Pada saat itu, seorang pria gemuk tiba-tiba berlari mendekat dengan tergesa-gesa. Pria ini adalah pemimpin dari lima iblis Aula Yama, Brian. Namun, dibandingkan dengan penampilannya semalam yang gagah, kali ini tubuhnya penuh dengan luka dan rambutnya acak-acakan. Dia terlihat sangat berantakan."Brian? Kenapa kamu menjadi seperti ini?" Setelah mengamati Brian dari atas ke bawah, Ozias mengernyitkan alis dan tiba-tiba merasa ada sesuatu yang tidak beres."Huhuhu .... Kak Ozias, kamu harus membalaskan dendam kami, keempat saudaraku itu semuanya sudah dibunuh!" Begitu melihat Brian, Ozias langsung berlutut di lantai dan mulai menangis meraung-raung. Penampilannya itu terlihat benar-benar sangat menyedihkan.Ozias mengernyitkan alis dan ekspresinya menjadi serius. "Dibunuh? Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kenapa mereka bisa tiba-tiba dibunuh? Apa mereka sudah menyinggung seorang master?"Lima iblis Aula Yama cukup terkenal di dunia persilatan dan semuanya memiliki kemampuan yang luar b
Saat menjelang senja, di sebuah ruangan pribadi di Restoran Raksi. Luther, Ozias, dan beberapa orang duduk bersama dan mendengarkan laporan dari Brian.Meskipun tidak berhasil menangkap pelakunya setelah menyelidiki seharian, Brian berhasil menemukan beberapa petunjuk. "Kak Ozias, setelah mengerahkan seluruh jaringan intelijen Aula Yama, aku sudah mendapat beberapa informasi tentang pembunuhnya. Semalam kebetulan ada orang yang melihat wajah asli pembunuhnya.""Menurut saksi, wajah orang itu tirus, penampilannya buruk, dan ada sebuah tanda hitam di keningnya. Aku sudah minta seorang pelukis untuk menggambar pembunuh itu berdasarkan deskripsi saksi. Silakan Kakak lihat."Setelah mengatakan itu, Brian mengeluarkan selembar kertas dari sakunya dan menyerahkannya pada Ozias dengan hati-hati.Ozias membuka kertas itu dan melihatnya, lalu mengernyitkan alis. Harus diakui, orang di gambar itu memang sangat jelek. Mulutnya lancip, tulang pipinya menonjol, pipinya cekung, dan ada sebuah tanda h
Meskipun orang cacat itu berhasil melatih ilmu pedang, jalannya juga pasti akan penuh dengan rintangan dan kesulitan. Namun hari ini, Luther dan yang lainnya melihat pengecualian. Jelas-jelas pelakunya adalah orang cacat, tetapi pelaku itu malah telah mencapai tingkatan yang bahkan banyak genius pun tidak bisa mencapai. Ini sungguh tidak bisa dipercaya.Orang seperti pelaku ini tidak bisa dinilai dengan logika biasa. Ada banyak genius di dunia ini, tetapi orang cacat genius seperti ini sangat langka. Luther dan yang lainnya tidak bisa membayangkan pengorbanan apa yang harus dilakukan oleh orang itu untuk mencapai keberhasilannya hari ini."Sepertinya pembunuh ini nggak akan mudah dihadapi."Ozias menyesap tehnya, lalu menoleh pada Brian dan kembali bertanya, "Selain gambar pembunuhnya, apa masih ada berita lain?""Kak Ozias, sesuai hasil penyelidikan, semalam pembunuh ini membunuh tujuh orang," kata Brian yang tiba-tiba mengejutkan semua orang.Ozias mengernyitkan alis. "Tujuh orang? S
"Apa?" Setelah mendengar analisis Luther, semua orang di tempat itu tercengang dan merasa sulit untuk memercayainya.Terlepas dari apakah orang itu akan berhasil membunuh semua ahli genius dari Negara Drago atau tidak, hanya mendengar rencana jahat ini saja sudah cukup membuat orang ketakutan. Hanya orang gila saja yang akan memiliki pemikiran seperti ini dan orang gila seperti ini juga yang biasanya paling ditakuti orang."Brian, apa orang-orang yang terbunuh ini sudah mendaftar untuk ikut turnamen bela diri?" tanya Ozias.Brian menganggukkan kepala dengan tegas. "Benar. Meskipun para korban berasal dari berbagai sekte, tujuan mereka sama yaitu menjadi terkenal di turnamen bela diri."Joker, Sofian, Lincon, ataupun lima iblis dari Aula Yama sudah mendaftar untuk ikut turnamen itu dan bersiap untuk menunjukkan kemampuan mereka di Gunung Narima. Sayangnya, turnamen belum dimulai, tetapi nyawa para genius muda ini sudah berakhir sepenuhnya."Kalau begitu, dugaan Luther kemungkinan besar
