, dia mungkin sudah memukul Jordan turun dari panggung."Tiga kesalahan?" kata Jordan sambil mengernyitkan alisnya.Luther memberi peringatan yang dalam. "Saat serangan ketiga, sembilan, dan dua puluh enam. Tiga kesalahan ini mungkin tidak terlihat oleh kebanyakan orang. Tapi saat menghadapi seorang ahli, kesalahan ini sangat fatal.""Tidak mungkin! Aku sudah meneliti dan berlatih jurus ini, bagaimana mungki
Setelah pertandingan berakhir, Luther, Bianca, dan lainnya pergi makan malam di luar. Ketika pulang ke klinik, hari sudah tengah malam.Lampu di dalam masih menyala. Begitu masuk, sebuah sosok yang cantik dan familier seketika muncul di hadapan Luther. Wanita ini tidak lain adalah Ariana.Ariana sedang mengobrol dengan Liana. Keduanya terlihat sangat bahagia. Kalau dibandingkan dengan Ariana yang biasanya terlihat dingin, dia justru tampak lebih ramah sekarang."Tuan Luther sudah pulang? Tuan mengobrol saja dengan Nona Ariana, aku akan membuatkan makan malam," ujar Liana yang langsung bangkit begitu melihat Luther."Tidak perlu, aku sudah makan di luar." Luther tersenyum, lalu beralih menatap Ariana dan bertanya, "Kenapa kamu datang kemari?""Tentu saja untuk berterima kasih padamu. Kalau kamu nggak menolongku kemarin, akibatnya pasti sangat fatal. Aku nggak menyangka Carlos begitu rendahan," timpal Ariana sembari memperlihatkan senyuman yang jarang ada."Sama-sama. Aku pasti akan meno
Benar-benar kurang kerjaan! Luther menggelengkan kepala dengan kuat saat memikirkan hal ini. Selesai mandi, dia membuka pintu klinik seperti biasanya.Seiring dengan derit pintu, sebuah sosok yang berlumuran darah tiba-tiba terjatuh ke dalam. Pakaian putih yang dikenakannya menjadi merah akibat darah. Sebilah pedang yang patah bahkan terlihat tertancap di punggungnya. Sepertinya, dia sudah tidak sadarkan diri untuk waktu yang lama.Luther memeriksanya, lalu mendapati bahwa sosok ini adalah Jordan. Dia mengelus dagunya sembari bergumam, "Sepertinya, aku nggak melukainya semalam?"Meskipun Jordan menduduki posisi keenam di Peringkat Bumi, dia tidak termasuk kuat. Akan tetapi, dia tetap tergolong ahli bela diri di Jiloam yang kecil ini. Mengapa dia terluka sampai seperti ini?"Anggap saja kamu cukup beruntung," gumam Luther, lalu bergegas membawa Jordan ke dalam klinik. Dia tidak mungkin mengabaikan Jordan yang sudah berada di depan kliniknya.Cedera Jordan tidak parah meskipun sangat ban