"Yang dibilang Dokter Luther benar. Kamu belum boleh minum alkohol. Belum minum saja, kamu sudah nggak bisa berpikir dengan baik. Gimana kalau sudah minum?" sahut Misandari dengan sungguh-sungguh."Sasha, ya, ya. Aku sudah tahu aku salah. Kamu bujuk Dokter Luther dulu supaya aku dapat minum segelas." Greta merangkul lengan Misandari dan mulai bertingkah manja. Dengan obsesinya pada alkohol, dia merasa tidak nyaman jika tidak minum sehari."Kak, tahankan lagi beberapa hari. Dokter Luther juga melarangmu demi kebaikanmu," bujuk Roselia sambil tersenyum."Hah? Masih harus tunggu beberapa hari?" Begitu mendengarnya, ekspresi Greta menjadi getir. Dia bersandar di meja sambil berkata dengan tidak berdaya, "Gimana aku bisa hidup kalau nggak dapat minum alkohol beberapa hari? Di mana letak keadilan?""Nggak apa-apa. Kalau kamu nggak bisa minum, aku saja yang menggantikanmu minum." Adam tersenyum, lalu mengambil gelas di hadapan Greta dan langsung meneguknya hingga habis."Kak Adam! Kamu ini ..
Tatapan Roselia terlihat sangat dingin. Ekspresinya pun dipenuhi kekesalan. Karena gagal merayu, pria asing ini jadi menawarkan uang. Benar-benar menjijikkan. Jika terus diusik seperti ini, Roselia tidak keberatan memberinya pelajaran.Brody terkekeh-kekeh dan bertanya dengan nakal, "Kenapa? Kamu mau bertarung denganku di ranjang? Kalau kamu berminat, aku bisa memuaskan keinginanmu.""Kurang ajar! Kamu minta dihajar ya!" Roselia naik pitam. Dia meraih sumpit di meja dan melemparkannya kepada Brody.Seiring terdengarnya deru angin, sepasang sumpit itu memelesat ke arah kedua lengan Brody. Roselia sudah mencapai tingkat semi-master. Sumpit yang dilemparnya tentu punya kekuatan setara dengan peluru.Ketika melihat ini, Brody hanya tersenyum mencela dan melambaikan tangannya dengan santai. Angin berembus. Kedua sumpit itu terbang begitu saja dan tertancap di pilar berjarak 5 meter dari mereka. Kedalamannya mencapai sekitar 2 sentimeter."Hm?" Roselia mengernyit dan terlihat agak terkejut.
"Kurang ajar! Kamu cuma dari Klan Darah, tapi sudah sesombong ini! Kamu kira Negara Drago lemah?" Roselia sungguh murka. Ketika dia hendak mengambil tindakan, Adam sontak menghalangi.Sebagai bangsawan Klan Darah, Brody jelas bukan eksistensi biasa. Dengan kekuatan Roselia yang sekarang, dia tidak akan sanggup melawan Brody."Sepertinya ini pertama kalinya kamu datang ke Negara Drago, 'kan?" tanya Adam dengan tenang. Tatapannya dingin."Ya, kenapa memangnya?" tanya Brody balik sambil mendongak."Dasar nggak tahu diri. Sepertinya kalian nggak tahu kalian seharusnya bersikap rendah diri setelah tiba di Negara Drago. Kalau nggak, kalian bisa mati kapan saja." Adam pelan-pelan bangkit dengan memancarkan niat membunuh.Apabila orang wilayah barat menginjakkan kaki di Negara Drago, asalkan tidak membuat masalah, mereka bisa pulang dengan selamat. Namun, Brody malah menantang dengan angkuh. Benar-benar cari mati."Mati? Hehehe. Memangnya kalian sanggup membunuhku?" Brody tertawa lantang."Kam
"Kak Adam! Awas!" Perubahan situasi yang mendadak ini membuat ekspresi Roselia dan Greta berubah drastis. Mereka tak kuasa berseru kaget.Tidak ada yang menyangka Brody menguasai metode aneh ini. Setelah diserang, kabut darah masih bisa membentuk wujud manusia dan melancarkan serangan balik. Ini sangat sulit untuk dihindari.Patut diketahui bahwa gigi vampir mengandung racun yang bisa melumpuhkan saraf, terutama para vampir bangsawan. Begitu digigit, master sekalipun tidak bisa melawan."Trik murahan!" Adam tidak menoleh. Tubuhnya sontak bergetar dan sebuah bayangan terbentuk di belakangnya. Pada saat yang sama, gelombang kejut yang mengerikan sontak meletus.Rambut Adam berdiri tegak, pakaiannya berkibaran. Sementara itu, Brody yang menyerang secara diam-diam dari belakang malah terhempas beberapa meter dan menabrak dinding. Dia jatuh dengan menyedihkan."Bahaya sekali tadi!" Greta dan Roselia menghela napas lega melihatnya. Untungnya, Adam punya Teknik Empat Dewa yang bisa melindungi