Di dalam ruang kantor presdir Grup Pesona."Luther, ini adalah perjanjian cerai yang disiapkan Bu Ariana. Silakan ditandatangani," ujar Julie selaku sekretaris Ariana. Kemudian, Julie yang mengenakan seragam kantor sedang meletakkan secarik kertas A4 di atas meja.Di seberangnya, duduk seorang pria tampan yang mengenakan pakaian sederhana."Cerai? Apa maksudnya?" tanya Luther Bennett dengan bingung."Luther, kamu masih tidak mengerti? Pernikahanmu dengan Bu Ariana sudah di ujung tanduk. Kalian tidak lagi sejalur. Keberadaanmu hanya suatu penghalang bagi Bu Ariana," jawab Julie tanpa rasa kasihan."Penghalang?" Luther mengernyit sembari bertanya, "Jadi, aku hanya penghalang di matanya?"Ketika keduanya menikah, Keluarga Warsono sedang berada di posisi yang tidak menguntungkan, bahkan memiliki banyak utang.Luther yang telah membantu Keluarga Warsono melewati kesulitan tersebut. Siapa sangka, setelah kaya raya, Ariana malah ingin mencampakkannya."Kamu boleh berpikir begitu," ujar Julie
Di dalam lift, Luther menatap liontin giok di dadanya. Tatapannya tampak sangat sedih sekarang.Meskipun sudah menduga bahwa hal seperti ini akan terjadi, dia tetap tidak bisa berlapang dada saat perceraian ini benar-benar terjadi.Awalnya, Luther mengira bahwa kebahagiaan itu sangat sederhana. Hanya perlu makan kenyang, melewati kehidupan yang santai, dan merasa gembira.Dia pun baru mengerti bahwa kehidupan biasa ternyata juga merupakan suatu dosa.Luther sudah hidup dengan nyaman selama 3 tahun ini. Sekarang, sudah saatnya dia bangkit.Kring kring kring ....Tepat ketika Luther sedang bengong, ponselnya tiba-tiba berdering.Terdengar suara yang familier saat dia menjawab panggilan tersebut. "Tuan Luther, aku Eril Wirawan dari Kamar Dagang Jiloam. Dengar-dengar, hari ini adalah ulang tahun pernikahanmu dengan Nona Ariana. Aku sudah menyediakan hadiah spesial untuk kalian. Kapan Tuan Luther punya waktu?""Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, Pak Eril tidak perlu repot-repot lagi lain
Hanya satu kata dari Luther sudah membuat Helen terperangah di tempatnya. Dia sungguh tidak menyangka bahwa Luther yang biasanya terlihat lembut akan begitu menyeramkan saat murka. Sorot matanya itu seolah-olah menyiratkan akan melahap Helen hidup-hidup."Tolong, ada pembunuh! Ada yang mau membunuh putraku!" teriak Helen dengan lantang setelah tersadar kembali.Dalam sekejap, sekelompok satpam dari Grup Pesona berbondong-bondong menghampiri tempat kejadian."Nyonya Helen, apa yang terjadi?" tanya salah satu satpam yang jelas mengenal Helen. Dia langsung menyatakan sikapnya begitu datang."Doni, cepat tangkap dia. Berani sekali dia memukul putraku! Aku mau dia menerima ganjarannya!" teriak Helen yang pura-pura memberanikan diri."Berengsek! Berani sekali kamu membuat keributan di pintu masuk Grup Pesona! Kamu sudah bosan hidup, ya!" seru satpam yang memimpin. Begitu dia melambaikan tangannya, sekelompok bawahan bergegas menghentikan Luther.Bagaimanapun, ini adalah kesempatan untuk meme
"Ibu, kamu bawa Keenan ke rumah sakit dulu. Biar aku yang urus masalah ini." Ariana membuat keputusan setelah berpikir beberapa saat."Ariana, kamu harus membela adikmu. Jangan biarkan bajingan itu begitu saja!" kata Helen dengan galak."Tenang saja, aku tahu apa yang harus dilakukan," ujar Ariana sembari mengangguk. Kemudian, dia memerintahkan 2 orang satpam untuk mengantar Helen dan Keenan ke rumah sakit."Julie, apa pendapatmu tentang ini?" tanya Ariana sambil menggosok pelipisnya. Dia merasa agak pusing."Bu Ariana, masalah ini sudah sangat jelas. Luther yang memukul adikmu. Selain itu, para satpam juga melihatnya tadi. Mereka tidak mungkin berbohong," jawab Julie."Tapi, ibuku itu ...." Ariana hendak mengatakan sesuatu. Dia tahu betul bagaimana karakter ibu dan adiknya yang tidak masuk akal itu."Bagaimanapun, Luther sudah salah karena memukul orang! Kalaupun ada kesalahpahaman, mereka bisa membahasnya dengan kepala dingin. Apalagi, Keenan adalah adik Bu Ariana. Dia sama sekali ti