"Terima kasih banyak ya," kata Luther dengan kesal. Awalnya, dia hanya bertugas untuk menyelamatkan orang, sekarang malah harus bekerja keras untuk bertarung lagi. Seharian penuh yang penuh lelah dan tidak mendapatkan keuntungan apa pun, benar-benar merugikan."Jangan begitu banyak mengeluh. Kalau kamu bisa menunjukkan sedikit kegagahanmu di depan dua wanita ini, mungkin saja kamu bisa mendapatkan hati mereka," bisik Misandari yang menggoda."Sudahlah. Kedua wanita ini penuh dengan masalah, aku nggak sanggup menanggungnya," kata Luther sambil mengalihkan pandangannya.Pada saat itu, pria tua berjubah hitam di depan akhirnya tidak tahan lagi dan berkata, "Hei! Kalian sedang berbisik apa? Sekarang aku beri kalian dua pilihan, menyerah sekarang juga atau kepala kalian semua terpisah dari tubuh."Luther maju beberapa langkah, lalu menatap pria tua berjubah hitam dan berkata dengan dingin, "Kepala terpisah dari tubuh? Kamu benar-benar berani omong kosong. Kamu hanya mengandalkan teknik tubu
"Apa yang terjadi? Apa Dokter Luther baru saja menahan serangan itu?""Astaga! Itu adalah serangan dari ahli tingkat master, tapi Dokter Luther malah menahannya dengan tubuhnya sendiri dan nggak terluka sedikit pun. Sungguh luar biasa!""Nggak disangka. Dokter Luther yang masih begitu muda pun sudah punya kekuatan yang begitu hebat. Dia benar-benar pandai menyembunyikan kekuatannya."Melihat Luther yang menerima serangan itu dengan tanpa terluka, para murid Organisasi Mondial merasa kagum dan sangat terkejut. Bagaimanapun juga, pria tua berjubah hitam itu adalah sosok luar biasa yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh kakak senior mereka.Awalnya, para murid itu tidak menaruh harapan saat melihat Luther maju untuk bertarung dan bahkan merasa Luther hanya mencari mati saja. Namun, tidak ada yang menyangka Luther yang terlihat biasa-biasa saja ini memiliki kultivasi yang begitu hebat."Sasha, jangan-jangan Dokter Luther sudah mencapai tingkat master?" tanya Greta sambil memelotot, jelas m
"Ternyata begitu." Setelah mendengar penjelasan Misandari, Greta dan Roselia langsung menyadari ternyata pria tua berjubah hitam itu adalah penipu yang berpura-pura kuat.Pria tua itu hanya terlihat hebat dari penampilannya saja, tetapi sebenarnya kebalikannya. Bisa menindas yang lemah, tetapi hanya bisa menakut-nakuti saat menghadapi yang kuat. Pantas saja pria tua itu tidak pernah benar-benar bertarung saat menghadapi Alvan. Bukan karena kekuatan pria itu luar biasa, melainkan kekuatannya tidak cukup dan tidak berani bertindak sembarangan."Anak muda, aku akan memberimu kesempatan terakhir. Cepat berlutut dan menyerah, aku akan mengampunimu. Kalau kamu tetap bersikeras, hari ini aku akan menghabisimu!" teriak pria tua berjubah hitam dengan marah dengan suara yang bergemuruh dan aura yang menakutkan. Dari penampilan luarnya, dia memang terlihat seperti seorang ahli tingkat master."Jangan banyak omong kosong. Kalau ingin bertarung, ayo mulai saja. Hari ini aku ingin melihat sendiri s
Semua orang bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Bukankah tadi pria tua berjubah hitam itu masih berteriak dan berlagak sombong? Mengapa sekarang dia tiba-tiba langsung melarikan diri dengan terbirit-birit? Apa yang sebenarnya telah terjadi?Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang tertegun. Mereka tidak menyangka pria tua berjubah hitam yang tadinya masih angkuh, saat ini malah melarikan diri. Dia bahkan melarikan diri dengan kecepatan yang luar biasa dan meninggalkan beberapa bayangan yang sulit dibedakan mana yang asli."Eh?" Melihat pria tua berjubah hitam yang kabur ke segala arah, Luther tertegun sejenak. Dia mengira lawannya itu akan memanfaatkan teknik tubuhnya untuk melawan, tak disangka pria itu malah langsung melarikan diri setelah melayangkan dua pukulan."Orang tua ini memang licik," kata Luther yang merasa konyol. Dia mengakui pria tua berjubah hitam itu sangat waspada. Melihat situasinya tidak menguntungkan, pria itu langsung kabur tanpa basa-basi dan memedulika