"Tu ... Tuan Eddie, aku rasa yang kamu bilang benar. Aku baru terluka, jadi perlu istirahat. Kamu sudah boleh menyingkirkan tanganmu." Karena kesakitan, Brody pun memilih untuk mengalah.Di wilayah barat, yang kuat yang menjadi penguasa. Asalkan punya kekuatan hebat, seseorang akan sangat dihormati. Perkataan mereka juga memiliki pengaruh besar. Singkatnya, kekuatan yang berbicara."Tuan Brody, aku tarik kata-kataku kembali. Sekarang aku merasa kamu sangat cerdas," ucap Eddie sambil tersenyum tenang.Brody menyunggingkan sudut bibirnya dan tidak berani berbicara lagi. Pada akhirnya, dia mundur supaya tidak menghalangi jalan Eddie.Meskipun merasa enggan kalah dari Adam dan merasa dirinya masih punya kemampuan untuk melawan, Brody tidak punya pilihan lain selain mengalah kepada Eddie."Tuan Eddie, kalau Brody nggak bisa, biar aku saja yang memberi mereka pelajaran!" Giorgio sontak menggebrak meja. Tubuh kekarnya memancarkan aura yang sungguh menekan.Baik itu kekuatan ataupun fisik, Gio
"Serius? Kulihat pendeta itu biasa-biasa saja. Sepertinya dia nggak berbahaya." Roselia tampak heran.Dengan kemampuan Adam, dia jelas berada di urutan terdepan di seluruh Negara Drago. Kelompok hitam dari wilayah barat seharusnya tidak perlu ditakuti."Roselia, jangan menilai orang dari penampilan. Di antara mereka bertiga, si pendeta yang paling kuat. Lain kali hati-hati kalau ketemu dia. Menghindar sejauh mungkin. Jangan melawannya." Adam memperingatkan dengan ekspresi serius.Jika Adam sendirian tadi, dia tidak mungkin takut. Namun, ada Roselia dan Greta yang bersamanya. Adam mengkhawatirkan keselamatan mereka.Jika pertarungan benar-benar terjadi, pendeta itu bisa menahannya, sedangkan kedua temannya akan menahan Roselia dan Greta. Sebelum mengetahui kehebatan lawan, Adam tentu harus berwaspada."Mereka punya niat jahat. Kalian harus berhati-hati dari mereka. Tapi, nggak usah terlalu dipedulikan juga. Negara Drago punya banyak ahli bela diri. Kalau benaran berduel, kita nggak kala
"Mati?" Brody mendengus dengan tidak setuju. "Sepertinya ucapanmu terlalu berlebihan, 'kan? Vampir nggak bisa mati. Sehebat apa pun pesilat Negara Drago, mereka nggak mungkin sanggup membunuhku!"Sekalipun Takhta Suci membatasi vampir, asalkan Brody ingin melarikan diri, Eddie tetap tidak bisa menahannya."Gen vampir memang kuat, tapi nggak sampai nggak bisa mati. Kalau nggak, mana mungkin kalian berada di bawah naungan Kuil Dewa? Selain itu, jangan meremehkan pesilat Negara Drago.""Selama bertahun-tahun ini, terjadi banyak konflik dengan mereka. Tapi, kita nggak pernah dapat keuntungan apa pun. Kalau kamu terus sombong begini, cepat atau lambat pasti dapat ganjarannya," timpal Eddie dengan nada datar.Bangsawan seperti Brody tidak mungkin tahu betapa berbahayanya Negara Drago. Musuh mereka hanya pesilat elite Negara Drago. Ini tidak termasuk masalah besar. Namun, jika mengusik monster-monster tua itu, mereka belum tentu bisa pulang dalam keadaan selamat."Tuan Eddie, jangan-jangan ka
Keesokan pagi, di puncak Gunung Narima. Begitu langit terang, kerumunan langsung menuju ke Gunung Narima.Hari ini, Gunung Narima terlihat lebih ramai dari biasanya. Bagi para ahli bela diri, kompetisi Grup B dan Grup C hanyalah duel kecil. Yang benar-benar mendapat perhatian dan berpengaruh adalah pertarungan Grup A.Ini karena yang bisa bergabung dengan Grup A hanya para master muda yang diutus oleh sekte dan para pesilat elite yang mengandalkan kemampuan luar biasa mereka.Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa 32 kandidat ini adalah eksistensi yang tiada tandingan. Dengan kata lain, pertarungan hari ini adalah memilih genius di antara genius. Itu sebabnya, banyak orang yang datang untuk menonton.Bahkan, beberapa tokoh besar yang mengasingkan diri selama ini, juga datang ke Gunung Narima. Bagaimanapun, kompetisi ini akan menentukan masa depan dunia persilatan. Tidak ada yang berani bersikap lalai.Luther, Misandari, dan lainnya tiba pagi-pagi sekali. Sebagai salah satu dari 32 kan
"Gema, dengarkan saranku, situasi di Atlandia sangat rumit. Kamu nggak akan mampu memegang kendali. Lebih baik cepat pergi dari sini!"Melihat Gema terdiam, Loki tidak bisa menahan rasa cemasnya. Bagaimanapun, mereka adalah saudara seperjuangan. Dia tentu tidak ingin Gema mati."Apa yang kamu katakan memang masuk akal. Aku nggak takut mereka bertindak terang-terangan, yang aku takutkan adalah mereka bermain licik di belakang."Setelah ragu sejenak, Gema akhirnya mengangguk. "Loki, antar aku ke hotel. Aku akan berkemas.""Begini baru benar!" Loki menghela napas panjang. "Seperti kata pepatah, selama gunung hijau masih ada, nggak perlu khawatir kehabisan kayu bakar. Selama kita masih hidup, segalanya bisa diatasi.""Terima kasih, Sobat. Nanti kalau ada kesempatan, aku akan mentraktirmu minum," ucap Gema tersenyum. Kalau bukan karena Loki terus membujuknya, dia mungkin masih akan menganggap enteng situasi ini. Kalau sampai terjadi sesuatu, menyesal pun tidak ada gunanya.Setelah kembali k
"Tuan-tuan, aku sudah menghargai kalian dan teh pun sudah habis. Aku masih ada urusan lain, jadi nggak bisa menemani kalian lagi. Aku pamit," kata Gema. Melihat ketiga orang itu tidak menjawab, dia juga tidak banyak berbicara lagi. Setelah memberi hormat, dia langsung bangkit dan pergi.Saat pintu ruangan itu terbuka, ekspresi Loland menjadi muram dan segera meraih pedangnya. Namun, sebelum dia sempat bertindak, Weker menggenggam lengannya dan menggelengkan kepala.Gema sempat berhenti sejenak di ambang pintu karena merasa ada sesuatu yang tidak beres, lalu langsung melangkah pergi.Melihat Gema berjalan keluar dengan selamat, Loki yang kini sedang berjaga di luar pintu akhirnya menghela napas lega.Namun, saat melihat ekspresi ketiga orang yang berada di dalam ruangan itu terlihat muram, Loki kembali merasa gelisah. Kelihatan jelas, pembicaraan mereka tadi tidak berjalan dengan baik. Untung saja tidak terjadi sesuatu, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya kepada pi
Gema kembali mengambil secangkir teh dan meminumnya, "Selera tuan-tuan memang unik. Tapi, aku ini orangnya penakut, nggak tahan ditakut-takuti. Jadi, mohon tuan-tuan kelak jangan bercanda seperti ini lagi."Weker tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tentu saja. Ini pertama kalinya kita bertemu, jadi Tuan Loland hanya ingin mencairkan suasana. Kalau ada hal yang nggak berkenan, aku mewakili Tuan Loland minta maaf padamu. Jangan dimasukkan ke hati."Mendengar perkataan itu, ekspresi Gema akhirnya menjadi lebih ramah. Dia sudah berani menghadiri jamuan berbahaya ini, dia tentu saja tidak takut diintimidasi. Jika mereka berbicara baik-baik dengannya, dia tidak keberatan mengungkapkan sedikit informasi.Namun, sikap ketiga orang itu begitu sombong. Begitu membuka mulut, mereka langsung mengintimidasi, memerintah, dan sama sekali tidak menghargainya sama sekali. Hal ini tentu saja membuatnya merasa sangat kesal. Namun, demi menjaga harga dirinya, dia tidak langsung menunjukkan amarahnya."Ng
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt