Pria kekar itu jatuh pingsan. Lantaran terlalu memaksakan diri hingga melampaui batasnya, pembuluh darahnya pecah. Setelah muntah darah, dia langsung tidak sadarkan diri.Otot pria itu robek, kedua matanya merah, dan meridian di tubuhnya cedera serius. Jangankan bertarung, dia bahkan belum tentu bisa bangun dari tempat tidur dalam beberapa hari ke depan."Tuh, 'kan! Sudah kubilang dia nggak akan bisa. Sok sekali! Lihat apa akibatnya!""Iya, kaldron 25 ton itu nggak mungkin bisa diangkat sembarangan orang.""Padahal dia sudah lulus ujian, tapi dia malah memaksakan diri sampai muntah darah. Nggak sadar diri, sih!"Melihat pria kekar tadi jatuh pingsan, orang-orang mulai berkomentar. Ada yang mengejek, ada pula yang merasa simpati.Mampu mengangkat kaldron 5 ton saja sudah hebat. Namun, hanya orang dengan bakat luar biasa yang bisa mengangkat kaldron 25 ton.Bagaimanapun, mengangkat kaldron dari tanah dan benar-benar mengangkatnya di atas kepala adalah dua hal yang berbeda. Mengangkat kal
Luther sudah menyamar agar penampilannya tidak menonjol. Seharusnya wanita secantik itu tidak mungkin tertarik padanya."Bree, dunia persilatan sangat berbahaya. Jangan sembarangan bicara sama orang asing. Banyak orang yang pura-pura baik!"Dua pemuda di depan Bree menoleh ke belakang. Pemuda yang pertama mengenakan pakaian hijau dan yang satunya lagi mengenakan baju kuning.Pemuda berbaju hijau terlihat kuat dengan tubuhnya yang tinggi dan berotot. Sementara itu, pemuda berbaju kuning bertubuh pendek. Wajahnya yang tirus memberikan kesan seakan-akan dia kurang gizi."Kak Revan, Kak Taurus, ini Luther. Dia juga datang untuk ikut dalam kompetisi seni bela diri," ucap Bree."Ada banyak orang yang mendaftar di kompetisi ini, tapi nggak semua orang bisa lulus ujian. Beberapa orang hanya akan berakhir sebagai penonton," kata Revan yang mengenakan baju hijau dengan tenang. Dia menatap Luther dengan dingin."Ucapan Kak Revan nggak salah. Di antara banyak orang di sini, belum tentu ada satu da
"Huh! Dasar bocah naif. Sebentar lagi kamu akan lihat kalau masih banyak orang yang lebih hebat darimu di dunia ini!" cibir Taurus. Dia jelas memandang remeh Luther yang tidak berasal dari sekte mana pun."Kontestan nomor 846 gagal, berikutnya!" ucap wasit dengan lantang.Seorang pesilat gagal dalam ujian pendaftaran dan pergi dengan kecewa."Taurus, sekarang giliranmu. Jangan mempermalukan Sekte Ilmu Kegelapan," pesan Revan sambil mengangkat dagunya.Taurus adalah kontestan nomor 847, Revan kontestan nomor 848, dan Bree nomor 849."Tenang saja, Kak Revan. Murid elite Sekte Ilmu Kegelapan nggak ada yang lemah. Kalau aku bahkan nggak bisa lulus ujian pertama, lebih baik aku mati!" ucap Taurus sambil menepuk dadanya dengan percaya diri.Ujian mengangkat kaldron hanyalah ujian paling dasar. Jika Taurus tidak mampu melewati ujian ini, bagaimana dia bisa bersaing dengan orang-orang hebat lainnya di arena? Bagaimana dia bisa mengharumkan nama Sekte Ilmu Kegelapan?"Bagus. Pergilah, tunjukkan
"Huh! Nggak ada kemampuan, tapi sombong betul! Kamu belum tentu bisa mengangkat kaldron 5 ton, tapi sudah berani membual soal kaldron 25 ton. Omong kosong!" cibir Taurus."Taurus, dia ingin mengangkat kaldron 25 ton, beri saja dia kesempatan. Bawa kaldron itu ke hadapannya. Biar kita lihat seberapa hebat kemampuannya," ucap Revan.Menurut Revan, Luther pasti hanya mencari alasan dan mencoba menakut-nakuti Taurus dengan kaldron 25 ton."Oke! Akan kutunjukkan betapa mengerikannya kaldron 25 ton pada bocah ini!" sahut Taurus.Taurus mengembalikan kaldron 5 ton tadi ke tempat semula, lalu berujar pada wasit, "Aku mau mencoba tantangan kaldron 25 ton!""Kontestan nomor 844 gagal dalam tantangan tadi. Kamu yakin ingin mencoba?" tanya wasit.Ujian mengangkat kaldron memiliki risiko. Jika seseorang terlalu memaksakan diri, meridiannya bisa rusak dan mengakibatkan tubuhnya cedera serius. Pria kekar tadi sudah menjadi contoh nyata."Aku murid elite dari Sekte Ilmu Kegelapan. Jangan bandingkan ak
"Aku bisa atau nggak, kamu akan lihat sendiri nanti," ucap Luther sambil tersenyum tipis.Luther tidak ingin lanjut mendebat Taurus. Di matanya, Taurus dan Revan tidak lebih dari sekadar badut yang menggelikan."Oke! Biar kusaksikan gimana kamu mempermalukan dirimu sendiri nanti!" balas Taurus dengan raut marah.Sorot mata Taurus seperti hendak melahap habis Luther. Dia belum pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya. Dia bertekad untuk mendapatkan kembali kehormatannya hari ini.Jika Luther gagal mengangkat kaldron 5 ton, Taurus akan mentertawakannya habis-habisan. Dia akan menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan kemarahannya."Taurus, tenangkan dirimu. Jangan sampai kamu kehilangan kendali hanya karena orang semacam ini," ucap Revan sambil mendekat.Revan menepuk bahu Taurus dan berkata dengan raut tenang, "Kamu unggul dalam kecepatan dan teknik. Wajar kalau kekuatanmu sedikit rendah. Nggak apa-apa, lihat saja performaku nanti.""Kak Revan, semua tergantung padamu sekarang. Tu
Jika pesilat biasa tertimpa kaldron seberat 5 ton ini, dia mungkin akan langsung mati. Namun, Revan masih tenang-tenang saja.Revan tidak menghindar dari kaldron yang jatuh dengan cepat itu. Dia sama sekali tidak terlihat takut, seolah-olah kaldron yang meluncur cepat ke arahnya bukan masalah besar.Ketika kaldron 5 ton itu hendak membentur kepalanya, Revan baru mengulurkan tangan dan mengangkatnya dengan santai. Kaldron hampir terjatuh karena beratnya, tetapi segera Revan stabilkan di udara dengan satu tangan.Revan terlihat sangat tenang, seolah-olah yang diangkatnya bukan kaldron 5 ton, melainkan bola kapas."Kak Revan hebat! Dia mengangkat kaldron hanya dengan satu tangan!" seru Taurus sambil bertepuk tangan antusias."Gila! Dia benar-benar mengangkat kaldron dengan satu tangan? Hebat betul!""Banyak yang bisa mengangkat kaldron 5 ton, tapi performanya yang terhebat sejauh ini!""Kekuatannya mengerikan sekali! Hebat!"Para pesilat berdecak kagum melihat penampilan Revan.Bisa mener
Ketika menghadapi provokasi dari Revan dan Taurus, Luther hanya tersenyum tipis. Dia pun menyetujui dengan lugas. "Kalian mau taruhan, 'kan? Oke, kutemani kalian bermain.""Bagus! Kamu memang pemberani! Mari kita lihat, gimana kamu akan mati nanti," ucap Taurus menyeringai.Jika Luther mengaku kalah, paling-paling dia akan malu, tetapi nyawanya bisa selamat. Siapa sangka, Luther malah menyetujuinya. Benar-benar cari mati!"Tuan Luther, jangan!" Ekspresi Bree berubah drastis melihat Luther hendak mempertaruhkan nyawanya. Dia segera membujuk, "Kaldron raksasa seberat 25.000 kilogram sangat berat. Seluruh tulangmu bisa remuk kalau gagal. Pikirkan dulu baik-baik!"Meskipun Luther terlihat gagah dan tampan, dia hanya pesilat biasa. Dia tidak mendapat bimbingan dan sumber daya dari sekte. Kemampuannya sudah pasti kalah dari Revan. Kalau bertaruh, Luther hanya akan mati. Bree hanya ingin berteman, tetapi hasilnya malah menjadi seperti ini."Bree, nggak usah peduli padanya. Dia sendiri yang in
Jika dibandingkan dengan Taurus, penampilan Revan terlihat lebih santai. Tidak ada perubahan besar pada ekspresinya, hanya pembuluh darah pada kedua lengannya yang tampak menggembung.Hanya dalam beberapa detik, Revan telah mengangkat kaldron raksasa itu sampai dadanya. Tingginya sudah lebih dari 1 meter.Semua orang menatap Revan lekat-lekat dan merasa gugup. Ada yang berharap Revan berhasil, ada yang berharap dia kalah. Ada juga yang hanya takjub dengan kemampuan Revan."Kak Revan hebat! Dia berhasil mengangkat kaldron raksasa itu!" seru Taurus untuk menyemangati. Sedikit lagi, Revan sudah bisa mengangkat kaldron itu ke atas kepalanya."Naik!" pekik Revan. Tenaga di kedua lengannya bertambah. Setelah berhenti sesaat, kaldron seberat 25 kilogram itu kembali naik dengan perlahan.Saat ini, ekspresi Revan baru mengalami perubahan. Dia menggertakkan giginya, pembuluh darahnya menggembung, wajahnya memerah, dan napasnya menjadi berat.Setelah bertahan beberapa detik, Revan akhirnya berhas
Bam! Terdengar suara benturan keras.Tubuh Gema bergetar hebat, darah segar mengalir dari ketujuh lubangnya, dan seluruh tubuhnya langsung lunglai ke tanah.Tidak ada napas lagi. Gema telah meninggal. Setelah kehabisan tenaga, dia memilih cara paling terhormat untuk mengakhiri hidupnya sendiri.Pemandangan ini membuat para pembunuh yang sudah terbiasa hidup di tengah bahaya terkejut. Pria ini bunuh diri tanpa ragu sedikit pun. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang biasa. Semut sekalipun berjuang untuk bertahan hidup, apalagi manusia?"Orang ini ... benar-benar nekat!" Pemimpin itu mengerutkan alisnya, wajahnya tampak muram.Loland menginginkan target dalam keadaan hidup. Sekarang orangnya sudah mati. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjelaskan ini.Seandainya tahu akan begini, dia pasti akan turun tangan dan melumpuhkan target terlebih dahulu."Bos, sekarang gimana?" tanya salah satu pembunuh."Kalian bersihkan tempat kejadian, aku akan membawa mayatnya."Setelah
Teriakan pertempuran dan benturan senjata terus menggema di bawah bayangan lampu jalan. Lima sosok bertarung dengan sengit, darah berceceran ke mana-mana. Di sekitar mereka, situasi sudah sangat kacau.Setelah bertarung selama hampir setengah jam, suara pertempuran mulai mereda. Kelima sosok itu satu per satu jatuh ke dalam genangan darah. Di bawah cahaya redup lampu jalan, terlihat tiga pembunuh berbaju hitam telah tewas.Satu orang lehernya patah, satu orang dadanya tertusuk, dan satu lagi mengalami luka parah hingga kehabisan darah.Sementara itu, kondisi Gema dan Loki juga tidak jauh lebih baik. Loki berlumuran darah, tubuhnya dipenuhi luka, dan beberapa cederanya begitu dalam hingga memperlihatkan tulangnya.Gema juga mengalami luka serius. Dada dan perutnya terkena sabetan pedang, lengan kanannya terpotong, membuatnya tampak sangat mengenaskan."Uhuk ... uhuk, uhuk ...." Setelah berhasil menumbangkan pembunuh terakhir, Loki terduduk lemas di tanah, terengah-engah sambil memuntahk
"Gema, dengarkan saranku, situasi di Atlandia sangat rumit. Kamu nggak akan mampu memegang kendali. Lebih baik cepat pergi dari sini!"Melihat Gema terdiam, Loki tidak bisa menahan rasa cemasnya. Bagaimanapun, mereka adalah saudara seperjuangan. Dia tentu tidak ingin Gema mati."Apa yang kamu katakan memang masuk akal. Aku nggak takut mereka bertindak terang-terangan, yang aku takutkan adalah mereka bermain licik di belakang."Setelah ragu sejenak, Gema akhirnya mengangguk. "Loki, antar aku ke hotel. Aku akan berkemas.""Begini baru benar!" Loki menghela napas panjang. "Seperti kata pepatah, selama gunung hijau masih ada, nggak perlu khawatir kehabisan kayu bakar. Selama kita masih hidup, segalanya bisa diatasi.""Terima kasih, Sobat. Nanti kalau ada kesempatan, aku akan mentraktirmu minum," ucap Gema tersenyum. Kalau bukan karena Loki terus membujuknya, dia mungkin masih akan menganggap enteng situasi ini. Kalau sampai terjadi sesuatu, menyesal pun tidak ada gunanya.Setelah kembali k
"Tuan-tuan, aku sudah menghargai kalian dan teh pun sudah habis. Aku masih ada urusan lain, jadi nggak bisa menemani kalian lagi. Aku pamit," kata Gema. Melihat ketiga orang itu tidak menjawab, dia juga tidak banyak berbicara lagi. Setelah memberi hormat, dia langsung bangkit dan pergi.Saat pintu ruangan itu terbuka, ekspresi Loland menjadi muram dan segera meraih pedangnya. Namun, sebelum dia sempat bertindak, Weker menggenggam lengannya dan menggelengkan kepala.Gema sempat berhenti sejenak di ambang pintu karena merasa ada sesuatu yang tidak beres, lalu langsung melangkah pergi.Melihat Gema berjalan keluar dengan selamat, Loki yang kini sedang berjaga di luar pintu akhirnya menghela napas lega.Namun, saat melihat ekspresi ketiga orang yang berada di dalam ruangan itu terlihat muram, Loki kembali merasa gelisah. Kelihatan jelas, pembicaraan mereka tadi tidak berjalan dengan baik. Untung saja tidak terjadi sesuatu, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya kepada pi
Gema kembali mengambil secangkir teh dan meminumnya, "Selera tuan-tuan memang unik. Tapi, aku ini orangnya penakut, nggak tahan ditakut-takuti. Jadi, mohon tuan-tuan kelak jangan bercanda seperti ini lagi."Weker tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tentu saja. Ini pertama kalinya kita bertemu, jadi Tuan Loland hanya ingin mencairkan suasana. Kalau ada hal yang nggak berkenan, aku mewakili Tuan Loland minta maaf padamu. Jangan dimasukkan ke hati."Mendengar perkataan itu, ekspresi Gema akhirnya menjadi lebih ramah. Dia sudah berani menghadiri jamuan berbahaya ini, dia tentu saja tidak takut diintimidasi. Jika mereka berbicara baik-baik dengannya, dia tidak keberatan mengungkapkan sedikit informasi.Namun, sikap ketiga orang itu begitu sombong. Begitu membuka mulut, mereka langsung mengintimidasi, memerintah, dan sama sekali tidak menghargainya sama sekali. Hal ini tentu saja membuatnya merasa sangat kesal. Namun, demi menjaga harga dirinya, dia tidak langsung menunjukkan amarahnya."Ng
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki