Ada terlalu banyak orang yang berjuang demi ketenaran. Sementara itu, Luther tidak suka repot. Daripada bertarung tanpa henti, dia lebih baik mengaku kalah dan menyerahkan kehormatan yang didapatkannya dari mengalahkan Haruto."Huh! Kamu kira aku pengemis? Aku mau menang secara terhormat. Aku nggak ingin kemenangan seperti ini!" hardik Joker dengan ekspresi suram.Meskipun menantang Luther hanya demi ketenaran, Joker ingin mengandalkan kekuatannya sendiri untuk menang. Ini adalah kebanggaannya sebagai pendekar pedang!"Gimana kalau aku nggak mau bertarung denganmu?" tanya Luther."Kalau kamu menolak, aku akan bunuh semua orang di sekitarmu. Kamu pasti nggak bakal berdiam diri lagi nanti!" timpal Joker dengan ekspresi kejam.Setelah mendengarnya, Luther mengerutkan alisnya. Pria ini memang harus diberi pelajaran supaya kapok. Sepertinya, pertarungan hari ini tak terhindarkan."Oke. Karena kamu begitu bersemangat, aku akan menemanimu bermain," ucap Luther. Kemudian, dia mengambil payung
Joker mundur dengan sempoyongan sampai kesulitan memegang pedangnya. Dia menunduk, mendapati ada lubang berdarah di bahunya. Darah perlahan-lahan mengalir keluar dari jas hujan jeraminya, lalu menetes dan bercampur dengan air hujan.Tetesan hujan berubah menjadi pedang. Pedang itu bahkan berhasil menembus pertahanannya. Bisa dilihat bahwa kekuatan Luther jauh lebih hebat daripada yang dibayangkannya."Luar biasa!" seru Elio dengan kegirangan saat melihat Joker terluka. Dia merasa harga dirinya telah pulih."Huh! Kukira sehebat apa! Baru satu serangan dari Luther saja sudah terluka. Sepertinya murid Sekte Plasma biasa-biasa saja," ejek Yuki."Yuki, jangan meremehkan murid Sekte Plasma. Mereka punya keunikan, yaitu makin hebat seiring berlangsungnya pertarungan. Apalagi setelah mereka terluka, mereka dapat mengerahkan teknik secara ekstrem dan meraih kemenangan," jelas Ozias sambil memandang ke depan lekat-lekat. Dia tidak bersikap lalai sedikit pun."Tuan Ozias benar. Aku bisa merasakan
"Jurus ketiga Teknik Pedang Psikopat, Pemusnahan Malaikat!""Jurus keempat Teknik Pedang Psikopat, Pembunuhan Dewa!""Jurus kelima Teknik Pedang Psikopat, Pembakaran Dunia!"Joker berteriak dengan gusar sambil melancarkan satu per satu serangan. Dia mengerahkan seluruh teknik yang dikuasainya tanpa ragu sedikit pun, karena tahu Luther adalah musuh paling kuat yang pernah ditemuinya.Whoosh, whoosh, whoosh! Di bawah serangan Joker yang bertubi-tubi, seberkas demi seberkas cahaya pedang memelesat ke arah Luther. Setiap serangan mengandung kekuatan tak terbendung.Orang-orang di sekitar ketakutan hingga tidak berani bersuara. Meskipun berdiri cukup jauh, mereka tetap bisa merasakan betapa mengerikannya serangan Joker. Harus diakui bahwa Joker yang angkuh ini memang berkemampuan.Setiap serangannya membawa kekuatan yang dahsyat. Pesilat biasa tidak mungkin bisa melawan serangan semacam itu. Hanya genius seperti Luther yang mampu melawannya."Teknik pedangmu termasuk hebat, tapi masih kuran
Joker menatap pedangnya yang tertancap di permukaan tanah, lalu beralih menatap Luther yang tampak begitu tenang. Dia merasa sangat frustrasi.Joker mengira dirinya sudah sangat berbakat, bahkan bisa membuat prestasi luar biasa di kompetisi seni bela diri kali ini. Namun, sepertinya dia terlalu menilai tinggi kemampuannya.Ini yang dinamakan di atas langit masih ada langit. Di dunia ini, ternyata ada banyak orang yang jauh lebih hebat darinya. Kemampuan dan keangkuhannya itu tidak ada apa-apanya.Pertarungan ini adalah contoh terbaik. Meskipun telah mengerahkan segenap kekuatannya, Joker gagal melukai Luther, bahkan dikalahkan dengan mudah. Untuk sesaat, dia kesulitan menerima kenyataan ini."Kamu menang, aku ... menerima kekalahanku." Setelah terdiam sesaat, Joker akhirnya melontarkan kalimat itu dengan susah payah."Kamu termasuk hebat. Di antara teman sebayamu, kemampuanmu pasti yang terbaik," ucap Luther dengan nada datar.Kekuatan yang diperlihatkan Joker adalah kekuatan seorang m
Yang ada di pikiran Joker adalah duelnya dengan Luther tadi. Setelah merenungkannya berulang kali, dia mendapat sebuah kesimpulan yang menyedihkan.Kesenjangan di antara kedua belah pihak terlalu besar. Tidak peduli bagaimana Joker berusaha, dia tidak mungkin bisa mengalahkan Luther. Dia telah mendemonstrasikan berbagai adegan pertarungan di benaknya, tetapi tetap dirinya yang kalah.Tap, tap, tap .... Joker berjalan dengan lesu di jalanan, menginjak genangan air. Saat ini, dia tiba-tiba merasakan sesuatu. Dia menghentikan langkah kakinya, lalu mendongak ke kejauhan.Di ujung jalan, terlihat sesosok berpakaian hitam yang memegang pedang sedang menghampirinya. Sosok itu juga memakai penutup wajah. Sekujur tubuhnya memancarkan aura kematian, sampai-sampai hujan tidak berani mendekatinya. Itu sebabnya, pakaiannya sama sekali tidak basah."Siapa kamu?" Joker mengernyit dan tampak berwaspada. Aura kematian yang menakutkan itu membuat bulu kuduk Joker meremang."Aku orang yang akan membunuhm
Keesokan pagi, Luther yang sedang bermeditasi di kamarnya tiba-tiba diganggu oleh suara gedoran pintu. Begitu membuka pintu, terlihat Ozias, Elio, Elsa, dan Yuki."Kak Luther! Gawat! Ada masalah di luar!" seru Elio dengan panik."Apa yang terjadi?" Luther tidak mengetahui apa-apa. Dia justru merasa aneh melihat sekelompok orang ini berkumpul di depan pintunya dan memasang ekspresi cemas."Joker sudah mati! Semalam ada yang memenggal kepalanya," jelas Elio dengan heboh."Joker?" Luther termangu sesaat. "Maksud kalian, pendekar pedang yang menantangku semalam?""Benar. Dia orangnya." Elio mengangguk berulang kali dan berkata, "Pagi ini, jasadnya ditemukan di jalan dengan kondisi kepala terpenggal. Menurut cedera yang dialaminya, dia seharusnya langsung mati dalam satu serangan.""Mati dalam satu serangan?" Luther mengangkat alisnya sambil bertanya dengan heran, "Joker bukan ahli bela diri yang lemah. Orang seperti apa yang sanggup membunuhnya dengan satu serangan?""Eee ...." Elio tidak
"Tentu bagus kalau Sekte Plasma bersikap masuk akal. Kalaupun nggak, aku nggak takut pada mereka," ujar Luther dengan nada datar. Jangankan Sekte Plasma, Sekalipun itu Sekte Pedang ataupun Organisasi Mondial. Luther sama sekali tidak takut."Kak, aku tahu kamu sangat hebat. Tapi, di atas langit masih ada langit. Kamu nggak boleh ceroboh. Asal kamu tahu, kakak Joker adalah Wolfie yang menduduki urutan ke 8 di Peringkat Genius! Sekarang Wolfie sudah di Gunung Narima. Kalau dia tahu adiknya dibunuh, dia nggak mungkin melepaskanmu," nasihat Ozias.Orang-orang di peringkat Genius tidak ada bedanya dengan monster. Mereka semuanya punya kekuatan yang luar biasa. Luther memang hebat, tetapi tidak mungkin bisa mengalahkan Wolfie yang masuk Peringkat Genius. Jika Wolfie ingin balas dendam, takutnya Luther akan kewalahan!"Ya, nyawa lebih penting dari apa pun. Sebaiknya kamu sembunyi beberapa hari. Setelah Sekte Plasma menemukan pembunuhnya, kamu baru kembali," bujuk Elio.Luther memang berbakat.
Setelah membuat keputusan, Luther langsung membawa beberapa orang itu meninggalkan hotel dan menuju ke tempat kejadian.Lokasinya tidak jauh dari hotel, hanya sekitar 2 kilometer. Dengan kecepatan Luther dan lainnya, mereka pun tiba dengan cepat.Selain kerumunan yang menonton keramaian, ada sekelompok murid Sekte Plasma yang sedang membersihkan lokasi.Yang memimpin adalah seorang pria berpakaian hijau dengan wajah pucat pasi dan mata tajam. Usianya sekitar 30 tahun. Tampak pula sebilah pedang di punggungnya. Seluruh tubuhnya memancarkan aura yang mengerikan.Pria itu tidak lain adalah Wolfie yang menduduki urutan kedelapan di Peringkat Genius. Tatapannya yang dipenuhi niat membunuh tertuju pada jenazah Joker. Dia tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi.Meskipun jarang mengobrol, mereka tetap saudara kandung. Sebagai seorang kakak, Wolfie benar-benar murka dengan situasi ini."Siapa? Sebenarnya siapa pelakunya?" Setelah mengurus jenazah Joker, Wolfie pelan-pelan bangkit. Ekspre
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un
"Orang ini benar-benar sulit dihadapi!" Kitto menoleh ke belakang dan melihat Wirya masih terus mengejar mereka tanpa henti.Pasukan yang dikirim untuk mengadang Wirya sama sekali tidak berguna, bahkan gagal melukainya sedikit pun.Yang paling membuat frustrasi adalah Wirya bukan hanya mengejar, tetapi juga terus menembakkan sinyal merah, membuat posisi mereka terlihat dengan jelas.Jika terus begini, tidak peduli ke arah mana mereka melarikan diri, pada akhirnya mereka tetap akan terjebak."Kitto, Damian! Kalian berdua turun tangan sendiri, bunuh lalat menjengkelkan itu untukku!" Loland segera memberikan perintah."Jenderal, kalau kami pergi, siapa yang akan melindungimu?" Kitto ragu sejenak.Saat ini, kondisi tubuh Loland sangat buruk. Jika mereka berdua pergi dan tiba-tiba ada ahli yang menyerang, nyawa Loland akan dalam bahaya besar."Kalau nggak membunuh lalat itu, situasiku malah akan semakin bahaya! Cepat pergi!" desak Loland dengan marah."Baik!" Kitto dan Damian saling bertuka
"Saudara-saudara! Bunuh mereka!"Begitu mendengar perintah itu, Pasukan Api Merah dari kediaman jenderal langsung menghunuskan pedang mereka dan menyerang Tim Penegak Hukum.Pasukan Api Merah yang datang kali ini berjumlah hampir 1.000 orang. Mereka bukan hanya unggul dalam jumlah, tetapi juga menyerang dari kedua sisi, membuat pertahanan lawan sulit ditembus."Susun formasi perisai!" Melihat situasi yang berbahaya, Wirya segera memerintahkan para anggota Tim Penegak Hukum untuk menyarungkan pedang mereka dan membentuk formasi pertahanan.Mereka telah terpisah dari pasukan utama dan kini berhadapan dengan musuh yang jumlahnya 10 kali lipat lebih banyak. Dalam kondisi seperti ini, bertahan dalam formasi adalah pilihan terbaik.Mereka hanya perlu menahan serangan sebentar. Dalam waktu singkat, bala bantuan dari istana akan segera tiba. Ketika saat itu tiba, Pasukan Api Merah tidak akan punya kesempatan untuk melawan.Sesaat kemudian, kedua belah pihak memulai pertarungan sengit. Pasukan