"Huh .... Kak Alvan, tadi kamu diracuni orang, untung saja Dokter Luther menyelamatkanmu. Kalau nggak, nyawamu sudah terancam," kata Greta yang segera mengalihkan topiknya setelah merasa suasananya mulai tidak beres.Alvan menatap Luther dengan terkejut. "Apa? Kamu menyelamatkanku? Kalian nggak salah lihat, 'kan? Kenapa aku sama sekali nggak ingat hal ini?""Kamu kehilangan kesadaran karena racun dan hampir saja menjadi bencana besar. Kalau Dokter Luther nggak segera bertindak, akibatnya nggak terbayangkan," kata Greta dengan serius."Benar, Kak Alvan. Kali ini kamu benar-benar harus berterima kasih pada Dokter Luther," tambah Roselia sambil menganggukkan kepala."Huh! Siapa yang memintanya menyelamatkanku? Sok ikut campur!" kata Alvan dengan nada yang masih kesal sambil melirik Luther."Aku lelah, aku kembali ke kamarku dulu. Permisi!" Setelah mengatakan kata-kata itu dengan dingin, Alvan langsung berbalik dan pergi. Dia selalu meremehkan Luther dan kini dia malah diselamatkan Luther,
Malam pun berlalu dengan cepat.Keesokan fajarnya, Luther keluar dari kamar dan pergi ke taman di vila untuk menikmati pemandangan dengan berbagai macam bunga dan tumbuhan. Atas undangan dari Greta, semalam dia dan Misandari tinggal di vila ini.Selain karena Misandari ingin bernostalgia dengan Greta, Luther tinggal di vila ini juga untuk menjaga keamanan mana tahu para pembunuh itu kembali menyerang. Untungnya, malam berlalu dengan tenang dan tidak terjadi apa pun.Kondisi kesehatan Greta juga perlahan-lahan stabil dan sampai saat ini tidak menunjukkan efek samping apa pun. Ini tentu saja berkat kondisi tubuhnya yang memang sangat kuat.Saat Luther sedang berjalan-jalan di taman, gerbang vila tiba-tiba perlahan-lahan terbuka dan deretan mobil mewah masuk dengan teratur. Saat mobil itu berhenti, sekelompok anggota Organisasi Mondial yang mengenakan seragam keluar dari mobil.Berbeda dengan murid-murid Organisasi Mondial, orang-orang ini adalah tim penegak hukum yang lebih elite dan ter
"Pernah bertemu sebelumnya?" Greta dan Roselia langsung menatap Adam saat mendengar kata-kata itu, lalu memandang Luther secara bersamaan dengan ekspresi penasaran dan bingung. Mereka bertanya-tanya apakah kedua orang pernah saling kenal sebelumnya."Pak Adam sangat terkenal, tokoh kecil sepertiku mana mungkin punya kesempatan untuk mengenalmu. Pak Adam merasa aku familier, mungkin karena wajahku terlalu biasa," kata Luther dengan ekspresi yang tetap tenang, tetapi hatinya sudah mulai bergejolak.Wajah Luther yang saat ini adalah hasil dari penyamaran dan sangat berbeda dengan wajahnya yang sebelumnya. Lagi pula, setelah melihat Adam, dia sengaja menahan auranya agar tidak mencurigakan. Dia tidak menyangka Adam ini begitu peka sampai langsung menyadari ada sesuatu yang ganjil hanya dengan melihatnya sekilas.Setelah menatap Luther dengan saksama selama dua detik, Adam akhirnya tersenyum. "Sepertinya aku salah orang. Tapi, Dokter Luther jelas bukan orang yang tak terkenal. Orang yang bi
Kata-kata Adam membuat ekspresi Alvan menjadi muram. Dia tidak menyangka Adam begitu tidak menghargainya dan menganggapnya sebagai kakak senior.Alvan berkata dengan ekspresi muram, "Adam, kamu jangan keterlaluan! Aku ini murid utama di Organisasi Mondial, jadi perhatikan cara bicaramu.""Kak Alvan, aku sudah cukup sopan padamu. Kamu sebaiknya jangan membuatku kesulitan," kata Adam dengan dingin."Kesulitan? Huh! Aku lihat kamu hanya ingin memanfaatkan situasi untuk balas dendam pribadi," kata Alvan dengan nada kesal."Kak Alvan, nggak perlu membuang-buang waktu lagi, nggak ada gunanya. Hari ini kamu harus memutuskan pilihanmu," kata Adam yang tetap tidak terpengaruh."Kalau aku nggak mau ikut dengan tim penegak hukum, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Alvan sambil menyipitkan mata."Kalau begitu, jangan salahkan aku kalau aku menggunakan kekerasan," kata Adam dengan dingin.Alvan langsung marah. "Lancang! Adam, jangan kira hanya dengan sedikit kemampuan saja, kamu sudah bisa pamer di
Teriakan pertempuran dan benturan senjata terus menggema di bawah bayangan lampu jalan. Lima sosok bertarung dengan sengit, darah berceceran ke mana-mana. Di sekitar mereka, situasi sudah sangat kacau.Setelah bertarung selama hampir setengah jam, suara pertempuran mulai mereda. Kelima sosok itu satu per satu jatuh ke dalam genangan darah. Di bawah cahaya redup lampu jalan, terlihat tiga pembunuh berbaju hitam telah tewas.Satu orang lehernya patah, satu orang dadanya tertusuk, dan satu lagi mengalami luka parah hingga kehabisan darah.Sementara itu, kondisi Gema dan Loki juga tidak jauh lebih baik. Loki berlumuran darah, tubuhnya dipenuhi luka, dan beberapa cederanya begitu dalam hingga memperlihatkan tulangnya.Gema juga mengalami luka serius. Dada dan perutnya terkena sabetan pedang, lengan kanannya terpotong, membuatnya tampak sangat mengenaskan."Uhuk ... uhuk, uhuk ...." Setelah berhasil menumbangkan pembunuh terakhir, Loki terduduk lemas di tanah, terengah-engah sambil memuntahk
"Gema, dengarkan saranku, situasi di Atlandia sangat rumit. Kamu nggak akan mampu memegang kendali. Lebih baik cepat pergi dari sini!"Melihat Gema terdiam, Loki tidak bisa menahan rasa cemasnya. Bagaimanapun, mereka adalah saudara seperjuangan. Dia tentu tidak ingin Gema mati."Apa yang kamu katakan memang masuk akal. Aku nggak takut mereka bertindak terang-terangan, yang aku takutkan adalah mereka bermain licik di belakang."Setelah ragu sejenak, Gema akhirnya mengangguk. "Loki, antar aku ke hotel. Aku akan berkemas.""Begini baru benar!" Loki menghela napas panjang. "Seperti kata pepatah, selama gunung hijau masih ada, nggak perlu khawatir kehabisan kayu bakar. Selama kita masih hidup, segalanya bisa diatasi.""Terima kasih, Sobat. Nanti kalau ada kesempatan, aku akan mentraktirmu minum," ucap Gema tersenyum. Kalau bukan karena Loki terus membujuknya, dia mungkin masih akan menganggap enteng situasi ini. Kalau sampai terjadi sesuatu, menyesal pun tidak ada gunanya.Setelah kembali k
"Tuan-tuan, aku sudah menghargai kalian dan teh pun sudah habis. Aku masih ada urusan lain, jadi nggak bisa menemani kalian lagi. Aku pamit," kata Gema. Melihat ketiga orang itu tidak menjawab, dia juga tidak banyak berbicara lagi. Setelah memberi hormat, dia langsung bangkit dan pergi.Saat pintu ruangan itu terbuka, ekspresi Loland menjadi muram dan segera meraih pedangnya. Namun, sebelum dia sempat bertindak, Weker menggenggam lengannya dan menggelengkan kepala.Gema sempat berhenti sejenak di ambang pintu karena merasa ada sesuatu yang tidak beres, lalu langsung melangkah pergi.Melihat Gema berjalan keluar dengan selamat, Loki yang kini sedang berjaga di luar pintu akhirnya menghela napas lega.Namun, saat melihat ekspresi ketiga orang yang berada di dalam ruangan itu terlihat muram, Loki kembali merasa gelisah. Kelihatan jelas, pembicaraan mereka tadi tidak berjalan dengan baik. Untung saja tidak terjadi sesuatu, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya kepada pi
Gema kembali mengambil secangkir teh dan meminumnya, "Selera tuan-tuan memang unik. Tapi, aku ini orangnya penakut, nggak tahan ditakut-takuti. Jadi, mohon tuan-tuan kelak jangan bercanda seperti ini lagi."Weker tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tentu saja. Ini pertama kalinya kita bertemu, jadi Tuan Loland hanya ingin mencairkan suasana. Kalau ada hal yang nggak berkenan, aku mewakili Tuan Loland minta maaf padamu. Jangan dimasukkan ke hati."Mendengar perkataan itu, ekspresi Gema akhirnya menjadi lebih ramah. Dia sudah berani menghadiri jamuan berbahaya ini, dia tentu saja tidak takut diintimidasi. Jika mereka berbicara baik-baik dengannya, dia tidak keberatan mengungkapkan sedikit informasi.Namun, sikap ketiga orang itu begitu sombong. Begitu membuka mulut, mereka langsung mengintimidasi, memerintah, dan sama sekali tidak menghargainya sama sekali. Hal ini tentu saja membuatnya merasa sangat kesal. Namun, demi menjaga harga dirinya, dia tidak langsung menunjukkan amarahnya."Ng
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota