"Huh! Dasar bocah naif. Sebentar lagi kamu akan lihat kalau masih banyak orang yang lebih hebat darimu di dunia ini!" cibir Taurus. Dia jelas memandang remeh Luther yang tidak berasal dari sekte mana pun."Kontestan nomor 846 gagal, berikutnya!" ucap wasit dengan lantang.Seorang pesilat gagal dalam ujian pendaftaran dan pergi dengan kecewa."Taurus, sekarang giliranmu. Jangan mempermalukan Sekte Ilmu Kegelapan," pesan Revan sambil mengangkat dagunya.Taurus adalah kontestan nomor 847, Revan kontestan nomor 848, dan Bree nomor 849."Tenang saja, Kak Revan. Murid elite Sekte Ilmu Kegelapan nggak ada yang lemah. Kalau aku bahkan nggak bisa lulus ujian pertama, lebih baik aku mati!" ucap Taurus sambil menepuk dadanya dengan percaya diri.Ujian mengangkat kaldron hanyalah ujian paling dasar. Jika Taurus tidak mampu melewati ujian ini, bagaimana dia bisa bersaing dengan orang-orang hebat lainnya di arena? Bagaimana dia bisa mengharumkan nama Sekte Ilmu Kegelapan?"Bagus. Pergilah, tunjukkan
Di dalam ruang kantor presdir Grup Pesona."Luther, ini adalah perjanjian cerai yang disiapkan Bu Ariana. Silakan ditandatangani," ujar Julie selaku sekretaris Ariana. Kemudian, Julie yang mengenakan seragam kantor sedang meletakkan secarik kertas A4 di atas meja.Di seberangnya, duduk seorang pria tampan yang mengenakan pakaian sederhana."Cerai? Apa maksudnya?" tanya Luther Bennett dengan bingung."Luther, kamu masih tidak mengerti? Pernikahanmu dengan Bu Ariana sudah di ujung tanduk. Kalian tidak lagi sejalur. Keberadaanmu hanya suatu penghalang bagi Bu Ariana," jawab Julie tanpa rasa kasihan."Penghalang?" Luther mengernyit sembari bertanya, "Jadi, aku hanya penghalang di matanya?"Ketika keduanya menikah, Keluarga Warsono sedang berada di posisi yang tidak menguntungkan, bahkan memiliki banyak utang.Luther yang telah membantu Keluarga Warsono melewati kesulitan tersebut. Siapa sangka, setelah kaya raya, Ariana malah ingin mencampakkannya."Kamu boleh berpikir begitu," ujar Julie
Di dalam lift, Luther menatap liontin giok di dadanya. Tatapannya tampak sangat sedih sekarang.Meskipun sudah menduga bahwa hal seperti ini akan terjadi, dia tetap tidak bisa berlapang dada saat perceraian ini benar-benar terjadi.Awalnya, Luther mengira bahwa kebahagiaan itu sangat sederhana. Hanya perlu makan kenyang, melewati kehidupan yang santai, dan merasa gembira.Dia pun baru mengerti bahwa kehidupan biasa ternyata juga merupakan suatu dosa.Luther sudah hidup dengan nyaman selama 3 tahun ini. Sekarang, sudah saatnya dia bangkit.Kring kring kring ....Tepat ketika Luther sedang bengong, ponselnya tiba-tiba berdering.Terdengar suara yang familier saat dia menjawab panggilan tersebut. "Tuan Luther, aku Eril Wirawan dari Kamar Dagang Jiloam. Dengar-dengar, hari ini adalah ulang tahun pernikahanmu dengan Nona Ariana. Aku sudah menyediakan hadiah spesial untuk kalian. Kapan Tuan Luther punya waktu?""Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, Pak Eril tidak perlu repot-repot lagi lain
Hanya satu kata dari Luther sudah membuat Helen terperangah di tempatnya. Dia sungguh tidak menyangka bahwa Luther yang biasanya terlihat lembut akan begitu menyeramkan saat murka. Sorot matanya itu seolah-olah menyiratkan akan melahap Helen hidup-hidup."Tolong, ada pembunuh! Ada yang mau membunuh putraku!" teriak Helen dengan lantang setelah tersadar kembali.Dalam sekejap, sekelompok satpam dari Grup Pesona berbondong-bondong menghampiri tempat kejadian."Nyonya Helen, apa yang terjadi?" tanya salah satu satpam yang jelas mengenal Helen. Dia langsung menyatakan sikapnya begitu datang."Doni, cepat tangkap dia. Berani sekali dia memukul putraku! Aku mau dia menerima ganjarannya!" teriak Helen yang pura-pura memberanikan diri."Berengsek! Berani sekali kamu membuat keributan di pintu masuk Grup Pesona! Kamu sudah bosan hidup, ya!" seru satpam yang memimpin. Begitu dia melambaikan tangannya, sekelompok bawahan bergegas menghentikan Luther.Bagaimanapun, ini adalah kesempatan untuk meme
"Ibu, kamu bawa Keenan ke rumah sakit dulu. Biar aku yang urus masalah ini." Ariana membuat keputusan setelah berpikir beberapa saat."Ariana, kamu harus membela adikmu. Jangan biarkan bajingan itu begitu saja!" kata Helen dengan galak."Tenang saja, aku tahu apa yang harus dilakukan," ujar Ariana sembari mengangguk. Kemudian, dia memerintahkan 2 orang satpam untuk mengantar Helen dan Keenan ke rumah sakit."Julie, apa pendapatmu tentang ini?" tanya Ariana sambil menggosok pelipisnya. Dia merasa agak pusing."Bu Ariana, masalah ini sudah sangat jelas. Luther yang memukul adikmu. Selain itu, para satpam juga melihatnya tadi. Mereka tidak mungkin berbohong," jawab Julie."Tapi, ibuku itu ...." Ariana hendak mengatakan sesuatu. Dia tahu betul bagaimana karakter ibu dan adiknya yang tidak masuk akal itu."Bagaimanapun, Luther sudah salah karena memukul orang! Kalaupun ada kesalahpahaman, mereka bisa membahasnya dengan kepala dingin. Apalagi, Keenan adalah adik Bu Ariana. Dia sama sekali ti
"Ba ... bagaimana kamu tahu?" tanya Belinda seraya membelalakkan matanya. Wajahnya sampai memerah. Selain merasa canggung, dia lebih merasa terkejut.Belinda tidak menyangka bahwa Luther bisa menyebutkannya dengan begitu akurat. Pria ini sampai tahu dia sering sakit kepala, mens tidak lancar, bahkan diare yang sedang dideritanya.Apakah dia benar-benar begitu hebat atau ini hanya siasat untuk mengelabui mereka semua?"Pengobatan tradisional mementingkan 4 hal, yaitu mengamati rona wajah pasien, mendengar suara dan napas pasien, menanyakan gejala pasien, dan memeriksa denyut nadi pasien. Dengan ini, kami sudah bisa mendiagnosis," jelas Luther dengan tidak acuh."Belinda, gimana? Kamu sudah percaya, 'kan?" tanya Bianca sembari tersenyum.Pada saat yang sama, dia juga merasa lega karena sudah melihat kemampuan yang dimiliki Luther."Huh! Dia hanya beruntung, apa yang hebat!" seru Belinda yang masih merasa enggan."Tuan Luther, gadis ini memang keras kepala. Tolong jangan tersinggung," kat
"Dasar nggak berguna!" Bianca sontak murka. Dia mendorong Tobi, lalu membentak, "Aku suruh jangan cabut, tapi kamu memaksa. Sekarang, kamu hanya bisa memberiku hasil seperti ini?""Ini bukan salahku. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin!" Tobi menggeleng dan mulai melemparkan tanggung jawab. "Oh, ini pasti kesalahan dokter itu. Dia yang sembarangan menancap jarum untuk mencelakai Tuan Jericho!"Bianca langsung menampar Tobi. Kemudian, dia memaki, "Dasar rendahan! Kamu sudah salah, tapi masih menyalahkan orang lain? Biar kuperingatkan, kalau terjadi sesuatu pada kakekku, aku akan mengulitimu hidup-hidup!"Begitu ucapan ini dilontarkan, wajah Tobi langsung tampak pucat pasi.Dengan kemampuan Keluarga Caonata, mudah saja bagi Bianca untuk melenyapkan mereka dari dunia ini."Apa yang terjadi?" tanya Luther yang memasuki bangsal.Begitu melihat wajah Jericho yang menghitam serta mulut dan hidungnya berdarah, Luther langsung mengernyit."Bukannya sudah kubilang jangan cabut jarumnya? Kenapa
"Su ... sudah siuman?" Semua orang terkesiap melihat Jericho yang tiba-tiba sadarkan diri.Apalagi saat melihat monitor ICU yang menunjukkan bahwa tanda-tanda vitalnya telah normal kembali, mereka semua hanya bisa terdiam.Tanpa diduga, penyakit aneh yang membuat seluruh tim medis profesional tak berdaya justru berhasil disembuhkan oleh seorang pemuda.Kejadian ini benar-benar di luar nalar!"Syukurlah! Kakek akhirnya siuman!" seru Belinda sambil menangis bahagia saat melihat raut wajah Jericho kembali normal.Bianca yang merasa sangat gelisah juga akhirnya merasa tenang sekarang. Dia membungkuk memberi hormat seraya berkata, "Terima kasih banyak, Tuan Luther. Mulai sekarang, kamu akan menjadi tamu terhormat Keluarga Caonata.""Sama-sama, Nona Bianca. Ini bukan masalah besar," sahut Luther sembari tersenyum tipis.Perkataan yang rendah hati ini justru terdengar menusuk telinga untuk Tobi.Mereka susah payah mengobati Jericho, tetapi Luther malah mengatakan bukan masalah besar? Bocah in